Ajeng

A to Z Biography / 10 December 2008

Kalangan Sendiri

Ajeng

agnes.faith Official Writer
8104

\"\"Ajeng Astiani (14), penyanyi jebolan reality show Mama Mia ini bersama orangtuanya, Dwi Astuti alias Mama Cindy (35) dan sang ayah Harry CH, anak kedua dari enam bersaudara itu, menggantungkan hidupnya dari mengamen di bus kota.

Sejak usia 9 tahun, Ajeng dan orangtuanya menggantungkan hidup sebagai pengamen. Dari satu bus ke bus lainnya, ia mencoba mendendangkan suaranya di hadapan penumpang bus P-46 (Grogol-Kampung Rambutan), P6 (Grogol- Kampung Rambutan), dan PAC-81 (Kalideras-Depok). "Bapak pegang gitar, sementara ibu ambil suara dua," katanya ditemui di sela penampilannya di ajang Mama Mia di \"\"Balai Sarbini, Plaza Semanggi, Jakarta, baru-baru ini.

Kata Ajeng, sejumlah lagu milik penyanyi ternama, seperti Pinkan Mambo, Radja, dan Duo Ratu kerap ia nyanyikan untuk sekadar mencari sesuap nasi. Soal pendapatan,  setiap hari rata-rata ia dan orangtuanya mengantongi uang Rp 50.000. "Kalau lagi mujur ya bisa dapat lebih," kata siswi kelas 5 di SDN 08 Pagi, Pulo Gebang, Jakarta Timur, itu. Dari uang hasil mengamen itulah, Ajeng dan orangtuanya berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain untuk makan sehari-hari, uang hasil mengamen itu juga untuk membayar kontrakan di kawasan Penggilingan, Jakarta Timur.

Keikutsertaannya di ajang Mama Mia Indosiar ini tak pernah terlintas di benak Ajeng dan ibunya. Malah, untuk bisa mimpi lolos di ajang audisi saja, mereka tak berani membayangkan. Hingga suatu saat, kesempatan untuk memperbaiki nasib mulai terbuka. Saat Ajeng dan orangtuanya mengamen di bus PPD 46, seorang penumpang wanita menyodorkan sebuah tabloid yang memuat pengumuman audisi Mama Mia.

Melihat talenta yang dimiliki Ajeng, penumpang itu kemudian menyarankan agar dia dan ibunya mengikuti proses audisi. Nasib mujur tengah berpihak kepadanya. Dari 3.000 peserta yang mendaftar, Ajeng dan ibunya berhasil lolos hingga 13 besar. "Bisa tampil masuk televisi saja, itu sudah cukup membuat saya bahagia dan bangga. Sekarang, sudah tidak ada lagi orang yang ngeledekin saya," kata Ajeng.

"Kelak saya hanya berharap anak saya bisa mendapatkan tempat yang layak. Enggak lagi ngamen di jalanan, tapi mungkin di kafe-kafe," harap Mama Cindy.

Ya, Ajeng kini malah memperoleh simpati, terutama dari rekan-rekannya sesama pengamen yang kerap mangkal di kawasan Polda Metro Jaya atau biasa disebut Komdak, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan. Kepada Ajeng, mereka berpesan agar bisa menyuarakan hati mereka. "Saya dititipi pesan, kalau para Tramtib jangan memperlakukan kami seenaknya. Kami ini bukan maling atau rampok," seru Ajeng menirukan pesan rekan-rekannya.

Discography:

\"\"

My Story

 

 

Sumber : kompas
Halaman :
1

Ikuti Kami