Hillary terpukul dengan kekalahannya pada pemilihan pendahuluan. Situasi ini membuat ketegangan dan permusuhan tersendiri antara kubunya dan kubu Obama. Apalagi, tidak dipilihnya Hillary sebagai calon wakil presiden membuat banyak pendukungnya kecewa dan berkomitmen untuk tidak mendukung Obama walaupun mereka dari partai yang sama. Situasi ini cepat disikapi pimpinan Demokrat karena boikot pendukung Hillary bisa berakibat fatal. Pertemuan "perbaikan hubungan" segera dilakukan, sampai akhirnya Hillary dan suaminya, Bill Clinton, sepakat untuk berkampanye bagi kandidat partainya. Meski keduanya kencang menyuarakan dukungan untuk Obama, di balik pemulihan itu, kedua kubu tampaknya masih tetap berjarak. Karena itu, kalau usulan Menlu tersebut dipenuhi, akan terbentuk sebuah kabinet yang beragam, dari yang sekubu hingga lawan yang tangguh.
Sebetulnya, petunjuk jelas kesediaan Obama untuk melibatkan orang-orang yang berbeda pendapat dengan dia terlihat pada wawancara dengan Katie Couric, redaktur pelaksana CBS Evening News, pada Januari lalu. Obama ditanya buku apa yang dianggapnya sangat penting. Dia menyebut Team of Rivals yang ditulis oleh Doris Kearns Goodwin. Buku itu merupakan biografi Abraham Lincoln. Goodwin menjabarkan kepiawaian Lincoln dalam mengatasi perbedaan. Setelah menang, Lincoln tidak melakukan perbuatan yang sering dilakukan banyak orang saat berkuasa, yakni menginjak orang-orang yang tidak segaris dengannya. Jalan yang ditempuh Lincoln justru memadukan "orang-orangnya" dengan lawan-lawan politik atau orang-orang yang berseberangan ke dalam kabinet yang dipimpinnya. "Inilah teladan kepemimpinan yang luar biasa," komentar Obama."Saya kira itulah bagian yang akan saya tempuh sebagai presiden,' ujarnya dalam wawancara tersebut.
Tak Mau Spekulasi
Kubu Clinton masih menolak mengomentari kemungkinan itu. Penasihat senior Philippe Reines mengatakan, spekulasi mengenai kabinet atau penunjukan jabatan pemerintahan sesungguhnya berada di tangan tim transisi Presiden terpilih. Namun, NBC News melaporkan Hillary sudah terbang ke Chicago, yang saat ini menjadi basis Obama sebelum pindah ke Ibukota. Hanya saja seorang penasihatnya mengatakan, kepergian Hillary itu untuk urusan bisnis.
Hillary (61) memiliki pengalaman dalam masalah luar negeri di Senat, khususnya di Komite Militer Senat. Selain itu, secara tidak langsung ia berkesempatan berkecimpung jauh soal ini ketika suaminya menjabat selama dua periode, 1993-2001.