Aku Putri Maluku Bergelar Anak Goblok

Family / 24 December 2008

Kalangan Sendiri

Aku Putri Maluku Bergelar Anak Goblok

Puji Astuti Official Writer
7456
Saya Evajune Tasa Riupasa. Saya adalah Putri Indonesia Kepulauan Timur tahun 2007, dan inilah kisah hidup saya.

Dulu saya les Electone, dan kalau ikut festival pasti saya menang. Saya pikir jika saya berprestasi dan menunjukkan piala-piala itu, papa akan bangga. Tetapi harapan itu selalu kandas. Papa selalu bilang ‘tidak.’

Inilah yang papa katakan, “Berapapun piala yang kamu berikan kepada papa, itu tidak ada gunanya. Karena bagi papa, itu hanya menghabiskan uang orang tua. Jadi buat apa kamu les?”

Jadi, karena kata-kata papa itu, saya akhirnya menghentikan semua les.

Kadang-kadang saya suka tanya pada papa, “Pah.. sebenarnya salah kakak itu apa sih pa? Kok kalau ke adik-adik, papa biasa aja. Tapi kalau sama kakak, kok papa beda?”

Dan jawaban papa saya dari dulu sampai sekarang tidak pernah berubah, “Karena kamu anak pertama, kamu punya tanggung jawab lebih besar. Jadi saya didik kamu lebih keras dari pada adik-adik kamu.”

Pada waktu itu, papa tidak pernah bisa dibantah sepatah katapun. Tidak ada kata tidak, tidak ada kata tidak setuju. Jadi yang bisa saya lakukan hanya terima setiap keputusan papa, masuk kamar dan berdoa.

Seringkali saya berdoa pada Tuhan dan bertanya, “Kok kaya gini ya Tuhan. Tasa juga mau papa bangga dengan Tasa.”

Didikan sang ayah yang keras terus berlanjut hingga Tasa memasuki masa-masa kuliah, hal itu semakin membuatnya merasa tertekan.

Papa bisa dengan mudah memberi ijin untuk adik-adik saya. Tapi dia sangat protektif pada saya. Jam enam sore, saya ngga bisa seperti anak-anak kuliahan yang lain. Saya sudah di telephone oleh papa, dan disuruh langsung pulang ke rumah. Dan jika papa marah sering kali terlontar dari mulut papa, “Goblok loe..!!!” Anak dibilang sama orangtuanya goblok, gimana sih hatinya? Perih banget. Kata-kata papa seperti itulah yang membuat hati saya pedih. Hal itulah yang seringkali membuat saya males pulang cepet. Saya berpikir, “Ngapain juga saya pulang cepet-cepet, ntar juga digituin.”

Secara materi, papa mencukupi semuanya. Hanya kurangnya, diperhatian saja. Kalau berantem dengan papa, saya sering bilang, “Papa ambil lagi mobil itu, ambil saja itu handphone, ambil saja semuanya. Asal papa tetap perhatiin saya.”

Demi mendapatkan kebanggaan dari papanya, Tasa mengambil kesempatan untuk mengikuti kontes kecantikan nasional.

Untuk minta ijin kepada papa, awalnya sangat susah. Papa tidak mengijinkan saya untuk ikut kontes Putri Maluku ini. Sebaliknya dengan mama, dia sangat ingin saya mengikuti kontes Putri Maluku ini. Bagi mama itu merupakan sebuah kesempatan yang mungkin tidak datang dua kali, namun papa tetap bersikukuh berkata tidak. Saya hanya berkata pada mama seperti ini, “Ma, kalau hal ini memang sudah jalannya Tuhan, apa sih yang ngga mungkin? Berserah saja. Kalau memang Tuhan bilang ‘Iya’, berarti itu jalan Tasa. Tasa akan jalani. Kalau Tuhan bilang ‘Tidak’, berarti ada sesuatu yang lebih baik di balik hal itu.”

Beberapa hari kemudian, mama bercerita bahwa papa mengeluarkan kata-kata, “Ya sudah deh, terserah mama.” Hal tersebut bagi mama berarti papa setuju. Akhirnya saya jadi mengikuti ajang tersebut.

Keikutsertaan Tasa, membawanya untuk mewakili Maluku dalam ajang pemilihan Putri Indonesia 2007.

Waktu saya mengikuti Putri Indonesia itu, jawaban doa yang sudah saya tunggu selama dua puluh satu tahun saya terima. Memang bukang dari mulut papa saya sendiri, karena saya tahu tidak mungkin papa akan mengatakan langsung pada saya. Saya mendengarnya dari tante saya. Tante saya bilang seperti ini, “Tas, waktu kamu keluar. Papa kamu menengok ke tante, dan bilang, hebat juga ya anak saya.”

Saya bilang, “Tuhan, makasih banget.” Jawaban itu merupakan hasil dari pertanyaan sederhana yang terus menerus saya ucapkan dalam doa saya. Tuhan jawab dengan sangat luar biasa. Dengan sesuatu yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Merupakan kebahagiaan yang tidak ada bandingannya sewaktu papa bilang, “Hebat juga ya anak saya.” Hal itu berarti dia bangga dengan saya.

Saya bersyukur pada Tuhan atas semua yang terjadi. Karena saya sering berantem dengan papa, sayalah yang paling mengerti papa saya. Kalau orang-orang sering bilang, “Dulu papa kamu sering marah-marah ke kamu, kok kamu makin sayang sih sama papa kamu?”

Saya menjawab hal itu seperti ini, “Karena ajaran papa, didikan papa, yang dulu saya alami merupakan sesuatu yang membentuk saya hingga menjadi pribadi yang kuat seperti sekarang ini. Hal tersebut hanyalah proses Tuhan yang harus saya jalani. Kalau tidak ada papa yang seperti itu, belum tentu saya menjadi pribadi yang kuat seperti sekarang ini.” (Kisah ini ditayangkan 24 Desember 2008 dalam acara Solusi Life di O Channel)

Sumber kesaksian:
Evajune Tasa Riupasa



Sumber : V081217142537
Halaman :
1

Ikuti Kami