Siapa Yang Menjadi Pusat?

Kata Alkitab / 7 November 2008

Kalangan Sendiri

Siapa Yang Menjadi Pusat?

Puji Astuti Official Writer
6157

Selama 1400 tahun orang mempercayai bahwa pusat jagad raya ini adalah bumi, ini merupakan teori yang dikemukan Ptolemy yang hidup pada 150 AD. Menurut teorinya,  seluruh planet, bulan, dan matahari berputar mengelilingi bumi. Teori ini didukung oleh pandangan Aristoteles dan juga kepercayaan saat itu yang menyatakan bahwa bumi itu datar. Hal ini telah menjadi kepercayaan yang mendarah daging, bahkan bagi kalangan gereja masa itu.

Sampai pada abad ke 15, sebuah pemikiran yang controversial muncul, yaitu pusat tata surya adalah matahari, dan bumi itu tidak datar tapi bulat. Teori yang dinyatakan oleh Nicolas Copernicus ini didukung oleh Aristacus yang sebelumnya juga telah menyatakan hal yang sama. Teori yang disebut sebagai teori Heliosentris ini tidak begitu saja diterima, ada orang-orang yang menjadi korban karena membuat sebuah perubahan paradigma yang radikal. Dan yang menyesakkan adalah yang menjatuhkan hukuman adalah gereja, karena pemikiran baru tersebut dianggap melawan kebenaran Alkitab.

Hal diatas bicara tentang pusat tata surya ini. Tahukah Anda, saat ini banyak orang memiliki pola pikir dan cara pandang yang sama dengan generasi sebelum Copernicus, hanya saja kali ini tentang apa yang menjadi pusat kehidupan seseorang.

Hari-hari ini, banyak buku mengenai kesuksesan yang terbit bahkan menjadi best seller. Disana diajarkan menggunakan kuasa perkataan, kekuatan sebuah mimpi, dan adanya kekuatan yang tak terbatas diluar diri manusia yang sanggup membantu untuk melakukan apapun untuk mencapai kesuksesan.

Dalam Alkitab ada seorang raja besar Israel yang kesuksesannya belum ada yang menandingi, bahkan oleh mereka yang hidup di jaman ini. Raja besar itu adalah Salomo. Ya, dia tahu semua rahasia yang ditulis oleh buku-buku itu, dan dia sangat berhasil. Tapi mari kita lihat, apa yang ditulisnya tentang semua yang telah dicapainya.

Dalam Amsal 2:4, Salomo menulis, "Aku melakukan pekerjaan-pekerjaan besar, mendirikan bagiku rumah-rumah, menanami bagiku kebun-kebun anggur."  Dia menyatakan telah melakukan pekerjaan-pekerjaan besar, dan banyak hal bagi dirinya sendiri. Jika Anda membaca dengan lengkap dari ayat 4 tersebut hingga ayat 10, Salomo mencatat prestasi-prestasi yang telah dicapainya. Namun sebuah pernyataan yang sungguh mengejutkan dituliskannya pada ayat 11," Ketika aku meneliti segala pekerjaan yang telah dilakukan tanganku dan segala usaha yang telah kulakukan untuk itu dengan jerih payah, lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin; memang tak ada keuntungan di bawah matahari."

Dalam semua keberhasilannya, Salomo berkata semuanya sia-sia. Tahukah Anda kenapa? Jika Anda perhatikan, dalam Amsal 2:4-10, semua yang diperbuat Salomo selalu ada kata ‘bagiku'. Dia melakukan segala sesuatu untuk dirinya sendiri. Pusat kehidupannya adalah dirinya sendiri. Inilah yang membuat segala jerih payahnya sia-sia, karena kehidupan bukanlah tentang diri kita sendiri. Pusat kehidupan ini bukan diri kita sendiri, tetapi Tuhan.

Friends, it's not about you, it's about God. Dalam Roma 11:36 dituliskan seperti ini, "Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!"

‘Segala sesuatu' disini artinya adalah semua yang ada di tata surya ini, termasuk didalamnya Anda dan saya diciptakan untuk kepentingan Tuhan. Kehidupan yang bertujuan untuk memuliakan Tuhan, itulah bentuk penyembahan kita. Tetapi jika kehidupan ini berpusat pada diri sendiri, berarti orang itu sudah menyembah berhala. Dia menjadikan dirinya, pusat penyembahannya. Orang itu menjadikan kesuksesannya sebagai pusat kehidupannya.

Jika Anda tidak ingin merasakan kesia-siaan dalam segala jerih payah Anda seperti Salomo, jadikanlah Tuhan pusat kehidupan Anda. Sembahlah Tuhan, bukan diri Anda, pekerjaan Anda, keluarga Anda atau bahkan berhala.

Seperti apakah penyembahan yang Tuhan tuntut dari manusia? Hal ini sangat jelas dituliskan oleh nabi Mikha, "Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?" (Mikha 6:8).

Allah tidak menuntut persembahan dalam jumlah besar, yang tak bercacat seperti lebu berumur satu tahun, ataupun bahkan putra sulung Anda (Mikha 6:6-7), yang Tuhan inginkan dari Anda sangatlah sederhana. Pertama, berlakulah Adil, kedua cintailah kesetiaan dan yang ketiga adalah hiduplah dengan rendah hati dihadapan Allah.

  Berlakulah adil

Tuhan melihat apa yang kita lakukan bukan apa yang kita katakan. Jika And abaca firman Tuhan, orang Farisi tahu seluruh kebenaran Allah, namun Yesus mencela mereka karena mereka tidak menjadi pelaku firman Tuhan.

Tuhan ingin kita menjadi pelaku, bukan hanya tahu. Dengan melakukan kebenaran firman Tuhan Anda pasti berlaku adil, karena dalam Mazmur 19:10 "Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya."

Cintailah Kesetiaan

Mencintai kesetiaan, dalam Alkitab terjemahan bahasa Inggris versi King James dituliskan sebagai "to love mercy". Kata Mercy dalam kamus diartikan sebagai : belas kasihan, kemurahan hati, pengampunan. Jadi bisa disimpulkan disini orang yang mencintai kesetiaan adalah mereka yang memiliki hati yang penuh belas kasihan, kemurahan hati dan hati yang mengampuni.

Hidup dengan rendah hati dihadapan Allah

Hidup dengan rendah hati disini artinya mengakui bahwa sebagai manusia kita tidak dapat melakukan sesuatupun dengan kemampuan kita sendiri. Hal ini mengacu pada perumpaan ranting dalam Yohanes 14:4, "Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku."

Kembali lagi, bahwa hidup ini bukan tentang diri kita, kehidupan ini adalah tentang Tuhan. Apapun kehendak Allah dalam hidup Anda secara spesifik, lakukanlah dengan segenap hati. Jika Anda salah menaruh pusat kehidupan Anda, maka dalam akhir hidup Anda, Anda akan menemukan segala sesuatunya adalah kesia-siaan. Namun jika Anda berjalan dalam kehendak Allah, hal sekecil apapun yang Anda lakukan itu sangat berarti dan berdampak. Ingatlah selalu, kehidupan ini adalah tentang Tuhan bukan tentang diri Anda sendiri.

Sumber : Kotbah Donny F T
Halaman :
1

Ikuti Kami