Ketika diperhadapkan pada pekerjaan yang bertentangan dengan hati nurani, kita umumnya dapat memutuskan berhenti bekerja dan mencari karir baru. Tapi dalam beberapa kasus, itu tak dapat dilakukan dengan mudah: saat awal bekerja kita harus menandatangani kontrak, dimana kita harus membayar pinalti ratusan juta rupiah jika ingin keluar, dan kita tidak memiliki uangnya. Ketika pada dasarnya hati sudah tidak sejalan lagi, bahkan bertentangan, dengan apa yang harus kita kerjakan, dan kita "terpenjara" untuk sementara waktu, langkah nyata apa yang harus dilakukan?
Dalam tradisi perjanjian lama, Musa menurunkan sejumlah hukum yang salah satunya mengatur makanan halal dan haram. Tetapi hukum ini sudah direinterpretasi oleh Tuhan Yesus, dan umat perjanjian baru sudah tak terikat secara religius dengan larangan-larangan pantangan ini. Namun, secara prinsip spiritual, hal halal dan haram ini dapat diterapkan saat mencari nafkah.
Jelas tak semua "peluang" pekerjaan dapat dibenarkan untuk kita ambil, sebab itu sejak awal sebelum menandatangani kontrak, kita harus mengevaluasi pekerjaan itu, bukan hanya dengan akal kita, tetapi juga mempertimbangkannya dengan hati nurani kita dalam terang Firman Tuhan. Jika sejak awal kita tahu pekerjaan itu akan menghadirkan pergumulan hati nurani, maka janganlah kita mengambilnya. Tetapi jika kita mengambilnya juga, maka jelas itu adalah kesalahan kita dan kita tidak dapat menyalahkan situasi yang ternyata menjadi jerat bagi kita.
Namun, terkadang, karena kelalaian dan kelemahan kita juga, mungkin karena desakan kebutuhan, kita akhirnya merasa harus membuat keputusan untuk mengambil pekerjaan yang mengandung hal-hal haram. Dan akhirnya kita sampai pada kesadaran penuh bahwa hati nurani kita tak dapat menerima pekerjaan yang harus kita jalani itu. Hal ini juga harus diakui degan rendah hati di hadapan Tuhan sebagai kelemahan kita, tanpa mencari kambing hitam situasi atau orang lain. Dalam posisi inilah kita meminta pertolongan Tuhan untuk keluar dari "jerat" ini.
Memang sudah menjadi cerita klasik bahwa dalam situasi-situasi pelik, kita baru ingat pada Tuhan. Parahnya, sebagian orang menyalahkan Tuhan atas apa yang telah diputuskannya sendiri. Jika Anda mengalami situasi semacam ini, inilah langkah-langkah praktis yang dapat Anda lakukan:
1. Datang kepada Tuhan dengan kerendahan hati dan akui segala kesalahan Anda.
2. Minta kepada Tuhan agar Dia menolong untuk sekali lagi membebaskan Anda dari situasi itu.
3. Konsultasikan hal ini dengan saudara-saudara seiman yang dewasa dalam bersikap, atau pembimbing rohani Anda.
4. Jika Anda dengan sungguh mencari di hadapan Tuhan, saya percaya Dia akan memberi jalan keluar meskipun belum tentu itu berarti Anda mendapat kelegaan secara instant. Tetapi Ia adalah Allah Pemurah yang akan memberi Anda jalan keluar (1 Kor 10:13).
5. Percayalah ada jalan tak terlihat yang telah Dia sediakan bagi Anda.