Mengakali Uang Pangkal

Investment / 7 July 2008

Kalangan Sendiri

Mengakali Uang Pangkal

Fifi Official Writer
6843
Tak terasa, sebentar lagi tahun ajaran baru sudah akan tiba. Anda yang putra-putrinya akan masuk ke jenjang pendidikan tertentu, seperti TK, SD, atau SMP, mungkin saat ini sedang bingung memikirkan uang pangkal yang harus Anda bayar. Terlebih lagi, dari tahun ke tahun biaya pendidikan makin mahal. Jangankan uang pangkal, uang sekolah bulanan saja terus naik. Tak heran bila uang pangkal untuk sekolah yang biasa saja (bukan sekolah favorit) bisa mencapai jutaan rupiah atau malah lebih.

Masalahnya, tidak semua dari kita punya uang untuk membayar itu. Tapi apakah ini berarti kita lantas menyerah saja dengan menunda anak bersekolah? Jangan. Kalau Anda merasa tidak punya cukup uang untuk membayar uang pangkal sekolah anak, coba pertimbangkan langkah-langkah berikut:

1. Bernegosiasi dengan Sekolah
Bila sekolah yang Anda tuju menetapkan uang pangkal yang tak terjangkau Anda, kenapa tidak coba menegosiasikan jumlah uang pangkal? Ada dua hal yang sebetulnya bisa Anda negosiasikan, yaitu:

Besarnya uang pangkal.
Kalau tadinya uang pangkalnya katakan Rp 5 juta, coba lihat apakah Anda bisa menawarnya. Meski memerlukan uang untuk kegiatannya, bagaimanapun sekolah sebagai lembaga edukasi biasanya juga punya misi sosial. Biasanya, sekolah juga bisa memberi kebijakan dispensasi pada orang tua yang betul-betul tidak mampu (dengan catatan anaknya memang mampu secara akademis). Termasuk sekolah-sekolah favorit sekalipun. Tentunya ada sejumlah persyaratan yang akan diminta untuk membuktikan ketidakmampuan ekonomi orang tua calon murid.

Cara pembayarannya.
Kalaupun saat ini Anda tidak bisa membayar sekaligus besarnya uang pangkal, cobalah menawar untuk bisa membayarnya secara bertahap.

2. Bila negosiasi gagal, cari sekolah lain
"Wah, susah," begitu mungkin gerutu Anda saat mendatangi sekolah pilihan. Karena ternyata pihak sekolah tidak mau bernegosiasi sedikit pun. Atau kalaupun ada dispensasi, jatahnya sudah diisi orang lain. Sementara untuk diangsur, mereka menolak. Jika demikian halnya, mungkin sudah saatnya Anda mencari alternatif sekolah lain yang uang pangkalnya lebih ringan.

Oke, mungkin saja sekolah lain tersebut bukan sekolah yang Anda idam-idamkan. Tapi jangan lupa, sering kali dalam hidup ini kita tidak bisa terus meraih semua yang kita inginkan bukan? Toh yang lebih utama adalah kelangsungan pendidikan anak Anda. Tentunya kelak saat ia akan melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya, Anda mesti sudah lebih siap.

3. Kalau perlu, jual aset Anda
Kalau merasa uang Anda masih kurang, coba lihat apakah ada barang-barang di rumah Anda yang tidak terpakai? Siapa tahu saat mengubek-ubek laci lemari, Anda akan menemukan perhiasan, aksesori, atau barang-barang berharga lain yang sedang tidak terpakai. Nah, daripada nganggur, kenapa tidak dijual saja? "Dijual? Wah... kebangetan ini," begitu mungkin kata Anda. "Kalau nanti saya perlu bagaimana?" Bicara soal perlu, kalau memang anak Anda harus segera masuk sekolah dan Anda tidak mampu menyediakan uang pangkal, maka inilah saatnya Anda memerlukan barang-barang itu.

4. Meminjam Uang
Wah, ini dia. Beberapa dari Anda mungkin merasa aneh, kenapa harus meminjam uang dari orang lain? Menurut saya, justru karena Anda harus membayar uang pangkal, maka Anda mesti kreatif mencari berbagai cara. Meminjam, adalah salah satu alternatif!

Satu pertanyaan, apa bedanya "meminjam" dengan "menabung"? Kalau menabung, biasanya Anda bekerja keras dulu, baru memetik hasilnya. Nah, kalau meminjam, Anda mendapatkan hasilnya dulu, barulah setelah itu kerja keras untuk melunasinya. Jadi, pada intinya sama-sama mendapat hasil, namun proses pencapaianya dibalik. Hal ini terpaksa dilakukan bila waktunya memang sudah sangat mendesak.

Sumber pinjaman bisa dari siapa saja. Yang paling mudah adalah anggota keluarga sendiri. Biasanya adalah orang kedua (setelah Anda) yang paling peduli terhadap pendidikan anak Anda. Bisa juga sahabat terdekat. Bila alasan meminjam adalah untuk sekolah anak, biasanya orang tua mana pun bersedia membantu sesuai kemampuan mereka. Nah, setelah pinjaman diperoleh, tentu jangan lantas bersantai-santai karena Anda harus melunasinya, bukan? Apa pun, Anda tetap harus menjaga hubungan baik dengan pemberi pinjaman. Selamat berjuang.


Sumber : perencana keuangan
Halaman :
1

Ikuti Kami