Dari Dunia Pelayanan Masuk Dunia Profesional

Entrepreneurship / 23 November 2008

Kalangan Sendiri

Dari Dunia Pelayanan Masuk Dunia Profesional

Tammy Official Writer
6351
Sejak mendirikan John Robert Powers (JRP) Surabaya, prestasi Indayanti Oetomo terus menanjak. Ia menjadi satu-satunya orang Indonesia yang mengikuti Corporate Training John Robert Powers Int. Boston, Amerika Serikat. Peraih Citra Kartini Indonesia 1996 ini telah dipercaya menjadi direktur internasional JRP untuk Indonesia. Di bawah kepemimpinannya, JRP Indonesia terus berbenah diri. Tekadnya adalah untuk menjadikan JRP sebagai sekolah pengembangan pribadi terdepan.

Kisahnya Bergabung Dengan John Robert Powers
Sebelumnya, saya adalah penjual buku-buku dari luar negeri, pernah sebagai account executive, dan human resources (personalia). Saya tertarik bergabung dengan JRP karena melihat banyak orang berbisnis menghalalkan segala cara. Apakah nggak mungkin bisnis pada jalur yang benar? Itu idealisme saya.

Saya pilih JRP karena setahu saya, yang ahli dalam personalitiy development dan communication hanya JRP. Saya melihat Mr. Powers punya pendalaman filosofi yang baik mengenai perilaku manusia. Ternyata segala sesuatu yang terjadi di dunia karena kita tidak mengenali diri dengan baik dan juga tidak mampu berkomunikasi dengan benar. Komunikasi disini menyangkut bagaimana manusia itu bisa mendapatkan suatu penilaian dari orang lain seutuhnya.

Indayanti Oetomo-John Robert PowersSpirit Yang Ditanamkan Dalam John Robert Powers
Spirit untuk bisa customer orientation-lah yang ditanamkan. Kita membuat impian semua orang bisa terealisasi. Visi kita ialah make it happen dan make your dreams come true. Tidak masalah sekalipun Anda cacat, selama Anda masih punya mental dan pemikiran yang sehat, Anda tetap bisa mewujudkan impian Anda. Apapun keinginan Anda asal disertai komitmen dan tahu konsekuensinya, kami akan mendorong Anda untuk menjadi manusia seutuhnya.

Misi JRP ialah membantu manusia mewujudkan mimpinya dengan dasar cinta kasih. Saya melihat ada sisi relijiusnya juga. Prinsip JRP, tanpa cinta kasih semua ilmu tidak bisa diterima oleh murid dengan baik. Kami menekankan bahwa siapapun staf maupun instruktur harus punya cinta kasih. Jadi, ada ketulusan dan integritas dalam menjalankan semua perannya. Misi JRP Indonesia juga membantu membuat bangsa Indonesia mampu berdiri sejajar dengan bangsa lain melalui pemahaman-pemahaman etika sehingga bangsa lain tidak under estimated (memandang rendah).

Dinamika Dalam John Robert Powers
Pertama yang diajarkan dalam JRP adalah relajar mengenali diri sendiri melalui keterbukaan dan konsultasi. Kedua, memberikan berbagai skill: bagaimana cara-cara membuat diri tampil lebih positif berbicara di depan public dan kemampuan-kemampuan lainnya. Tanpa pembekalan ini, skil-skill itu akan susah diterima dan dikembangkan.

Dalam praktiknya, ada kesulitan untuk menggali skill mereka seperti mereka masih sulit memahami pribadi mereka karena masih berprasangka. Misalnya, apakah gurunya mampu menyimpan rahasia sebagai tempat konseling yang benar? Apakah instrukturnya tipe konselor yang baik atau reseh? Itu wajar. Nah, kembali kepada instruktur untuk bisa membuat siswa yakin terhadapnya. Karena itu masalah privasi, kita harus tahu rambu-rambunya.

Dari pengalaman selama men-training, yang menjadi masalah dari pribadi-pribadi itu adalah mereka sulit diajari perubahan. Sesuatu yang baru itu sebenarnya hal yang postitif, tapi mereka selalu bercermin dengan ukurannya sendiri, subjektifitas mereka. Ini kendala-kendala yang paling sulit. Masalahnya, ini kan mengubah manusia.

Untuk memotivasi, sering kami memberikan contoh dan menunjukkan akibat-akibatnya kalau mereka terus bertahan dengan pilihannya. Saya katakan take it or leave it. Jadi terserah Anda, yang penting kita menunjukkan resiko-resikonya.

Indayanti Oetomo-John Robert PowersBelajar Dan Meramu John Robert Powers Khas Indonesia
Pada tahun 1993, selama satu bulan saya sekolah dari pukul 9 pagi sampai 9 malam kecuali Sabtu dan Minggu. Saya diajar mulai apa itu JRP, manajemennya sampai semua modul bagi beberapa program. Jadi, saya sudah memegang ramuannya, bumbu mentahnya, tinggal saya mau masak apa. Untuk itu harus punya art (seni) untuk menyesuaikan dengan budaya masing-masing. Jadi, nggak bisa mengadopsi 100 persen.

