Kotoran Ternak, Biogas Ramah Lingkungan

Nasional / 6 August 2008

Kalangan Sendiri

Kotoran Ternak, Biogas Ramah Lingkungan

Puji Astuti Official Writer
6020

Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (Heidelberg Group) mengembangkan proyek percontohan pembuatan biogas dari kotoran ternak.

Peluncuran proyek percontohan itu dilaksanakan di Kampung Cigedong, Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, bertepatan dengan hari ulang tahun (HUT) perusahaan semen itu ke-33, Senin.

Direktur Sumberdaya Manusia (SDM) Indocement Kuky Permana secara simbolis menyerahkan satu set peralatan, yakni reaktor biogas, bak out-put serta kompor biogas kepada Ali Irawan (38), warga setempat, mewakili empat rumah tangga yang sebulan terakhir telah memanfaatkan biogas itu.

Sebelumnya, melalui program tanggungjawab sosial perusahaan (CSR) Indocement juga menggerakkan penanaman lahan bekas tambang dengan tanaman jarak pagar (Jathropa curcas) dan pemanfaatan sampah rumah tangga untuk dijadikan kompos dan biomassa.

Demonstrasi pemanfaatan biogas sejak dari kandang sapi hingga bisa digunakan untuk memasak itu juga disiarkan melalui "video conference", sehingga Direktur Utama (Dirut) Indocement, Daniel Lavalle dan karyawan yang berada di pabrik Citeureup bisa melihat dan berinteraksi langsung dengan Kuky Permana dan warga yang berada di Desa Lulut.

Menurut Kuky, meski masih proyek percontohan, program terbaru tersebut dimaksudkan untuk memberdayakan masyarakat serta meningkatkan kesejahteraan warga di sekitar pabrik, baik yang ada di Citeureup, Palimanan,
Cirebon, dan Tarjun, Kota Baru, Kalimantan Selatan (Kalsel).

Ia mengatakan, umumnya program community development (bina masyarakat) berupa pembangunan sarana jalan, tempat ibadah --yang selama ini juga masih dilakukan perusahaan itu-- namun kegiatan seperti itu umumnya tidak berkesinambungan.

"Kami tidak ingin membuat kebiasaan masyarakat tergantung, yakni hanya bersifat meminta, sehingga perlu program pemberdayaan yang berkesinambungan," katanya.

Pada mulanya, saat mengenalkan program penanaman pohon jarak di lahan bekas tambang dan kebun-kebun masyarakat yang selama ini ditelantarkan-- terungkap bahwa pemeliharaan jarak yang benar dan baik adalah menggunakan pupuk kandang.

"Akhirnya kami berpikir bagaimana mendapatkan pupuk kandang lebih baik, ternyata kita lihat masyarakat sekitar banyak punya ternak yang berkeliaran, namun tidak ditata rapi, padahal kita ketahui kotoran ternak itu mempunyai potensi untuk menjadi energi," katanya.

Di sisi lain, masyarakat juga menghadapi masalah naiknya harga minyak tanah, sehingga pihaknya berupaya membantu menangani masalah energi itu melalui pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas.

Melalui proyek percontohan di Desa Lulut itu, kata dia, perusahaan telah menunjukkan kepada masyarakat bahwa peternakan kalau dikelola dengan baik dan benar, bisa menghasilkan energi ramah lingkungan dan membantu masyarakat mengatasi krisis bahan bakar. (*)

Sumber : Antara/VM
Halaman :
1

Ikuti Kami