Pernahkan Anda secara jernih memikirkan apa yang ingin Anda kerjakan sepanjang sisa kehidupan Anda? Hidup ini terlalu penting untuk disia-siakan.
Ada suatu penelitian menarik di Amerika beberapa tahun yang lalu, yang menunjukkan bahwa perbedaan antara orang yang sedang-sedang saja dan sangat berhasil adalah, orang di kelompok kedua menuliskan sasaran-sasaran mereka. Sementara itu di bidang lain seperti pendidikan, kemampuan, talenta dan sebagainya, kedua kelompok tersebut cenderung sama. Riset menunjukkan bahwa lebih sukar bagi seseorang untuk menentukan sasarannya daripada mencapai sasaran tersebut kalau mereka telah menentukannya. Hal yang paling sukar bagi kita biasanya adalah duduk dan mulai memikirkan apa yang Tuhan ingin untuk kita kerjakan dalam hidup ini. Seringkali kita sulit untuk membuat rencana dan berpikir.
Apa yang Tuhan katakan tentang menetapkan sasaran? Alkitab berkata dalam Amsal 24:3-4 (LB) "Any enterprise built by wise planning becomes strong through common sense, and profits wonderfully by keeping abreast of the facts." (Setiap perusahaan yang dibangun dengan perencanaan yang bijak menjadi kuat karena menggunakan akal sehat, dan menghasilkan untung yang bagus karena mengikuti fakta-fakta yang ada). Jadi Tuhan seolah-olah berkata bahwa membuat perencanaan itu adalah sesuatu yang baik. Adalah suatu hal yang baik kalau Anda punya sasaran dalam setiap area kehidupan Anda: pernikahan, keluarga, keuangan dan pelayanan.
Jika memang demikian maka tentunya ada contoh-contoh dalam Alkitab mengenai penetapan sasaran ini. Kalau kita lihat dalam Kejadian 24 tentang Abraham dan hambanya, Abraham menyuruh hambanya untuk mencarikan seorang isteri bagi anaknya Ishak. Dalam Alkitab New International Version ada lima kali kata "success" dipakai dalam pasal tersebut. Pasal tersebut berisi kata "success" yang lebih banyak dibanding pasal manapun dalam Alkitab. Jadi Anda bisa katakan bahwa pasal ini adalah pasal yang membahas kisah keberhasilan dalam Alkitab.
Kalau Anda teliti lebih lanjut dalam pasal 24 Kitab Kejadian ini, Anda akan menemukan 10 langkah yang dilakukan oleh Abraham dan hambanya untuk bisa mencapai sasaran mereka.
1. TENTUKAN POSISI Anda
Tentukan posisi di mana Anda berada dan evaluasi keadaan Anda saat ini. Rick Warren menyarankan untuk Anda melakukan check posisi ini tiap tiga bulan.
Untuk mengetahui apakah kita masih menuju ke arah yang sudah kita tetapkan, Anda perlu tahu di mana posisi Anda sebelum Anda menentukan ke mana Anda akan melangkah selanjutnya.
Abraham melakukan hal ini dalam Kejadian 24. Abraham tahu bahwa Tuhan berjanji untuk membuat dia memiliki keturunan yang banyak, dia akan menjadi bapa dari suatu bangsa yang besar. Tetapi anaknya Ishak, yang dia peroleh lewat mukjizat, belum punya isteri. Abraham menyadari posisinya dan memutuskan untuk melakukan sesuatu tentang hal tersebut. Pada waktu itu Abraham paling tidak sudah berumur 140 tahun, jadi tidak ada kata terlambat untuk mulai bermimpi!
2. TENTUKAN TUJUAN Anda
Tetapkan sasaran Anda secara jelas. Anda perlu tahu apa yang sebenarnya Anda ingini. Anda sudah tahu posisi Anda dan sekarang Anda perlu tahu apa yang sebenarnya Anda ingini. Abraham berkata pada hambanya, "Aku ingin engkau pergi ke negara asalku dan kepada sanak keluargaku untuk menemukan isteri bagi Ishak." Sasarannya jelas.
