Istilah 'puber' berasal dari kata 'pubes' yang artinya rambut yang tumbuh di sekitar kemaluan. Kondisi ini dialami oleh anak berusia belasan tahun, baik laki-laki maupun perempuan.
Puber kedua adalah kondisi dimana terdapat kesamaan perilaku seperti yang dialami anak-anak yang memasuki masa puber, seperti lebih memperhatikan penampilan, lebih memperhatikan lawan jenis, dan sebagainya. Puber kedua dialami oleh pria maupun perempuan yang memasuki usia 40 tahun ke atas.
Gejala yang timbul pada pria saat memasuki puber kedua adalah enggan tampil tua. Mereka mulai memperhatikan penampilannya maupun keindahan tubuhnya. Rambutnya disemir ala anak muda, bergaya gaul, memodifikasi mobilnya menjadi ceper, dan sebagainya. Mereka juga mulai senang kembali berpetualang. Mulai dari dari naik motor jarak jauh, sampai keluar masuk diskotek. Produktivitas hidup meningkat. Banyak ditemui bahwa mereka semakin mahir bernegosiasi, semakin maju bisnisnya, maupun semakin memukau karirnya.
Sedangkan pada perempuan, gejala yang muncul adalah terganggu atau berhentinya proses menstruasi (terjadi menopause). Hal ini terjadi karena gonadotrop tidak diproduksi lagi oleh kelenjar hypophysc. Efek yang terjadi adalah pusing, lesu dan kurang bergairah. Akibatnya kestabilan emosi sering terganggu. Timbunan lemak menyusut sehingga kulit mulai keriput, bahkan buah dada mulai berubah bentuk. Rambut pun mulai memutih. Keadaan ini akan berpengaruh pada kejiwaannya. Apalagi jika suami memandang hal itu sebagai suatu kemunduran.
Setiap orang akan mengalami fase puber kedua ini. Karena itu perlu persiapan yang cukup matang untuk memasuki fase krisis ini. Di sinilah komitmen perkawinan kembali teruji.
Komunikasi dan pengertian memegang peran yang sangat penting bagi pasangan yang mulai memasuki masa puber kedua ini. Kondisi yang berbeda antara suami dan istri sering kali memicu konflik di antara mereka berdua.
Suami semakin bersemangat dalam banyak hal, sedangkan istri semakin lesu dan kurang bergairah. Bila terjadi komunikasi yang baik di antara pasangan yang memasuki masa ini, maka masalah krisis kedua ini akan dapat diselesaikan dengan baik.
Lewatkanlah masa puber kedua Anda dengan cara yang menyenangkan. Caranya, pahamilah apa itu puber kedua. Sehingga, apabila Anda atau pasangan Anda mengalaminya, Anda bisa berkata, "Ohh ternyata saya" atau "Ohh ternyata kamu" atau juga "Ha.. ha.. ternyata kita...".
Lakukanlah sesuatu yang bisa membuat Anda berdua rileks, santai, senang, enjoy your life. Ciptakanlah sesuatu yang baru, surprise tapi jangan lakukan sesuatu yang membuat jantung Anda berhenti. Anda ingin cara sederhana, romantisme. Bukalah album foto kenangan... mungkin bisa membuat Anda tersenyum. Atau Anda punya cara sendiri.
Yang pasti jangan gantikan komitmen pernikahan Anda dengan gejolak perasaan apapun yang Anda alami. Kesetiaan yang teruji akan menghasilkan buah pernikahan yang manis.
Pengkhotbah 9:9, Nikmatilah hidup dengan isteri yang kaukasihi seumur hidupmu yang sia-sia, yang dikaruniakan TUHAN kepadamu di bawah matahari, karena itulah bahagianmu dalam hidup dan dalam usaha yang engkau lakukan dengan jerih payah di bawah matahari.
Pokoknya lewatkanlah puber kedua dengan cara yang menyenangkan dan bisa meningkatkan kualitas hidup Anda. Dengan demikian, Anda bisa merasakan bahwa puber kedua, bukanlah sesuatu yang perlu ditakutkan.
Sumber : perempuan.com