Richard Branson: Pengusaha Ekstrim Yang Sukses

Entrepreneurship / 11 January 2009

Kalangan Sendiri

Richard Branson: Pengusaha Ekstrim Yang Sukses

Tammy Official Writer
6308
Seperti P.T. Barnum, pengusaha hiburan flamboyan abad 19 yang sering dibandingkan dengannya, tampaknya hal-hal eksentrik yang CEO Virgin Group Richard Branson lakukan untuk pengakuan diri "kapitalis petualang" tidak melakukannya demi promosi. Tetapi jika aksi publisitasnya terlihat eksentrik, maka cara ia menjalankan bisnis multi-milyar dolarnya pun terlihat gila.

Branson tidak memiliki markas pusat, lebih menyukai untuk beroperasi di luar daerah rumahnya di Holland Park, London - menolak untuk mengadakan rapat pengurus, tidak bisa mengoperasikan komputer, mencatat janji-janji pertemuannya di buku catatan dan meramu ide-ide di tangannya.

Tetap saja, pengusaha tak konvensional yang luar biasa ini telah menjadikan Virgin sebagai salah satu nama brand paling terkenal di dunia. Dan praktik bisnis dan manajemennya yang tidak biasa ini telah menciptakan kerajaan $5 milyar yang mencakup segalanya termasuk penerbangan internasional hingga toko pakaian pengantin.

Branson memulai karir pengusahanya yang bermacam-macam di tahun 1967 ketika ia keluar dari sekolah di usia 16 tahun untuk memulai majalah. Branson berharap majalahnya, yang berjudul sederhana Student, akan menjadi suara bagi aktifis-aktifis muda. Ketika isu pertama dimulai pada tahun 1968, kepala sekolah Stowe, dimana Branson bersekolah, menulis kepada Branson sebuah surat yang seakan-akan seperti ramalan baginya, yang mengatakan: "Selamat, Branson. Saya memperkirakan jika Anda tidak masuk penjara atau justru menjadi milyuner." Branson ternyata melakukan kedua-duanya.

Meskipun publikasinya ia isi dengan artikel-artikel dan wawancara-wawancara seperti eksistensialis yang masyur Jean-Paul Sartre, novelis James Baldwin dan Alice Walker, dan penulis puisi Robert Graves, majalah tersebut sebenarnya tidak pernah menghasilkan uang dan Branson tampaknya jatuh dalam kegagalan. Tetapi akhirnya ia beranjak dengan ide menjual rekaman melalui surat dengan harga-harga diskon. Branson menjalankan iklan-iklan pada Student dan bisnis rekaman dengan order dari suratnya secepatnya lebih menguntungkan dibandingkan majalah. Untuk mengambil keuntungan dari pasar yang baru ditemukannya, Branson menyewa sebuah toko kosong di atas sebuah toko sepatu, dan membuka toko rekaman diskon. Mereka menamakan toko mereka Virgin, karena semua orang yang terlibat benar-benar virgin (tak pernah tersentuh, red) dengan dunia bisnis.

Richard BransonDengan dibukanya toko rekaman Virgin, Branson tampaknya benar-benar di jalannya. Tetapi ia menghadapi rintangan besar di jalannya ketika ia membuat sebuah skema untuk menghindari membayar pajak penjualan Negara. Penipuan ini dengan cepat diketahui, dan Branson ditangkap lalu dipenjara. Ia menegosiasikan penyelesaian di luar pengadilan, setuju untuk membayar kembali pajak-pajak setelah selama tiga tahun ke depan. Lebih bijaksana karena pengalaman, Branson mengarahkan bisnis yang berjalan dengan longgar menjadi sebuah perusahaan yang berfokus dan diatur oleh neraca keseimbangan.

Petualangan wirausaha Branson selanjutnya dimulai pada 1973 ketika ia membentuk Virgin Records dan merilis "Tubular Bells" milik Mike Oldfield. Instrumental tersebut menjadi hit di seluruh dunia dan menaruh Virgin Records ke dalam map persaingan. Tetapi perusahaan benar-benar lepas landas pada 1977, ketika, meskipun ia sudah disarankan untuk melakukannya, Branson membuat perjanjian dengan Sex Pistols, yang sebelumnya telah ditendang dari dua label rekaman karena tingkah antik penuh skandal mereka di atas panggung. The Pistols ambruk dengan sendirinya, tetapi Virgin Records yang masih muda itu berkembang, menjadi label rekaman independent terbesar di dunia dengan bintang-bintang stabil seperti artis-artis Rolling Stones, Peter Gabriel, UB40, Steve Winwood dan Paula Abdul.

