Seperti juga lingkungan yang tercemar bila kita ceroboh karena tidak menjaganya, ternyata kita juga bisa menciptakan polusi untuk perkawinan lewat perbuatan dan perkataan yang negatif. Padahal seharusnya kita merawatnya. Namun jangan lupa, untuk merawatnya juga diperlukan terobosan-terobosan mengingat hubungan perkawinan bersifat dinamis dengan pengalaman dan masalah baru.
Anda dapat melihat dan mempelajari polusi-polusi yang dapat memberi dampak negatif sekaligus cara membersihkannya agar mampu menjaga hubungan perkawinan Anda selalu sehat.
Polutan #1: Rasa Malas
Kemalasan adalah musuh utama perkawinan. Perilaku ini membuat Anda hanya menjalaninya saja hingga Anda berdua lupa melakukan hal-hal yang seharusnya bisa membuat perkawinan lebih mesra. Secara alami, sejalan dengan bertambahnya usia perkawinan, Anda merasa nyaman berdua. Tapi tak banyak pasangan yang menyadari, semakin banyak menghabiskan waktu berdua, semakin sedikit kepedulian Anda pada hal-hal baru yang menyegarkan di luar sana yang bila dilakukan justru bisa menyemarakkan perkawinan. Anda merasa sudah "tahu sama tahu" sehingga entah lupa atau malas, tak lagi memikirkan kejutan romantis atau tampil memikat untuk menarik perhatian pasangan.
Solusi:
Sudah waktunya Anda dan pasangan segera bangkit dan berlaku aktif! Buatlah hal-hal yang membuat pasangan tahu betapa Anda masih mencintainya dengan tulus dan tergila-gila padanya. Tunjukkan pula bahwa Anda menginginkannya, butuh perhatiannya dan ingin melakukan banyak hal bersamanya. Cari tempat yang dapat dinikmati bersama, seperti tempat liburan favorit berdua. Kalau selama ini melakukan hobi sendiri-sendiri, cari hobi baru yang bisa dilakukan bersama.
Polutan #2: Argumen
Bukan argumennya yang jadi polutan, tapi bagaimana cara Anda berdua adu argumentasi ketika terjadi perbedaan pendapat. Argumentasi merupakan hal wajar dan penting karena sering kali justru dapat membuat Anda berdua menjadi lebih dekat. Lewat argumentasi, Anda dan pasangan belajar bahwa setiap orang sering punya perbedaan cara pikir. Masing-masing dapat menggunakan perbedaan ini untuk dapat lebih memahami satu sama lain. Lalu pada akhirnya saling menghargai juga menuntun kita bersikap lebih bijak satu sama lain. Sayangnya, kebanyakan argumentasi dilakukan dengan cara negatif, seperti saling berteriak yang tujuannya semata-mata mengedepankan ego masing-masing.
Solusi:
Perlu diingat bahwa berargumentasi bukan hal yang jelek dalam perkawinan. Tapi argumentasi dalam perkawinan yang sehat bertujuan mencari titik temu dan kompromi yang bisa menyenangkan semua pihak. Jadi, Anda berdua harus belajar, ketika hendak berargumen, siapkan hati dan pikiran yang terbuka dengan tujuan mencari solusi.
Polutan #3: Penolakan
Penolakan adalah racun yang sangat mengganggu perkawinan. Banyak dari kita yang seolah "buta" bahwa relasi dalam perkawinan tak lagi sehat. Kita berusaha mengelak bahwa semuanya baik-baik saja, sehingga kita menutup diri terhadap apa yang sebenarnya terjadi. Hubungan dalam perkawinan, karena bersifat dinamis, selalu ada pasang surutnya. Kadang muncul tantangan dan problem yang bisa saja menyakitkan dan menimbulkan rasa marah. Mengesampingkan masalah malah akan membuat masalah itu sendiri bertambah besar sampai hubungan Anda benar-benar di ujung tanduk. Masalah dan tantangan akan selalu muncul, tapi solusinya baru bisa dicari jika Anda berdua mengakuinya bahwa memang ada.
Solusi:
Bersikaplah realitis dan terimalah kenyataan bahwa masalah dan tantangan dalam perkawinan bisa selalu muncul berbarengan dengan rasa cinta yang tetap melekat satu sama lain. Menyadari hal ini dapat membantu Anda berdua lebih siap menerima masalah yang tengah datang dan mencari solusinya. Kalau Anda berdua ingin terus bersama, tentu saja yang dibutuhkan adalah tim yang kuat sepanjang waktu, di saat terpuruk ataupun bahagia. Anggap saja yang menjadi lawan adalah masalah, sehingga selalu dicari cara-cara yang dapat mengalahkan masalah.
Sumber : kompas