Tubuh gemuk tak hanya disebabkan karena nafsu makan yang berlebihan, namun ternyata mood (suasana hati) juga ikut berperan di dalamnya. Riset yang dilakukan Cornell University menyatakan, orang yang tengah bersedih hati cenderung mengidap pola makan sembrono atau tidak memperdulikan apa yang mereka makan. Tapi tidak demikian halnya dengan orang yang tengah berbahagia, mereka jauh lebih selektif memilih makanan yang mereka konsumsi.
Para peneliti meminta 38 responden untuk melihat film komedi ringan (Sweet Home Alabama) dan film yang menguras air mata (Love Story). Selain menonton mereka juga disediakan cemilan tinggi garam seperti popcorn mentega dan anggur tanpa biji. Hasilnya, mereka yang nonton Love Story makan lebih banyak popcorn (sekitar 36 persen) dibanding mereka yang melihat film komedi.
"Mereka yang melihat Sweet Home Alabama lebih banyak menghabiskan waktunya untuk tertawa daripada mengunyah anggur atau popcorn," papar Brian Wansink, Professor of Marketing, Applied Economics and Management, Cornell University. Mereka yang memiliki mood bagus lebih bisa memilih jenis makanan yang akan mereka konsumsi, sementara yang mood-nya buruk cenderung sembrono memilih makanan dan lebih terfokus pada suasana hati mereka.
Untuk melengkapi studi mereka, tim meminta responden untuk melakukan beberapa hal yang berhubungan dengan kondisi mental mereka, menjawab sedikitnya empat pertanyaan yang membuat mereka bahagia atau sedih, termasuk membaca cerita pendek dengan ending bahagia dan menyedihkan. Hasilnya kembali membuktikan bahwa mereka yang membaca atau melihat objek yang mengacu pada kesedihan makan popcorn dua kali lebih banyak dibanding saat mereka membaca materi yang membuat hati mereka bahagia.
"Kami bisa menyimpulkan mereka yang bahagia bisa mengenali dan menggali informasi gizi lebih dalam tentang makanan yang merekan konsumsi, sementara mereka yang depresi cenderung tak mengindahkan gizi dan kandungan makanan yang mereka konsumsi, mereka akan makan apapun, asal bisa membuat mood mereka kembali baik," tambah Wansink yang menulis studinya dalam jurnal Food Psychology Cornell.
Sumber : perempuan.com