Pada 1983 kerajaan Branson berkembang menjadi 50 perusahaan yang terlibat dalam segala hal dari perfilman hingga pembersih AC dan menghasilkan kombinasi penjualan lebih dari $17 milyar. Tetapi menurut Branson, uang bukanlah pendorong di belakang bisnis-bisnisnya yang bervariasi. Malahan, motifnya untuk memperlebar ke hal-hal baru adalah karena ia menikmati untuk mencoba sesuatu yang lebih baik dibandingkan orang lain. Dan pada 1984, Branson memulai apa yang terbukti menjadi tantangan terbesar dalam hidupnya - penerbangan Virgin Atlantic.

Rekan-rekan Branson mengira ia gila. Memulai sebuah penerbangan trans-atlantik bisa berarti menantang raksasa British Airways, yang sebelumnya telah mengalahkan Freddy Laker ketika ia memasuki persaingan pasar yang ketat tersebut. Tetapi Branson tidak takut. Ia merasakan penerbangan-penerbangan besar, terutama British Airways, tidak lagi responsif akan kebutuhan-kebutuhan kustomer, dan menjadi semakin yakin jika ia memulai sebuah penerbangan yang membuat perjalanan menjadi pengalaman yang mampu dan bisa dinikmati, ia melawan mereka dalam permainan mereka.

Respon-respon untuk Virgin Atlantic besar sekali. Penerbangan ini menjadi terkenal karena pelayanannya yang superior dan keramahan yang lebih, dimana termasuk pijat sewaktu penerbangan, mandi hidro terapi, es krim gratis sepanjang menonton dan layar video di kursi belakang di setiap kelas. Tetapi di awal 19990 menjadi bukti era pergolakan bagi penerbangan yang sedang naik daun. Ekonomi di seluruh dunia menggelepar. Harga untuk bahan bakar penerbangan berlipat dua kali. Dan lebih sedikit orang yang terbang keluar negeri sehubungan dengan serangan-serangan teroris. Yang membuat lebih parah, pada 1991, British Airways meluncurkan kampanye rahasia untuk mendorong Branson keluar dari bisnis.

Richard BransonPada 1992, situasi keuangan Virgin Atlantic pada saat itu bergemetar hingga bankir-bankir Branson mendorong ia untuk menjual Virgin Records kepada Thorn-EMI untuk mencapai kas yang cukup agar penerbangan dapat terus berjalan. Penjualan nyaris mencapai $1 milyar, cukup untuk Branson membayar bank dan memiliki Virgin Atlantic. Tetapi Branson hancur karena dipaksa untuk menjual perusahaan musik yang ia cintai dan berjanji tidak akan pernah menaruh dirinya demi pengampunan bank peminjam lagi.

Hingga akhirnya, ia mengembangkan pendekatan bisnis baru, yang ia sebut "branded venture capital." Strategi yang luar bisa ini membuat Branson bisa meluncurkan pola kerjs bisnis-bisnis dengan investasi kecil. Kunci untuk strategi ini terdapat pada melisensikan nama Virgin. Pada dasarnya, Branson menangani bisnis dan menyuplai nama Virgin, umumnya untuk pertukaran pengawasan bunga, selagi partner-partnernya yang sejahtera mengeluarkan kas yang paling banyak.

Sehubungan dengan strategi ini, Branson memiliki atau memegang bunga pada lebih dari 200 perusahaan yang berbeda, termasuk dua penerbangan, Virgin Interactive Entertainment, Virgin Radio, Virgin Studios, Virgin Hotels, Virgin Bridal, Virgin Clubs, Virgin Cola, Virgin Publishing, Virgin Vodka, Virgin Net, the Virgin Megastore chain, V2 (sebuah perusahaan rekaman global), jaringan perencana keuangan, agensi modeling, perusahaan asuransi, kereta api Eropa berkecepatan tinggi Eurostar.

Dan ia tidak berhenti untuk melebarkan kerajaannya. Rencana ke depan Branson termasuk pelayanan shuttle ke luar angkasa. Kenapa tidak? Seperti yang Branson katakan pada wawancara dengan Forbes di tahun 1997, "It's virgin territory." (Itu adalah daerah virgin, red).

Sumber : entrepreneur.com/Tmy
Halaman :
1

Ikuti Kami