Nutrisi gangliosida berperan penting dalam perkembangan otak anak. Zat gizi dalam asam sialat dibutuhkan dalam pertumbuhan, migrasi, pematangan sel syaraf otak, pembentukan hubungan antar sel syaraf secara sempurna dan menyimpan informasi di dalam otak. Kandungan nutrisi ini secara alami terdapat di dalam air susu ibu, susu, telur dan daging.
Menurut peneliti senior dari Palmerston North, Selandia Baru, Paul McJarrow, dalam media edukasi, di Hotel Le Meridien, Jakarta, sejauh ini konsentrasi gangliosida terutama pada wilayah abu-abu otak atau pada otak besar serta cerebral cortex yang berperan penting dalam membentuk memori. Hasil riset yang ada menunjukkan, suplementasi gangliosida dapat meningkatkan kemampuan belajar dan mengingat pada anak.
Maka dari itu, para ibu hamil dianjurkan memperbanyak asupan nutrisinya dengan mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung gangliosida seperti susu, daging dan telur. Nutrisi gangliosida juga diperlukan pada bayi baru lahir hingga anak-anak agar hubungan antar sel otak yang belum sempurna bisa tersambung dengan baik. Penambahan gangliosida pada susu juga bisa diberikan pada bayi setelah melalui masa pemberian ASI eksklusif atau saat berusia enam bulan.
Dokter spesialis anak konsultan tumbuh kembang Departemen Pediatri Sosial Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dr Soedjatmiko SpA (K) menambahkan, selain gangliosida, pertumbuhan otak juga harus didukung oleh konsumsi zat-zat gizi lain seperti protein dan asam amino, lemak dan asam lemak, serta zat besi. Semua nutrisi otak itu harus dikonsumsi secara seimbang agar tumbuh kembang otak anak bisa optimal, ujarnya menambahkan.
Selain itu, stimulasi perlu diberikan sejak dini yakni mulai masa kehamilan usia enam bulan sampai anak berusia dua sampai tiga tahun. Stimulasi itu bisa diperoleh dengan bermain aktif setiap hari, penuh kasih sayang, gembira, bebas, diulang dan bervariasi. Metodenya antara lain mendengar, lihat, tiru atau coba, diulang dan tuntas.
Stimulasi untuk merangsang otak kanan dan otak kiri ini bisa dilakukan melalui rangsang suara, musik, gerakan, perabaan, bicara, menyanyi, membaca, mencocokkan, membandingkan, mengelompokkan, memecahkan masalah, mencoret, menggambar dan merangkai, kata Soedjatmiko. Hal ini bisa dilakukan setiap kali berinteraksi dengan anak seperti menyusui, menidurkan, memandikan, ganti baju, di jalan, bermain, di dalam mobil, nonton televisi dan sebelum tidur.
Sumber : kompas