Menemukan talenta adalah sebuah hal dan mengembangkannya adalah hal yang lain lagi. Tidak ada kepastian jika seseorang telah menemukan talentanya ia akan mengembangkannya juga. Bagi saya mengembangkan talenta adalah sebuah perjalanan yang menyenangkan karena kita bisa melihat sejauh mana hidup kita berarti dan bisa jadi kita akan terkagum-kagum pada diri kita sendiri.
Orang yang tidak mengembangkan talenta menurut saya adalah orang yang mencuri atau menyabotase dirinya sendiri, mencuri manfaat yang bisa didapatkan oleh orang lain dan mencuri kemuliaan Tuhan.
Sebagai ilustrasinya, bayangkan suatu hari saya berkunjung ke rumah Anda dan Anda menyuguhkan saya buah mangga yang manis dari kebun di belakang rumah Anda. Tak henti-hentinya dengan antusias Anda bercerita mengenai pohon mangga yang berbuah lebat di belakang rumah Anda. Pohon itu usianya sudah belasan tahun.
Saya kemudian penasaran lalu meminta ijin kepada Anda untuk membawa satu biji mangga pulang ke rumah. Tidak hanya itu, saya juga minta diberikan sedikit pengetahuan bagaimana cara menanam dan merawat pohon mangga tersebut. Di luar dugaan Anda begitu murah hati. Tidak hanya pengetahuan, Anda juga memberikan saya pupuk yang Anda pakai untuk pohon mangga Anda tersebut.
Dengan penuh antusias, keesokan harinya saya menanam biji mangga itu di halaman depan rumah saya. Semua aturan yang diberikan saya patuhi. Saya juga rajin menyiram dan memupukinya. Sayangnya bulan demi bulan berlalu dan biji mangga tersebut tidak juga tumbuh. Ternyata bij mangga tersebut dari awal telah bertekad untuk tidak mau tumbuh menjadi pohon. Bukankah ini berarti bahwa ia menyabotase sendiri potensi yang ia miliki?
Biji mangga itu memilih untuk mati sebagai biji mangga. Alhasil impian saya untuk mendapatkan sebuah pohon mangga yang berbuah lebat dan manis-manis hanya tinggal impian. Tadinya saya berpikir jika pohon mangga itu berbuah, saya tentu bisa membagikan buah-buah mangga itu kepada tetangga, saudara serta sahabat-sahabat saya. Ini adalah manfaat yang bisa saya dan orang lain rasakan jika biji mangga itu tumbuh dan berbuah. Sayangnya, manfaat itu tidak kami terima. Ini yang saya namakan mencuri manfaat yang bisa diterima sesama jika kita tidak mengembangkan talenta kita.
Di samping itu jika saja pohon mangga itu berbuah banyak dan manis-manis tentu saya sebagai pemiliknya akan bangga. Saya akan menerima pujian dari orang-orang yang menikmati betapa lezatnya buah mangga dari pohon saya. Bandingkan dengan talenta yang kita miliki sebagai pemberian Tuhan. Talenta tersebut adalah milik Tuhan dan jika kita dengan setia mengembangkannya, Tuhan akan dipermuliakan. Itulah sebabnya orang yang tidak mengembangkan talenta mencuri kemuliaan Tuhan.
Perjalanan Hidup Yang Sebenarnya
Pernahkah Anda berada di sebuah kota yang baru pertama kali Anda datangi dan Anda sama sekali tidak tahu seluk-beluk jalan di kota tersebut. Saat itu Anda sedang mencari Jalan Pahlawan dan entah beberapa kali Anda berjalan kaki mondar-mandir hingga kaki Anda terasa begitu pegal. Lalu Anda memutuskan untuk bertanya kepada orang di warung, di mana letak Jalan Pahlawan. Di luar dugaan, orang di warung tersebut mengatakan bahwa jalan ini alias jalan tempat Anda sekarang berada adalah Jalan Pahlawan.
Jika hal tersebut benar-benar Anda alami, bagaimana perasaan Anda? Pertama, Anda mungkin merasa jengkel karena dari tadi Anda sebenarnya sudah berada di jalan yang Anda cari. Namun yang kedua, Anda tentu merasa senang sebab pencarian panjang Anda telah berakhir.
Hal yang sama kerap terjadi dalam hidup ini. Bertahun-tahun hidup kita dihabiskan untuk menemukan di jalan mana semestinya kita berada. Terkadang pada saat tertentu kita merasa "kayaknya hidup saya bukan di sini, deh". Lalu kita memutuskan untuk banting setir dan mencari kehidupan lainnya, bentuknya bisa pekerjaan baru, memulai bisnis baru atau pindah jurusan pada waktu kuliah.
Pencarian seperti itu bisa berlangsung berkali-kali sampai suatu ketika kita merasa benar-benar cocok dengan pekerjaan yang kita geluti. Pada saat itu hati kita akan riang-gembira. Kita tidak lagi merasa terbeban ketika melakukan aktivitas tersebut. Saya menyebut ini sebagai momen eureka. Ya, eureka karena pencarian terbesar dalam hidup kita telah menemukan hasilnya.
Perjalanan hidup yang sesungguhnya barangkali baru kita mulai ketika kita tahu dengan pasti talenta yang kita miliki. Talenta yang kita miliki adalah bekal terpenting untuk menggenapi tujuan hidup kita di dunia ini. Tujuan itu sebenarnya sudah ada sejak kita diciptakan oleh-Nya.
Dengan menemukan talenta, hidup kita memiliki arah yang jelas. Kita tahu dalam area mana saja kita harus menfokuskan hidup kita. Kita akan lebih mudah menentukan prioritas dalam keseharian hidup kita sehingga kita tidak diombang-ambingkan ke sana ke mari.
Saya kerap mengatakan kalau seseorang ini perjalanan hidupnya memilki arti, ia harus menempuh tiga tahap penting, yakni: