Nancy Go Dengan Wabah Bagteria

Entrepreneurship / 11 December 2008

Kalangan Sendiri

Nancy Go Dengan Wabah Bagteria

Tammy Official Writer
7413
Tas ini dibawa oleh artis cantik Paris Hilton hingga Emma Thompson. Produk ini juga dipuja khalayak Jepang hingga benua Eropa, terutama Paris dan Milan. Tapi justru di negara sendiri hanya ada segelintir apresiator Bagteria.

Nancy Go-BagteriaWalaupun tak begitu terkenal di Indonesia, Bagteria mampu memasuki pasar kelas atas global. Kini tas yang juga disenangi artis Hollywood Emma Thompson ini telah didistribusikan di sejumlah rumah mode terkenal dunia dan hadir di 30 negara, di antaranya Francis, Italia, Inggris, Australia, dan Jepang.

Keberhasilan ini bermuda dari kesenangan Nancy membuat kerajinan tangan, seperti sulaman dan rajutan. Dari sini timbul ide membuat tas berkualitas internacional. Di sisi lain, Nancy dan suaminya, Bert Ng, ingin mengenalkan produk Indonesia ini ke pasar dunia. Pada tahun 2000, dengan lima karyawan, mereka mulai memproduksi Bagteria. Saat itu Nancy menyewa satu rumah untuk produksi yang terletak di seberang rumah mereka di Jakarta Barat. Dan, suaminya memberi nama Bagteria. Alasannya, "Supaya kesannya humor saja. Mudah-mudahan seperti bakteri yang mewabah," ujar perempuan kelahiran Brasil, 1963, itu sembari terkekeh. Adapun modal awal PT Metamorfosa Abadi (MA), perusahaan yang memayungi Bagteria, sekitar Rp 300 juta.

Ekspansi Bagteria Di Kancah Industri Fashion Internasional
Sejak awal mereka memang berniat memasarkan Bagteria di pasar global. Karena itu, target pasar di awal produksi Bagteria adalah Hong Kong. "Untuk pasaran fashion di Asia, pakarnya adalah Hong Kong," kata ibu dari Brendan, Brenda, dan Bryna Ng ini. Problemnya, mereka tak punya seorang pun kenalan di luar negeri. Untungnya, mereka memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai butik-butik yang berpotensi menjual Bagteria.

Pengetahuan inilah yang memudahkan mereka bekerja sama dan memasukkan Bagteria di butik-butik terkenal dan distributor. "Kami tidak menjual ke end user. Sampai sekarang Bagteria hanya menjual ke berbagai distributor yang tersebar di berbagai benua. Kecuali, di Taiwan, kami punya partner," ujar Nancy. Saat ini terwaralaba (franchise) Bagteria di Taiwan terdapat di Sogo Taiwan. Nancy dan Bert hanya menjual ke franchisee sekaligus distributor Bagteria ini yang selanjutnya akan menyalurkan produk MA tersebut ke butik-butik.

Bert menjelaskan, saat ini pasar internasional masih beranggapan produk Indonesia bisa jauh lebih murah. Harga Bagteria di Indonesia sekarang Rp 2,5 - 9juta, sedangkan di luar negeri bisa tiga kali lipat, bahkan lebih.

Setelah Hong Kong, order terus berdatangan dari berbagai negara. Pada 2003 Jepang menjadi target berikutnya, karena negeri ini dikenal sebagai salah satu pusat berkumpulnya para fashionista dunia. Di Negeri Matahari Terbit, Bagteria memasuki pasar melalui pameran sebagai wahana untuk mengenalkan produknya. Dari sini datanglah distributor Jepang yang tertarik memasarkannya. "Tidak mudah masuk Jepang," ujar Nancy, jebolan Bunka School of Fashion dan Akademi Kesenian Jakarta. Karena, "Sekali you telat kirim (barang) dan kualitas tidak terjamin, wah sudah jangan harap lagi," kata Bert sambil menambahkan, kini Jepang merupakan salah satu negara dengan permintaan tertinggi terhadap Bagteria. Keduanya sepakat, konsistensi kualitas produk merupakan hal terpenting supaya bisa diterima di pasar internasional.

Saat ini mereka rutin berpameran untuk musim berikutnya, antara lain di Fashion Week AS, Jepang dan Prancis (Paris). Karena itulah, mereka selalu memproduksi Bagteria untuk beberapa bulan ke depan. Misalnya, pada awal 2008, MA sudah membuat tas untuk musim panas dan gugur 2008 dan 2009.

BagteriaBerkat pameran ini pula, tas Bagteria digemari selebriti sekelas Paris Hilton. "Paris Hilton pertama kali mengenal Bagteria ketika kami berpameran di Fashion Week AS. Kebetulan saat itu ia sedang melewati stand kami dan mengaku suka dengan Bacteria. Ya sudah, karena dia menginginkan tas itu. Padahal, kami belum ada cadangan produksi lainnya, ya kami beri saja," Bert menuturkan. Pasangan suami-istri tersebut menampik anggapan bahwa Paris merupakan ikon Bagteria. Keterlibatan artis Hollywood itu karena ketidaksengajaan.

Perbedaan Selera Pasar Nasional Dan Internasional
Menurut Nancy, ia berorientasi pasar luar Negeri karena masyarakat Indonesia masih terseret dalam pemikiran bahwa segala sesuatu bergantung pada harganya. Jika harga sebuah tas jauh meleseat di atas rata-rata harga tas produk Indonesia lainnya, sering kali tas tersebut tidak laku di pasaran. Adapun masyarakat internasional tak lagi semata-mata mengagung-agungkan merek terkenal. Mereka memilih barang karena kualitasnya. Penghargaan orang Indonesia terhadap benda-benda bernilai itulah yang membuatnya prihatin.

Kini Bagteria memiliki tiga rumah produksi. Produksi normal Bagteria adalah 900-1000 buah/bulan. Sebanyak 80% untuk pasar mancanegara, sedangkan sisanya untuk pasar dalam negeri.

Tak seperti sebelumnya ketika Nancy melakukan segalanya sendiri, kini ia membentuk tim desain. Bahkan, suaminya, yang sebelumnya menjadi konsultan sebuah perusahan, kini lebih berkonsentrasi mengurusi bisnis dan pemasaran Bagteria. Nancy sendiri fokus menangani desain dan pengembangan produk.

Untuk meningkatkan kepuasan pelanggan, kini Bagteria memberikan layanan pascajual. Di setiap distributornya, MA menyediakan aksesori cadangan. Jadi, bila tas rusak atau ada aksesori yang hilang, pelanggan bisa membetulkannya di butik-butik yang bekerja sama dengan distributor resmi Bagteria. Begitu pula di Indonesia, bila ada kecacatan fisik pada tas yang dibeli, tas tersebut bisa dibetulkan di butik Bagteria di Jakarta. "Bila ada aksesori yang dihilangkan oleh konsumen sendiri, nanti kami ganti aksesori yang hilang itu. Tapi kami kenakan charge," ujar Bert.


Sumber : berbagai smb/Majalah SWA/Tmy
Halaman :
1

Ikuti Kami