Obesitas atau kelebihan berat badan meningkatkan resiko terserang berbagai bentuk penyakit kanker. Hasil studi terbaru yang dikeluarkan oleh jurnal kesehatan Lancet di London menunjukkan, kelebihan berat badan dapat meningkatkan resiko terserang kanker di antaranya pada kandung kemih, rahim serta kerongkongan.
Walaupun studi menyebutkan adanya kaitan antara kelebihan berat badan dengan resiko kanker, namun tidak ada bukti pasti yang menunjukkan pertambahan berat badan dapat mengakibatkan kanker. "Untuk menyimpulkan hubungan sebab dan akibat, kami perlu mengadakan riset lebih lanjut," jelas Dr. Andrew Renehen, yang memimpin studi tersebut.
Para periset mengkompilasikan data dari 141 studi dan mempertimbangkan lebih banyak jenis penyakit kanker dan lebih beragam populasi dari hasil studi terdahulu. Studi itu mencakup lebih dari 28.000 kasus kanker di Amerika Utara, Eropa, Australia, serta Asia.
Para peserta studi, baik berkelebihan berat badan maupun berberat badan normal, diteliti selama 9 hingga 15 tahun. Peneliti mengamati indeks massa tubuh mereka dan mengkorelasinya dengan kasus penyakit kanker yang muncul.
Dari studi diketahui berat badan di atas 15 kilogram dari berat badan normal pada kalangan pria dapat meningkatkan resiko kanker pada ginjal hingga 24% dan pada kerongkongan hingga 52%. Sementara kelebihan berat badan hingga di atas 13 kilogram dari berat badan normal pada kalangan perempuan meningkatkan resiko kanker pada rahim dan kandung kemih hingga 60%.
Pada penduduk Asia, terdapat kaitan lebih erat antara pertambahan indeks massa tubuh dengan resiko serangan kanker payudara. Para ilmuwan belum mendapat kepastian bagaimana kelebihan berat badan dapat membuat orang rentan terhadap kanker.
"Salah satu hipotesa yang muncul adalah kelebihan lemak dapat berpengaruh pada kadar hormon di dalam tubuh dimana pada tingkat tertentu berkemungkinan memicu tumbuhnya tumor," kata Renehan.
"Pesan sederhana yang dapat disampaikan adalah apabila semakin Anda berhasil menjaga standar berat badan normal, semakin rendah Anda berisiko terserang kanker," kata Ed Yong dari Riset Kanker Inggris. Studi yang dimuat dalam jurnal Lancet ini dibiayai oleh British Medical Association, Universitas Manchester dan Universitas Bern, Swiss.
Sumber : kompas