Memilih Alat Pembayaran

Investment / 13 July 2008

Kalangan Sendiri

Memilih Alat Pembayaran

Fifi Official Writer
4461
Anda pernah mengalami kebingungan dalam membayar belanjaan? Apakah dengan cara tunai, atau dengan memakai kartu kredit? Manakah cara yang paling nyaman? Bila berbelanja di pasar tradisional, umumnya pedagang hanya menerima uang tunai. Tetapi, bila berbelanja di pasar swalayan, Anda punya pilihan untuk membayar dengan kartu kredit. Pilihan untuk membayar tunai atau memakai kartu kredit sebetulnya tidak hanya terbatas ketika Anda berbelanja kebutuhan rumah tangga. Banyak tempat lain yang juga menerima kartu kredit, seperti restoran atau toko buku.

Untuk mengetahui bagaimana memilih alat pembayaran yang tepat, maka tulisan kali ini akan menunjukkan untung ruginya membayar dengan cara tunai atau kartu kredit, serta bagaimana saran atau solusinya.

Tunai
Bila Anda berbelanja dengan uang tunai, maka ada banyak kelebihan yang bisa Anda dapat. Misalnya, uang Anda di dompet ada Rp 200 ribu. Pada galibnya orang tidak akan berbelanja melebihi jumlah uang yang ada di dompet. Alasannya sederhana, orang tidak ingin kehabisan uang di dompet. Jadi, Anda akan berbelanja sedemikian rupa, sehingga tidak melebihi Rp 200 ribu. Itulah sebabnya, kita sering mendengar orang berkata: "Saya tidak mau bawa uang banyak-banyak dalam dompet, karena kalau tidak uang itu pasti akan habis saya belanjakan."

Lantas apa yang Anda lakukan bila kehabisan uang di dalam dompet? Anda akan pergi mengambil uang di ATM. Sebanyak Rp 200 ribu lagi, umpamanya. Setelah itu, Anda akan terus-terusan mengambil uang di ATM setiap kali kehabisan. Pada suatu titik tertentu, Anda akan merasa bahwa sudah terlalu sering bolak-balik ke ATM. Anda lalu memutuskan: "Oke, kali ini saya ambil agak banyak. Bukan Rp 200 ribu, tetapi Rp 500 atau malah Rp 750 ribu." Akhirnya jadilah Anda mengambil Rp 750 ribu. Problemnya sekarang, Anda memiliki uang yang sangat banyak dalam dompet Anda. Apa yang terjadi kalau dompet Anda hilang dicuri atau dirampok? Kalau begitu, Anda bisa saja tidak membawa seluruh uang tersebut dalam dompet. Sebagian uang itu di simpan di rumah. Tetapi itu sama saja dengan ATM. Begitu uang dalam dompet habis, Anda akan mengambil lagi uang di rumah. Padahal, daripada uang tersebut ditaruh di rumah, lebih baik taruh saja di rekening bank Anda yang pasti memberikan bunga.

Jadi sebetulnya, membayar dengan menggunakan uang tunai tidak akan membuat Anda berbelanja melebihi jumlah uang tunai yang Anda miliki. Tetapi kalau uang tunai di dompet habis, Anda harus kembali dan kembali lagi ke ATM. Kalau Anda mengambil uang tunai dalam jumlah banyak, maka Anda akan terancam resiko kecurian.

Kartu Kredit
Kartu Kredit adalah kartu pembayaran di mana transaksi Anda akan ditalangi oleh penerbit kartu, untuk kemudian ditagih kembali setiap akhir bulan atau pada bulan berikutnya. Sebetulnya, cara kerja kartu kredit menguntungkan. Bagaimana tidak? Ketika berbelanja, Anda tidak perlu langsung membayarnya, tetapi Anda baru membayarnya pada akhir bulan. Enak sekali. Jadi, kalimat yang tepat untuk ini adalah: "Beli sekarang, bayarnya nanti." (buy now, pay later).

