Pernyataan Seorang Ateis: Afrika Memerlukan Tuhan!

Internasional / 6 January 2009

Kalangan Sendiri

Pernyataan Seorang Ateis: Afrika Memerlukan Tuhan!

Tammy Official Writer
6644
Permasalahan di Afrika tidak bisa ditangani dengan bantuan keuangan semata, tetapi bangsa-bangsa di Afrika memerlukan Tuhan, begitulah pendapat seorang jurnalis ateis dan mantan politikus.

Agama menawarkan perubahan di hati dan pikiran setiap orang - sebuah bantuan sosial yang tidak bisa lakukan, argumen Matthew Paris, mantan parlemen Inggris yang konservatif, dalam sebuah kolom untuk Inggris Raya berbasiskan The Times.

"Sebagai ateis yang tegas, sekarang saya semakin yakin akan kontribusi besar yang penginjilan Kristiani lakukan di Afrika: sangat jelas membentuk perbedaan dari pekerjaan sekuler seperti NGO, proyek-proyek pemerintahan dan usaha bantuan internasional," tulis Paris, yang lahir di Johannesburg, Afrika Selatan, tetapi sekarang tinggal di Inggris. "Itu saja tidak akan berbuah apa-apa. Pendidikan dan pelatihan saja tidak akan bisa."

Ia lalu menyatakan, "Di Afrika, kekristenan mengubah hati setiap orang. Itu membawa transformasi spiritual. Kelahiran kembali adalah nyata. Perubahan tersebut adalah bagus."

Afrika KristinianiIa melihat pencerahan dari efek-efek positif kekristenan di Afrika setelah kembali dari sebuah perjalanan di Malawi sebelum Natal. Disitu, ia bertemu dengan lembaga kemanusiaan Inggris yang kecil yang bekerja membuat pompa-pompa di sumur-sumur di pedesaan-pedesaan untuk menjaga air tetap tersegel dan bersih.

Meskipun lembaga tersebut, Pump Aid, adalah sekuler, ia memperhatikan bahwa para anggota staf yang mengesankan tersebut adalah Kristiani secara personal kuat. Selagi ia mengatakan bahwa tak ada satupun dari anggota tim yang berbicara mengenai agama, ia mengatakan bahwa ia melihat salah satunya mempelajari sebuah buku renungan harian di mobil dan yang lainnya pergi ke gereja hingga sore hari di hari Minggu.

"Adalah salah bagi saya jika mempercayai kejujuran, kerajinan, dan optimisme mereka dalam pekerjaan mereka tidak ada hubungannya sama sekali dengan iman pribadi mereka," Parris mengakui, "Pekerjaan mereka benarlah sekuler, tetapi tentu saja dipengaruhi dengan siapa diri mereka... dipengaruhi dengan konsep mengenai manusia di jagat raya sebagaimana kekristenan ajarkan."

Bertemu dengan orang Kristiani yang bekerja di Pump Aid tersebut juga membuat ia teringat kembali dengan kenangan-kenangan akan para misionaris dan orang Kristiani yang ia jumpai sebagai remaja ketika bertumbuh di Afrika.

Ia mengatakan bagaimana setiap orang Afrika yang menjadi Kristiani yang ia temui ketika muda "selalulah menjadi berbeda." Agama mereka yang baru tidaklah membatasi, tetapi tampaknya membuat mereka terlihat lebih bebas dan tenang, ujar Parris.

Afrika Kristiani"Ada kehidupan, keingintahuan, dan pelukan dengan dunia - sehubungan dengan bagaimana mereka berhadapan dengan orang lain - yang terlihat terhilang dalam kehidupan Afrika tradisional," tambahnya. "Mereka berdiri tegap."

Kekristenan, tambahnya, juga menolong warga Afrika terbebas dari komunal dan pemikiran takhayul yang menekan pribadi. Parris mengkritik "pemikiran tradisional" yang memberi makan "orang besar" dan "geng politik" di kota-kota Afrika yang mengajarkan "respek berlebihan: kepada seorang "pemimpin pelagak" yang tidak memberi ruangan untuk oposisi.

Tetapi kekristenan - pasca Reformasi dan pasca Luther- mengajarkan sebuah "hubungan langsung, pribadi, dua arah antara sebuah individu dan Tuhan" yang mengeliminasi mediasi oleh sebuah kelompok ataupun makhluk hidup lainnya, Parris mencatat. Itu menawarkan sebuah rangka dari kehidupan sosial bagi mereka yang menginginkan untuk menyingkirkan pemikiran primitif.

"Itulah mengapa dan bagaimana itu membebaskan," pernyataan Parris.

Kesimpulannya dengan berargumen bagi Afrika untuk bersaing dengan para pemimpin global lainnya dalam abad 21 ini, jangan hanya berpikir materi ataupun pengetahuan saja yang dibutuhkan untuk pengembangan dan perubahan.

"Keseluruhan dari sistem kepercayaan pertama-tama haruslah tergantikan," ujar jurnalis ateis tersebut.

Ia memperingatkan bahwa dengan menghapuskan penginjilan kekristenan dari Afrika sama dengan "menjadikan benua ini tertinggal dalam pengampunan akan penyalahgunaan pabrik Nike, dokter dukun, telepon mobile dan golok."


Sumber : christianpost.com/Tmy
Halaman :
1

Ikuti Kami