Finna Huang: Bangga Terjun Di Bisnis Kesehatan

Entrepreneurship / 4 December 2008

Kalangan Sendiri

Finna Huang: Bangga Terjun Di Bisnis Kesehatan

Tammy Official Writer
15062
Terlahir dari keluarga pengusaha, jiwa entrepreneurship sudah tertanam kuat pada diri Finna Huang. Sejak kecil, wanita kelahiran 11 Desember 1976 ini bercita-cita memiliki usaha sendiri. Ini tak lain karena terinspirasi kesuksesan ayahnya, Harry Susilo, pendiri Grup Sekar, perusahaan yang banyak berkecimpung di bidang ekspor makanan seperti udang, kerupuk, dan terasi.

Usai meraih gelar MBA dari Boston University, Amerika Serikat, sulung dari dua bersaudara ini tidak langsung mewujudkan niatnya menjadi pengusaha. Ia terlebih dulu menimba ilmu di beberapa perusahaan di Singapura, tempat ia dibesarkan. Beberapa perusahaan kelas dunia, seperti Dell Computer dan Accenture, sempat ia masuki. Bahkan, di kedua perusahaan itu, Finna menjadi karyawan termuda.

Awal 2001, Finna memasuki babak baru dalam hidupnya, Rico A. Setiawan, pria yang dinikahinya pada 1999, diminta pulang membantu bisnis sang ayah, Anton Setiawan (pendiri Tunas Ridean). Demi mengikuti suami, Finna pun terpaksa harus meninggalkan pekerjaannya di Negeri Singa.

Finna HuangTitik balik justru terjadi di Indonesia. Finna enggan lagi bekerja kantor, meskipun ada tawaran yang datang. Ia memilih menghabiskan waktu untuk mengurus keluarga. "Saya tidak mau banyak travelling, karena berarti saya harus meninggalkan keluarga," ujarnya. Di benak pehobi menyelam ini, ia harus mencari pekerjaan tanpa meninggalkan tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.

Kemudian, Finna berpikiran mencari peluang di bisnis kesehatan, khususnya klinik kesehatan ibu dan anak. Pertimbangannya, kala itu, fasilitas, teknologi, dan obat-obatan untuk ibu dan anak yang dimiliki rumah sakit dan klinik di Indonesia masih kurang memadai. Sering, karena keterbatasan itu, pengobatan pasien tidak tuntas. Tak mengherankan, banyak orang Indonesia yang akhirnya memilih berobat ke luar negeri. "Tapi banyak juga orang yang tidak punya waktu (untuk ke luar negeri), karena ini bukan semata urusan materi, tapi juga waktu," katanya.

Idenya pun disampaikan kepada keluarga dan juga koleganya. Namun, kurang mendapat dukungan. "That's a good idea... but, ehmm, are you sure?" ujar Finna menirukan orang-orang di sekitarnya, termasuk keluarganya. Beberapa koleganya bahkan menganjurkan Finna mengurungkan niat tersebut. Pasalnya, menurut mereka, ini adalah bisnis yang sulit. Terutama mengelola dokter, bukan pekerjaan yang mudah.

Namun, Finna tetap berteguh hati. "Itu adalah tantangan. One thing about entrepreneur is how to convince people," ucapnya tegas. Ia yakin, bisnis kesehatan yang fokus di bidang ibu dan anak bisa berkembang di Indonesia. "Saya ingin do something on my own dululah," katanya dengan logat Singlish (Singapore English) yang kental. Ia pun mendirikan The Jakarta Women & Children Clinic (JWCC) di bawah payung PT Medicare Indonesia pada 2004.

Sebagai modal awal, selain dari uang pribadi, Finna juga mendapat pinjaman dari ayahnya. Bagi Finna, bisnis tetap bisnis. "Ayah saya meminjamkan uang. Saya harus mengembalikannya. It's not for free," ungkapnya.

Tidak mudah bagi Finna mengembangkan bisnis ini. Maklum, saat itu tak banyak pemain bisnis yang fokus pada klinik kesehatan ibu dan anak dengan standar internasional. Berbagai diskusi, presentasi, dan riset dilakukannya. Ini tak lain agar calon mitra, dokter, dan karyawan mau bekerjasama dengannya. "Saya harus convince mereka. Apalagi, mereka (para dokter senior) tidak saya gaji," ujarnya seraya menjelaskan, dokter senior menggunakan pola profit sharing dengan rumah sakit asal tempar mereka bekerja.

JWCC juga bekerjasama dengan Prof. P.C. Wong dan Assoc. Prof. Mary Rauff, konsultan ginekolog ternama dari Singapura. Mereka sering diajak bertukar pikiran mengenai perbaikan klinik. Mereka pun memberi bantuan referensi, juga info terbaru tentang penemuan teknologi medis terbaru. Mereka memberikan pula pelatihan kepada dokter di JWCC mengenai standar internasional. Selain itu, JWCC pun menjalin kemitraan dengan Kinder Clinic Pte. Ltd., Singapura. "Bukan berarti kami menerapkan Singapore Standard, tapi internacional Standard," kata Finna.

Kini, JWCC menjadi salah satu klinik ibu dan anak pilihan bagi kalangan menengah-atas di Jakarta dan sekitarnya. Bahkan, klinik yang memasang banderol minimal Rp 280ribu untuk konsultasi kehamilan ini bisa tumbuh hanya dengan mengandalkan promosi dari mulut ke mulut. "Kalau medical beriklan," ujar Finna, "orang tidak akan datang kecuali direkomendasikan untuk berobat ke sana."

Ibu dari Owen, Natan, dan Logan ini berencana mendirikan rumah sakit khusus ibu dan anak. "Banyak pasien kami yang meminta kami membuka rumah sakit agar ada tempat untuk melahirkan," ungkap Finna. Saat ini sebagai one stop clinic service, JWCC tidak menyediakan fasilitas melahirkan. "Jadi, kami bukan mau opening another clinic, melainkan opening another hospital," ujarnya yakin.

Sumber : Majalah SWA/Tmy
Halaman :
1

Ikuti Kami