Prakteknya, kalimat "Beli sekarang, bayarnya nanti" membuat banyak orang menjadi berbelanja di luar kemampuannya. Sebagai contoh, penghasilan Anda setiap bulan hanya Rp 700 ribu. Anda hanya mampu mengeluarkan uang sebesar Rp 600 atau Rp 700 ribu per bulannya. Maka, bila Anda berbelanja hingga Rp 1 juta, maka Anda tidak bisa melunasi tagihan Rp 1 juta itu dalam satu kali pembayaran, karena Anda hanya sanggup membayar (mungkin) Rp 600 ribu. Sehingga sisa saldo hutangnya, akan dimasukkan dalam tagihan bulan berikutnya.

Nah, ini dia masalahnya: sisa tagihan itu akan berbunga. Dan bila tagihan plus bunganya tidak Anda bayar, maka tagihan dan bunga itu akan berbunga lagi yang jumlahnya tentu lebih besar. Begitu seterusnya. Inilah yang menyebabkan banyak orang tidak bisa membayar tagihan kartu kreditnya karena jumlah tagihannya sudah terlanjur besar hanya gara-gara sistem bunga berbunga. Jadi sebetulnya, kartu kredit bisa dijadikan kawan, bila Anda mampu melunasinya tepat waktu. Tapi bila tidak, maka kartu kredit akan menjadi lawan Anda.

Kenapa sebaiknya dengan Kartu Debet?
Lalu dengan apa Anda harus membayar transaksi belanja Anda? Tunai atau kartu kredit?

Sebetulnya, kartu kredit memiliki banyak kelebihan bila Anda bisa menggunakan kartu kredit itu dengan cara yang benar. Artinya, bila Anda bisa melunasi tagihannya secara lunas setiap kali tagihan itu datang. Namun pada prakteknya, sebagian besar masyarakat tidak bisa mengendalikan penggunaan kartu kredit mereka. Itulah sebabnya saya menyarankan Anda untuk memakai Kartu Debet. Kartu Debet (dikenal juga dengan nama Kartu Debit) adalah kartu pembayaran di mana transaksi pembayaran yang Anda lakukan dipotong langsung dari rekening Anda di bank. Jadi seperti membayar tunai, tanpa perlu membawa banyak uang tunai. Dengan Kartu Debet, Anda akan berbelanja sesuai jumlah uang yang Anda miliki di rekening bank. Dan Anda tidak bisa berbelanja di luar jumlah tersebut.

Pentingnya Memiliki Semua
Namun demikian, sebetulnya akan lebih baik bila Anda memiliki ketiganya.
Yang pertama yang harus Anda miliki adalah uang tunai di rumah yang akan Anda gunakan untuk membayar keperluan-keperluan yang bersifat mendadak yang hanya bisa dibayar dengan uang tunai. Yang kedua yang harus Anda miliki adalah Kartu Debet. Ini adalah kartu yang Anda gunakan untuk membayar transaksi yang Anda lakukan.

Sedangkan yang ketiga yang sebaiknya Anda miliki adalah Kartu Kredit. Biar bagaimanapun, Kartu Kredit perlu untuk mengantisipasi hal-hal tak terduga. Mungkin akan ada suatu hari di mana Anda harus keluar pada malam hari dan harus melakukan transaksi pembayaran, padahal tempat itu hanya menerima Kartu Kredit. Jadi, Kartu Kredit Anda di sini bukan untuk sering-sering dipakai, tetapi hanya untuk cadangan saja. Ingat sekali lagi bahwa penggunaan Kartu Kredit yang tidak tepat (tidak dibayar tepat waktu) bisa membuat Anda terjebak dalam hutang yang saldonya makin lama makin besar yang sebetulnya tidak perlu terjadi.


Sumber : perencana keuangan
Halaman :
1

Ikuti Kami