Belum tercapainya cita-cita Flo - demikian panggilan akrab wanita berkulit putih ini - di puncak karir sebagai penyanyi, tak menyurutkan langkahnya untuk terus meramaikan jagat hiburan. Pada 2005, ia memutuskan terjun ke bisnis perusahaan rekaman dan distribusi album dengan mengibarkan bendera PT E-Motion Entertainment. Kala itu, modal yang digelontorkan sekitar Rp 4-5 miliar, di luar investasi gedung E-Motion yang cukup megah di Jl. Blora, Jakarta Pusat.
"Bisnis ini berawal dari kecintaan saya pada dunia entertainment, khususnya musik. Apalagi prospek bisnis ini di Indonesia sangat bagus," ibu dari Anastassia Mikayla Satriyo dan Arianna Noela Satriyo ini menuturkan.
Flo mengklaim, E-Motion berhasil memelopori bisnis one stop service: perusahaan label sekaligus penyedia konten (content provider). Boleh dikata, ini model bisnis baru di Tanah Air. Sebab, umumnya perusahaan label atau rekaman terpisah dari perusahaan penyedia konten dalam menjual lagu secara digital baik berbentuk ring tone maupun ring back tone.
Sama halnya dengan para pelaku bisnis yang masih pemula lainnya, Flo pun mengalami banyak tantangan. Misalnya, ketika ia terjun ke bisnis ini, kondisi industri musik sedang mengalami transformasi dari bentuk fisik menjadi digital. Untunglah, ia bisa beradaptasi. Lantaran ia masuk ke industri musik diawali dari pengalaman dunia distribusi konvensional, ia pun tak segan-segan turun langsung ke Pasar Glodok memantau situasi pasar kaset dan CD. "At the first itu sangat susah karena bisa dibilang saya merasa diremehkan. Sering orang beranggapan bahwa saya ini perempuan, mau apa datang ke Pasar Glodok," ungkap lulusan Studi Internasional dari University of California, Irvine, Amerika Serikat ini.
Kendati demikian, ia membenarkan banyak kemudahan yang diraih sebagai kaum Hawa dalam berbisnis. Selain gampang dalam pengurusan izin di instansi pemerintah, ia juga mudah dalam menjalin relasi. Hanya saja, "Kami harus jeli, mau bertemu siapa, tata cara berpakaian, berbicara, dan gerak-geriknya harus disesuaikan," ujar bungsu dari dua bersaudara ini membeberkan secuil rahasia suksesnya.
Menurut pengusaha wanita kelahiran Jakarta, 24 Oktober 1982 itu, di kancah bisnis hiburan sering menghadapi para lelaki yang mencoba iseng ingin "menganggunya." "Untuk mengatasinya saya harus pintar tarik-ulur. Sampai sekarang saya sering stress dengan perlakuan ini. But I think challenge-nya disitu," Direktur Pengelola E-Motion ini menerangkan. Apalagi, satu pesan ayahnya yang terus terngiang di telinganya: I like lady, but think like a man. Flo beranggapan ketika perempuan telah menjadi ibu rumah tangga dan terjun ke bisnis, harus lebih kuat dan tahan banting dibanding pria, karena sudah menjalankan multifungsi.
Flo berambisi sukses sebagai ibu rumah tangga dan business woman. "Saya bisa mengatur waktu sendiri. Beda jika saya harus bekerja dengan orang lain dan kantornya jauh dari tempat tinggal," ujar Flo yang berusaha menyempatkan makan siang bersama anak dan suaminya.
Dalam perkembangannya, kerja keras Flo membuahkan hasil. Di tahun pertama, ia berhasil mencetak omset sekitar Rp 15 miliar, dan akhir tahun ini ditargetkan Rp 40 miliar. Selama ini, kontribusi pendapatan terdiri dari 70% content provider dan 30% dari penjualan kaset plus CD. Sementara itu, beberapa artis terkenal yang sudah diorbitkan adalah penyanyi jazz Tompi dan grup band Drive.
Tak puas dengan beberapa prestasi yang dicapai, Flo sudah siap dengan sejumlah agenda pengembangan bisnisnya nanti. Ia bakal serius menggarap rilis album anak-anak yang sejauh ini kurang dilirik produser. Ia prihatin dengan kondisi musik anak-anak sekarang yang justru cenderung menyanyikan lagu-lagu orang dewasa. "Kalau pun rugi di atas kertas, saya akan tetap coba. Ini proyek idealis," tukas Flo. Untuk peluncuran album penyanyi dewasa yang terbaru, ia tengah menyiapkan grup band Cosmic yang beraliran pop rock dan penyanyi pop Titi Kamal.
Di mata suaminya, sosok Flo merupakan pebisnis yang cukup berhasil, tapi ia mesti banyak belajar. Ia bangga karena banyak kemajuan yang dicapai E-Motion, baik dalam omset maupun produksi. "Industri musik itu memadukan antara produksi, promosi, dan pemasaran. Kekuatan jejaring Flo merupakan modal utama yang bisa digali. Ia punya analisis bisnis yang tajam," tutur Sarjana Ekonomi dari Universitas Airlangga ini. Selain itu, Piyu menyarankan sang istri agar banyak menggunakan nalar dan kepekaan naluri dalam berbisnis.