China, Kakek Nenek Yang Mengalami Aniaya

Internasional / 18 January 2009

Kalangan Sendiri

China, Kakek Nenek Yang Mengalami Aniaya

Puji Astuti Official Writer
6181

Seorang kakek berumur 91 tahun bernama Hua Zaichen sedang sekarat dan meminta pemerintah Cina mengijinkannya bertemu dengan istrinya yang sedang menjalani hukuman penjara untuk terakhir kalinya, tetapi pemerintah setempat menolak permintaan itu.

Pihak pemerintah menyatakan Shuang Shuying, 79 tahun, tidak boleh meninggalkan penjara sampai 8 Februari 2009 nanti, akhir dari hukuman penjaranya selama dua tahun. Dan jika suaminya meninggal sebelum tanggal tersebut, dia hanya diijinkan melihat jasadnya selama 10 menit dengan tetap menggunakan seragam penjaranya dan terborgol.

Hua Zaichen dan Shuang Shuying adalah orang Kristen yang menghadapi aniaya pemerintah Cina selama bertahun-tahun. Hal itu disebabkan karena keluarganya melayani orang-orang miskin dan gelandangan serta mengijinkan orang-orang Kristen yang di buru oleh oleh pemerintah bersembunyi dirumahnya.

Shuang Shuying dijatuhi hukuman penjara selama dua tahun dengan alasan "merusak property milik pemerintah" pada Februari 2007 saat putranya, Pastor Hua Huiqi, dipenjara. Saat itu dia sedang berjalan menuju kantor kepolisian setempat untuk mengetahui keadaan anaknya, dan tiba-tiba sebuah mobil milik aparat melaju kearahnya. Dan dengan reflek tongkat ditangannya diangkatnya untuk melindungi diri dan mengenai kendaraan tersebut. Saat dirinya sadar bahwa polisi mengejarnya karena hal tersebut, dia lari ke sebuah gedung pemerintah. Dan saat dibagian depan kontor itu polisi mencoba menangkapnya, tongkatnya mengenai sebuah mesin. Untuk itulah polisi menuntutnya dan menjatuhi hukuman penjara selama dua tahun, karena "merusak properti milik pemerintah."

Hua Zaichen berharap masyarakat internasional mau bersuara dan meminta pemerintah Cina untuk mengabulkan permintaanya sehingga ia bisa bertemu istrinya sebelum dia meninggal dunia.

Hua Zaichen dan keluarganya harus mengalami aniaya untuk melayani Tuhan dan umatNya, namun mereka tetap melakukannya dengan sukacita dan bersemangat. Bukankah di Indonesia kita belum mengalami seperti ini, lalu mengapa kita tidak bisa lebih dari mereka? Mari kita berdoa bagi mereka yang teraniaya, dan juga bagi gereja Tuhan di Indonesia agar dapat menjadi dampak yang nyata seperti umat Kristen di Cina.

Sumber : Christian Wire/VM
Halaman :
1

Ikuti Kami