Selanjutnya Abraham menetapkan syarat-syaratnya: "Aku ingin Ishak dapat isteri dari orang yang sebangsa dengan aku, dari kampung halamanku, seiman, yang cantik, yang perawan." Sasaran yang ditetapkan Abraham tidak samar-samar! Kalau sasaran Anda tidak jelas, Anda tidak akan bisa mencapainya. Makin spesifik sasaran Anda, makin mudah bagi Anda untuk mencapainya. Kalau Anda ingin Tuhan memberkati Anda, bagaimana Anda tahu seandainya Tuhan berkati Anda? Sasaran yang tidak jelas tidak punya kuasa. Anda harus tahu apa yang sebenarnya Anda inginkan.
3. TEMUKAN SEBUAH JANJI
Seringkali, kita ijinkan ketakutan mengendalikan kita waktu kita mulai bergerak ke arah sasaran-sasaran kita. Hamba dari Abraham juga menyatakan kekuatiran-kekuatirannya. Dia bertanya pada Abraham, bagaimana jadinya nanti seandainya si wanita tidak mau diajak oleh dia. Apa yang dilakuka Abraham bisa menjadi contoh bagi setiap kita yang kebimbangan waktu kita mengejar sasaran-sasaran kita. Kalau ketakutan menyeruak masuk, jangan fokus pada bagaimana sasaran kita tersebut bisa digenapi. Fokus saja pada janji Tuhan dalam Firman-Nya.
Di ayat ketujuh, Abraham mengingatkan hambanya akan janji Tuhan.
Kej. 24:7, TUHAN, Allah yang empunya langit, yang telah memanggil aku dari rumah ayahku serta dari negeri sanak saudaraku, dan yang telah berfirman kepadaku, serta yang bersumpah kepadaku, demikian: kepada keturunanmulah akan Kuberikan negeri ini -- Dialah juga akan mengutus malaikat-Nya berjalan di depanmu, sehingga engkau dapat mengambil seorang isteri dari sana untuk anakku.
Waktu Anda menetapkan sasaran, jangan lihat kemampuan dan sumber daya Anda. Ada lebih dari 7.000 janji yang bisa Anda klaim di dalam Alkitab. Biarkan Tuhan yang menentukan ukuran sasaran Anda.
Rick Warren di Saddleback Church selalu menetapkan sasaran yang besar dan orang-orang kemudian mulai mencemooh, "Kamu pikir kamu ini siapa?" Dan itu adalah pertanyaan yang salah. Masalahnya bukan kita pikir kita ini siapa, tetapi kita pikir Tuhan itu siapa!
4. JABARKAN KEUNTUNGANNYA
Setiap sasaran harus ada upah atau keuntungannya. Kalau tidak ada keuntungannya maka tidak akan ada motivasi untuk mencapainya. Anda perlu menetapkan nilai dari sasaran tersebut dalam pikiran Anda.
Kej. 24:7b, ...kepada keturunanmulah akan Kuberikan negeri ini -- Dialah juga akan mengutus malaikat-Nya berjalan di depanmu, sehingga engkau dapat mengambil seorang isteri dari sana untuk anakku.
Apa yang mendorong motivasi hamba Abraham ini? Ishak mendapatkan seorang isteri. Tujuan Tuhan akan digenapi. Abraham akan senang. Pasti dia diberi upah.
Tanyakan tiga pertanyaan mengenai sasaran Anda:
1. Apa upahnya?2. Mengapa saya menginginkannya?3. Bagaimana perasaan saya kalau saya bisa mencapainya?Anda perlu menjabarkan keuntungannya di depan. Kalau Anda sudah selesai menangani pertanyaan "mengapa", maka Tuhan akan menunjukan "bagaimana"-nya.
Waktu Anda tahu mengapa Anda ingin melakukan apa yang ingin Anda lakukan dalam kehidupan Anda, maka Anda mendapatkan sebuah panggilan hidup.
Kalau Anda tidak memahami keuntungannya, Anda akan gampang patah semangat dan menyerah. Anda perlu tahu keuntungan apa yang memotivasi Anda? Suatu saat nanti saya akan berdiri di hadapan takhta pengadilan Kritus dan mendengar, "Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba-Ku yang baik dan setia." Itulah yang saya kejar dalam kehidupan saya -satu kalimat saja. "Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba-Ku yang baik dan setia." (bersambung...)