Selama saya berinteraksi dengan sesama tutor dari luar Negeri, yang saya tangkap, di Negara-negara maju pengembangan pribadi sendiri nggak perlu lama, mereka lebih ke arah skill-nya. Tapi untuk development countries seperti Indonesia, personality-nya perlu jam lebih banyak karena mereka kadang-kadang belum confident. Jadi, mereka yang di Negara maju sudah on stage dan berani tampil di depan umum. Kalau di Indonesia basic-nya yang musti diperkokoh.

Kualitas SDM Bangsa Indonesia
Mengenai kualitas SDM kita sendiri, yang pertama perlu dibenahi adalah pribadinya. Mereka kebanyakan lebih ingin menjadi orang lain dan tidak bangga terhadap dirinya, itu yang harus dibenahi. Kepribadiannya labil karena mudah sekali ikut arus. Itu bahaya sekali.

Setelah kepribadian, yang perlu diperbaiki adalah komunikasi. Baik verbal maupun non-verbal. Kalau verbalnya ada kelas-kelas seperti public speaking, presenter, dan sebagainya tapi non-verbalnya adalah appearance-nya. Kemudian etika saat berbicara di depan umum atau di depan orang. Apakah mereka mengerti batasan-batasan atau mampukah membawakan pesannya itu secara tepat. Jadi, dua itu poinnya.

Dan selanjutnya, skill. Itu luas sekali. Kemudian diajarkan team building, leadership, dan seterusnya.

Dari sisi leadership bangsa kita, yang perlu dibenahi adalah keteladanannya. Orang Indonesia pintar ngomong. Teknik retoriknya jago, tapi NATO kan? No Action Talk Only. Sekarang yang efektif ialah action sebagai keteladanan. Sebetulnya gampang, Indonesia ini paternalistis, nggak susah kok mendidik bangsa ini. Apalagi dengan kepribadian yang labil seperti ini.

Begitu pula yang terjadi dalam dunia kerohanian. Yang kurang dari kepemimpinan di gereja sehingga kurang bagus kondisinya adalah kurang keteladanan juga. Pendetanya bisa ngomong di atas (mimbar) dengan kasih, tapi apakah dia pelaku Firman? Seharusnya dia sendiri yang mengalami proses, baru boleh disampaikan kepada jemaat. Itu yang lebih bagus.

Jika Anda menanyakan, apakah mereka juga perlu sekolah kepribadian, ya perlu juga. Tapi karena mereka (umumnya) sangat berkedok, butuh proses dari Roh Kudus. Sekolah seperti saya kadang dianggap sekuler. Ini mungkin kelemahan orang Kristen yang tidak mau tahu dan tidak mau menerima masukan apapun.

Jangalan apriori terhadap pelajaran-pelajaran sekuler, jangan merasa ajaran kita yang terbaik. Orang Kristen perlu lebih kaya wawasan. Saya melihat orang Kristen banyak yang narrow minded (berpikiran sempit).

Background Dunia Pelayanan Masuk Dunia Profesional
Saya masih ingin melayani siapapun. Jika saya sudah di pelayanan, pakai gelar evangelist, saya nggak bisa masuk komunitas lain. Jadi saya tidak perla bawa label atau payung saya ini Kristen apa, Tuhan saya siapa, mereka tahu saya Kristen. Ini cara saya untuk mem-PR (Public Relations)-kan Tuhan saya. Itu sebabnya saya tidak masu khusus di pelayanan. Saya mau masuk ke mana-mana. Di JRP sendiri saya tidak ekstrem untuk menerima komunitas tertentu, semua kami tarima. Saya ingin menunjukkan kasih itu tanpa batas.

Sebagai profesional Kristiani, agar bisa menjadi terang dan garam buat saya gampang saja. Ya, to represent of our God. Jadi, mendekati apa yang Yesus lakukan, paling tidak bisa belajar agar bisa sesuai dengan Bos kita, gitu kan?

Tips Praktis
Terutama dalam perilaku, jadilah perilaku kasih, itu sudah sebagian dari karakteristik Kristus. Kemudian tampil beda dengan dunia. Kalau tidak ada bedanya dengan dunia, bagaimana dong, kita ini anak Tuhan atau bukan?

Di John Robert Powers sendiri, dari power of magic kita (POWER), kita mengajarkan P-nya Positive attitude. Ada O itu Other People. Orang nggak bisa (mikir untuk) other people kalau tidak punya kasih. Jadi, selalu ada other people dan etika. Kalau kita mengajar etika tanpa didasari kasih, orang tidak bisa beretika.


Sumber : Bahana Magazine/Tmy
Halaman :
1

Ikuti Kami