Kembalikan Otoritas Itu!

Marriage / 15 October 2008

Kalangan Sendiri

Kembalikan Otoritas Itu!

Purnama Sari Dewi Gultom Official Writer
4787

Banyak kasus di dalam Alkitab yang mencatat saat ada masalah datang, baik dalam hal pangan, kelaparan, negara dalam bahaya maupun masalah lainnya, dapat terselesaikan dengan melibatkan keluarga, melalui pemulihan keluarga atau juga rekonsiliasi di dalam keluarga. Dari kasus yang ada tersebut, Anda akan mengerti betapa Allah memperhatikan dan menghargai keluarga.

Dalam Kejadian 26:1-3, diceritakan di sana bahwa Ishak dan Ribka mengalami masa kelaparan dan itu bukanlah kelaparan pertama yang terjadi. Masa kelaparan itu telah terjadi beberapa kali, dengan kata lain mereka mengalami krisis ekonomi yang berkepanjangan. Krisis pangan pada waktu itu rupanya berdampak pada usaha Ishak sebagai seorang peternak dan petani. Sehingga mereka harus pindah dari tanah perjanjian ke Gerar di Filistin. Bahkan mereka hampir saja kembali ke Mesir. Kata yang dipakai di sini adalah pergi dalam arti ‘pindah' dan bukannya buka usaha baru, dalam istilah sekarang Ishak mengalami kebangkrutan.

Ketika mereka berniat untuk pindah ke Mesir, malaikat Tuhan menghalangi mereka untuk pergi ke sana karena memang bukannya tempat yang menentukan berkat ataupun hoki berdasarkan kepercayaan tertentu, tetapi ada hal lain yang harus dipulihkan yaitu otoritas atas sumber alam, otoritas yang dirancangkan Allah dan telah diberikan kepada manusia.

Cukup menarik jika Ishak ikut terkena dampak dari krisis pangan, krisis ekonomi seperti orang kebanyakan. Padahal banyak juga anak-anak Tuhan saat ini yang bertanya-tanya mengapa si A dan si B justru diberkati dengan mukjizat luar biasa di tengah krisis ini sementara kebanyakan orang habis-habisan secara ekonomi (itulah yang saya alami dalam perusahaan saya).

Saya katakan kisah Ishak ini cukup menarik karena Ishak adalah pewaris tunggal, generasi pertama dari Abraham namun ia tidak mewarisi janji Tuhan kepada Abraham. Abraham, yang kepadanya Allah pernah bersumpah dengan suara yang ‘audible', bisa didengar telinga, bahwa Allah akan memberkati Abraham dan keturunannya. Allah bersumpah demi diri-Nya sendiri untuk hal itu (Kej. 22:15-18). Bahkan Ishak menjadi saksi hidup di puncak bukit Muria, saat acara korban yang hampir-hampir mengorbankan dirinya. Kenapa Ishak tidak (belum) diberkati? Kemana otoritas atas sumber kehidupan itu? Hal ini begitu menarik bagi saya.

Tahun-tahun 1991-1992, saya mendapat ayat-ayat berikut ini yang mengatakan bahwa karena darah Kristus, maka kita ini juga menjadi orang yang berhak atas janji-janji Abraham.

Galatia 3:14, Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu.

Di tahun 1992, saya masih bekerja sebagai sales marketing di Astra Export Company. Saya sedang bergumul dan ragu-ragu, apakah saya akan terus sebagai karyawan atau memberanikan diri untuk membuka usaha sendiri? Firman di ataslah yang membuat saya mendapat rhema dan keberanian untuk membuka usaha sendiri di tahun 1992 karena keyakinan sebagai orang yang berhak atas berkat Abraham.

Saya mendapat ‘rhema'; karena darah Yesus, maka Allah juga bersumpah demi diri-Nya untuk memberkati saya dan keturunan saya. Dan benar usaha saya diberkati Tuhan luar biasa dan saya semakin bertanya mengapa Ishak, generasi pertama dan pewaris tunggal tidak diberkati?

Semakin maju usaha kami, semakin kami diberkati melimpah-limpah, semakin saya bertanya-tanya, kenapa Ishak tidak diberkati? Karena saya pribadi merasa saya tidak punya banyak ‘talent' atau bakat dalam hal berdagang. Saya seorang Jawa, keturunan petani dan guru, bukan pedagang. Saya sadar, saya diberkati semata-mata kuasa Firman, semata-mata karena kasih karunia. Saya diberkati karena mewarisi berkat Abraham, ayahnya Ishak. Kenapa Ishak tidak diberkati?

Dengan sangat mudah kita menemukan jawabannya, karena pernikahan mereka tidak benar. Kejadian 26:7 mencatat bahwa Ishak tidak memperlakukan Ribka, istrinya, sebagai istrinya di epan umum. Banyak lelaki yang hanya memperlakukan istrinya sebagai teman di tempat tidur. Wanita butuh pengakuan dan perlakuan di muka umum yang menunjukkan bahwa suaminya mengasihinya, menghormatinya, memperlakukan sebagai orang terkasihnya, sebagai teman hidupnya, bukan hanya teman tidurnya. Ishak tidak mengakui bahwa Ribka itu istrinya tetapi saudaranya, demi keselamatannya. Betapa egois dan mementingkan diri sendiri si Ishak ini.

Kejadian 27:7, Ketika orang-orang di tempat itu bertanya tentang isterinya, berkatalah ia: "Dia saudaraku", sebab pikirnya: "Jangan-jangan aku dibunuh oleh penduduk tempat ini karena Ribka, sebab elo parasnya".

Banyak suami-suami telah melukai hati istrinya dengan perlakuan sejenis ini. Saya sering melihat seorang wanita hamil yang ingin menggandeng tangan suaminya di plaza, namun suaminya mengebaskan tangannya dan berjalan sendiri di depan, sementara sang istri tertatih-tatih mengejarnya. Laki-laki tidak menyelami bahwa istrinya memerlukan hal itu. Paling tidak sang istri ingin menunjukkan bahwa dirinya sedang hamil dan dia memiliki seorang suami yang mendampinginya.

Masih banyak hal lain yang sering dilakukan suami dan dapat melukai hati istrinya, seperti tidak mendengarkannya, menyalahkannya di depan umum, mencela pakaiannya, mencela caranya ber-make up di depan umum. Hai suami-suami, kembalilah kepada istrimu! Kembalikan hatimu, cintamu yang mula-mula kepada istrimu!!

Wahai istri-istri, apapun perlakuan suamimu kepadamu seperti perlakuan Ishak terhadap Ribka, terima dan ampuni dia. Cemburu tidak akan merubah keadaan. Tuntutan, amarah, bawel, cerewet, tidak akan merubah keadaan. Terima apa adanya, belajar mengucap syukur, termasuk untuk suami yang Tuhan berikan kepada Anda. Demikian juga sebaliknya suami terhadap istri. Ambillah otoritas atas sumber kehidupan melalui pemulihan keluarga!!! 

Sumber : Pemulihan Suami Istri byJarot Wijanarko
Halaman :
1

Ikuti Kami