Santet Masuk Kurikulum SD di India

Nasional / 26 November 2008

Kalangan Sendiri

Santet Masuk Kurikulum SD di India

Tammy Official Writer
4606
Sekolah Dasar (SD) di India akan mendapat pelajaran baru. Ilmu tenung atau santet. Maksudnya tentu bukan untuk menyakiti orang lain. Tapi sebagai upaya untuk melenyapkan takhayul-takhayul yang melatarbelakangi pembunuhan mengerikan karena seseorang disantet.

Praktik santet memang bukan seseatu yang asing bagi masyarakat India. Mereka percaya tukang tenung mampu menyakiti manusia dan hewan serta merusak panen.

Pada tahun 2003, sekitar 750 orang, sebagian besar perempuan, dibunuh dalam perburuan tukang santet di daerah Assam dan Bengali Barat. Bahkan satu keluarga yang terdiri dari empat orang dirajam lalu dikubur hidup-hidup akibat tuduhan menyantet keluarga kepala desa. Tak kalah mengerikan, dua orang dibunuh karena dituduh tukang santet. Kepala mereka dipenggal lalu diarak di jalan-jalan di Assam.

IndiaBeberapa kalangan berpendapat penerapan kurikulum santet itu penting karena kepercayaan-kepercayaan terkait takhayul harus dihapus jika India memang ingin perburuan terhadap tukang santet berakhir.

Namun beberapa akademisi yakin perburuan tukang tenung tak bisa dilepaskan dari kondisi ekonomi. Kelompok ini mengklaim perbaikan penghasilan, bukan pendidikan, merupakan cara terbaik untuk menghapus kepercayaan pada ilmu hitam.

Beberapa penelitian memang menunjukkan lebih banyak 'tukang tenung' dikenali di masa-masa sulit. Misalnya di Eropa pada abad ke-16 dan 17. Sekitar 1 juta perempuan dibunuh karena disangka mempraktikkan ilmu hitam.

Perburuan tukang santet juga terjadi di distrik Meatu, Tanzania. Hampir separuh pembunuhan terkait kasus santet. Sementara hampir semua korban adalah perempuan tua dari keluarga miskin.

Dalam sebuah seminar, dosen Universitas Columbia Raymond Fisman mengatakan, pembunuhan terhadap tukang santet menjadi semacam wabah. Biasanya terjadi saat hasil panen buruk. "Mereka menyalahkan orang-orang yang disebut tukang tenung. Yang dijadikan sasaran adalah orang yang menghabiskan paling banyak tapi menghasilkan tersedikit dalam keluarga. Siapa? Nenek," beber Fisman.

Kesimpulannya, kata Fisman, cara tercepat untuk menghilangkan praktik perburuan tukang santet adalah memberi pensiun kepada perempuan tua. Dengan begitu nenek yang awalnya menjadi beban keluarga berubah menjadi pemilik harta. Cara ini pernah dijalankan di Provinsi Utara di Afrika Selatan pada tahun 1990-an. Dan berhasil.


Sumber : kompas.com/Tmy
Halaman :
1

Ikuti Kami