Direktur Organisasi Penelitian Ruang Angkasa India, S Satish mengatakan, semua persiapan telah selesai dilakukan dan satelit siap diluncurkan 22 Oktober pagi. Dikatakan, satelit tersebut telah diintegrasikan dengan satelit peluncur setelah semua pengujian dilakukan seperti penempatan panel matahari dan sebagainya.
Misi senilai US$ 80,8 juta ini akan melakukan serangkaian pengujian selama dua tahun, untuk memberikan data lengkap kandungan mineral, kimia, dan karakteristik topografi permukaan bulan. GK Menon, mantan kepala organisasi penelitian ruang angkasa India, menyebut Chandrayaan-1 sebagai simbol kesuksesan besar program domestik India.
Misi ini juga membawa 11 uji coba ilmiah, yakni lima dari India, dua dari badan luar angkasa Amerika Serikat, NASA, dan masing-masing satu uji coba ilmiah dari Jerman, Inggris, Swedia, dan Bulgaria.
Negara Asia Ketiga
Kesuksesan peluncuran pada Rabu (22/10) akan menjadikan India sebagai negara Asia ketiga yang menempatkan satelitnya di bulan setelah Jepang dan Tiongkok. India juga memiliki ambisi luar angkasa lainnya yakni mengirimkan astronaut, ke luar angkasa pada tahun 2014 dan misi berawak ke bulan pada tahun 2020.
Sekalipun memiliki dana yang terbatas, India mengoperasikan program angkasa luar, yakni pesawat peluncuran, satelit, dan pusat pemrosesan data. Jika ambisi terbesar misi luar angkasa negara itu berhasil, maka hal tersebut akan menjadikan badan penelitian luar angkasa India sebagai pemain utama dalam sistem peluncuran luar angkasa komersial di dunia.
India telah memulai program luar angkasanya sejak 1963 dan sukses membangun satelit serta roket peluncur buatan dalam negeri, untuk mengurangi ketergantungan pada negara lain. India berhasil mengirimkan roket peluncur untuk pertama kalinya pada 1980. Hingga kini, India telah berhasil mengirim 29 satelit.
Di antaranya peluncuran satelit Italia pada April 2007 dan satelit mata-mata Israel pada Januari 2008. Namun, masih terbentang jarak panjang bagi India untuk mengejar Tiongkok, yang bersama dengan Amerika Serikat, Rusia, dan badan ruang angkasa Eropa, sudah mapan dalam sektor peluncuran komersial.
Pejabat Tiongkok mengatakan, telah merencanakan misi berawak ke bulan pada masa mendatang, setelah sukses menjadi negara ketiga di dunia, yang pernah melakukan misi berjalan di angkasa, September. Ambisi jangka panjang Beijing, adalah mengembangkan stasiun ruang angkasa sendiri pada 2020, untuk menandingi stasiun ruang angkasa internasional (ISS) yang menjadi proyek gabungan AS, Rusia, Jepang, Kanada, dan sejumlah negara Eropa.