Mengapa Merangkak Jika Anda Bisa Melompat?

Kata Alkitab / 26 September 2008

Kalangan Sendiri

Mengapa Merangkak Jika Anda Bisa Melompat?

Admin Spiritual Official Writer
5025
Saat itu Aaron, anak saya yang masih berusia 2 tahun, sedang berada dalam tahapan antara merangkak dan belajar berjalan. Satu-satunya hal yang paling membuat saya tidak tahan adalah karena dia selalu mencoba merangkak naik tangga ke tingkat dua. Ini menjadi masalah karena dia memang bisa merangkak naik tapi dia tidak bisa merangkak turun. Jadi hari demi hari, kadang malah beberapa kali dalam sehari, saya akan mendengar Aaron menangis dari tingkat dua, memohon siapapun untuk datang dan membawa dia turun ke bawah. Ini lucu awalnya, tapi lama-lama itu tidak lucu lagi.

Pertama kali, saya mencoba menjelaskan dengan lemah lembut kepadanya bahwa dia tidak boleh merangkak naik tangga. Tapi dia tetap bandel. Jadi sudah menjadi rutinitas harian saya untuk menjemput Aaron turun dari lantai dua. Karena saya tidak bisa mengajak dia bekerja sama, maka saya membeli sebuah pintu penghalang yang dipasang di depan anak tangga pertama. Tapi sebelum kami menyadarinya, Aaron membuka pintu itu dan memindahkannya, dia menemukan jalan menuju kebebasan, yang tentu saja membuat dia terjebak di lantai dua. Saya pikir ini tidak jauh dari cara kita menjalani kehidupan. Kita menggunakan kebebasan kita untuk sampai ke tempat yang kita mau dan lalu menemukan diri kita terjebak, tidak bisa keluar tanpa pertolongan orang lain.

Tapi bagaimanapun juga, ide pintu penghalang itu ternyata adalah solusi dari semua permasalahan ini. Saya benci naik turun tangga, lutut saya tidak begitu kuat. Ini perlu tindakan yang tegas. Suatu sore saya melihat dia merangkak pelan-pelan di balik sofa, dan saya tahu pasti ke mana dia akan menuju. Saat dia merasa saya tidak memperhatikannya, dia membuka pintu penghalang dan mulai merangkak ke atas tangga. Saya membiarkan dia merangkak setengah perjalanan, lalu saya melangkah tanpa suara dan berdiri di pojokan.

Dengan suara "aku adalah ayahmu" yang terbaik, saya memerintahkan dia untuk berhenti dan segera turun. Saya mulai berpikir, "Hey, dia hanya 2 tahun... Mungkin dia hanya tidak tahu konsekuensinya..." Tapi saya melihat di matanya, dia tahu apa yang sedang dia lakukan. Dia tahu bahwa sebenarnya dia sudah melanggar zona yang terlarang, itu bukan kurangnya pengertian, itu adalah tindakan menantang, yang membuat saya bertambah marah. Saya berkata sekali lagi, "Aaron, turun sekarang juga!"

Saya hampir bisa mendengar otaknya bekerja. Dia sedang mempertimbangkan pilihan-pilihannya. Dia melihat ke atas, memperhitungkan kemungkinan apakah dia bisa berhasil tanpa dihentikan. Dia lalu melihat ke bawah, dan kelihatannya teringat mengapa turun ke bawah bukanlah pilihan baginya. Lalu dia melakukan ini. Dia bangkit dan berbalik menghadap saya, dengan pandangan yang memancing rasa iba, dia berkata, "Papa, angkut aku." Saya hampir luluh, tapi saya tahu bahwa ini adalah saat yang menentukan, yang akan menunjukkan siapa yang lebih berkuasa. Jika saya menyerah sekarang, dia akan mengendalikan saya selamanya.

Jadi saya berkata, "Tidak, kamu sudah naik, sekarang kamu turun sendiri."
Dia berhenti, terlihat merenung, dan mengulangi, "Papa, angkut aku."
Saya tahu saya harus tetap teguh pada pendirian saya, jadi saya berkata, "Tidak, kamu yang turun." Dia meminta saya sekali lagi, dan sekali lagi saya menolak. Lalu itu terjadi. Saya tidak pernah menduganya, Itu benar-benar mengejutkan saya. Dia melompat. Dia melompat tepat ke arah saya. Bahkan walaupun saya menolak untuk menjemput dan mengangkut dia, entah bagaimana dia menyimpulkan bahwa saya pasti akan menangkapnya.

Saat dia melompat, saya dengan refleks merentangkan tangan saya dan menangkap tubuhnya. Saya membawa dia dekat dan memeluknya erat. Itu adalah salah satu saat terbaik dalam hidup saya. Saya tidak tahu kapan saat terakhir saya merasa begitu dekat dengan anak saya. Dia baru 2 tahun. Jika saya meminta dia untuk bercerita tentang Tuhan, dia pasti tidak tahu. Kenyataannya, dia hanya tahu sangat sedikit tentang dunia di sekitarnya, dia juga hanya tahu sangat sedikit tentang saya.

Dia tidak tahu sejarah dan masa lalu saya, tidak pernah melihat surat tilang polisi, tapi dengan jelas dia ternyata mengenal saya lebih dari yang saya kira. Dia tahu jika dia melompat, saya akan menangkapnya. Dia bahkan takut untuk mencoba merangkak turun, tapi malah lebih berani untuk melompat. Dia mempunyai keyakinan kepada saya lebih dari keyakinannya terhadap dirinya sendiri.

Terkadang kita mencoba untuk membuat kebenaran terkesan sebagai informasi, tetapi sebenarnya Aaron tidak tahu banyak tentang saya jika berhubungan dengan informasi. Dia bahkan tidak tahu nama lengkap saya, saya hanya seorang "papa" baginya. Kebenaran bukan tentang data. Kebenaran itu lebih dari sekedar setumpuk informasi.

Kebenaran adalah tentang percaya
Jika tidak ada yang bisa dipercaya, maka tidak ada kebenaran. Lalu kehidupan benar-benar sewenang-wenang dan tak bermakna. Tapi kebenarannya adalah, Aaron memang benar, dia dapat mempercayai saya untuk hidupnya. Dia tahu sesuatu yang lebih dalam dari informasi.

Dia tahu sesuatu yang lebih dalam dari pengetahuan. Dia mengenali saya. Aaron tahu dia bisa mempercayai saya. Ada banyak hal yang dia tidak tahu, beberapa tidak pasti bagi dia, sebagian besar dunia adalah misteri baginya. Anda mengira semua keraguan itu akan melumpuhkan dia, tapi dia benar-benar tidak harus tahu semuanya. Pada akhirnya, jika Anda hanya bisa mempercayai sesuatu yang Anda ketahui, itu bisa menyebabkan Anda berjalan terlalu jauh. Jika Anda mau datang untuk mempercayai Tuhan, Anda mungkin menemukan diri Anda melompat tepat ke dalam pelukan lenganNya. Apakah Anda punya hubungan pribadi dengan Tuhan?

Sumber : cbn
Halaman :
1

Ikuti Kami