Kita mungkin akan terkejut dan heran bila mendengar suami-istri yang baru beberapa bulan menikah tapi sudah bercerai. Dan ternyata hal ini pun terjadi di kalangan Kristen yang jelas-jelas tidak mengijinkan terjadinya perceraian. Kenapa bisa terjadi? Bukankah pada masa itu mereka bisa dibilang masih dalam masa berbulan madu? Tapi, itulah kenyataannya, tak sedikit pasangan yang justru bercerai sebelum usia perkawinan mereka genap setahun.
Tak Semanis Yang Disangka
Yang namanya bulan madu, maka kemanisan itu hanya berlangsung beberapa bulan saja. Sesudah itu muncullah topeng sebenarnya. Dengan kata lain, masing-masing mulai keluar watak aslinya. Hal ini terjadi lantaran mereka sudah capek memakai topeng, sudah capek untuk menampilkan yang bagus-bagus melulu.
Nah, pada saat itulah, ketika mereka mulai kelihatan aslinya, mulailah muncul pertanyaan-pertanyaan. "Sebenarnya apa, sih, yang membuat saya menyukainya? Ternyata ia begini saja, kok. Tak semanis yang kusangka."
Soal Sepele Yang Bikin Konflik
Adapun masalah yang kerap timbul di tahun pertama perkawinan, menurut Dra. Dharmayati Utoyo Lubis, MA, PhD., sebenarnya cuma pernik-pernik yang kelihatannya sepele tapi dirasakan sangat mengganggu. Misalnya, soal yang satu jorok yang satu rapi.
Selain itu, yang kerap muncul adalah tak pernah dibicarakannya soal keuangan. "Sebetulnya paling bagus ketika kita sudah serius sekali pacaran, bicarakan masalah keuangan ini. Bagaimana pandangan kamu tentang keuangan? Apakah harus ada pot yang diisi oleh gaji kita berdua, atau cukup dipegang masing-masing," kata dosen di Fakultas Psikologi UI ini.
Masalah lain yang kerap muncul ialah perilaku pasangan yang layaknya masih bujangan. Suami pulang ke rumah seenaknya, tak sadar istrinya menunggu untuk makan malam bersama, bersikap masa bodoh dengan keadaan rumah, dan lainnya.
Introspeksi Berdua
Lantas, bagaimana kiat agar sukses melewati tahun pertama?
Intinya adalah membuka keran komunikasi lebar-lebar dan bersikap toleransi karena kita tak bisa mengubah pasangan seperti yang kita inginkan.
"Dengan adanya toleransi kita akan sadar bahwa manusia tak ada yang sempurna. Lagipula, ketika kita memilih dia untuk menjadi pasangan kita, mestinya dalam kepala kita yang terpikir adalah ‘He is the best for me'. Nah, kenapa sekarang hanya lihat yang kurangnya saja?" kata Yati.
Sering terjadi, pasangan muda segan untuk mengungkapkan kekecewaannya. Dipikirnya, "Masak, sih, baru tahun pertama saya sudah merasa kecewa, sudah memancing keributan." Akibatnya, demi menghindari keributan, dipendamlah rasa kecewa tersebut. Padahal, akhirnya, toh, akan ribut juga karena suatu saat akan meledak juga setelah tak tahan memendam kekecewaan demi kekecewaan.
Oleh sebab itu, pesan Yati, "Kalau sudah mulai ada yang mrengkel di dada, kita harus membicarakannya dengan pasangan. Sebaliknya, kalau kita melihat pasangan sudah mulai merengut melulu tapi tak dikeluarkan, maka kita harus peka bahwa ada sesuatu yang salah." Nah, segera lakukan introspeksi berdua, "Kita ngomong, yuk. Apa, sih, yang kamu tak suka dari aku?" Lalu diskusikan.
Sumber : kompas.com