Siapa yang tidak bangga jika pasangan Anda mapan, tampan dan baik hati. Tidak hanya itu, kepribadiannya kepada Anda pun tidak tercela sampai Anda menemukan kelemahannya yaitu dia terlalu "dekat" pada ibunya.
Baiklah, dua tahun pertama Anda merasa kedekatannya pada ibu bukan masalah. Karena toh Anda juga senang pasangan Anda menomorsatukan keluarga ketimbang pekerjaan. Namun memasuki tahun ketiga, keempat dan hubungan mengarah ke jenjang pernikahan, Anda merasakan kedekatannya pada sang bunda cukup mengganggu dan berubah menjadi ketergantungan.
Untuk menentukan lokasi berkencan saja harus mendengar pendapat ibu. Jika berbicara, kalimat pertama adalah: "Menurut ibuku..." Setiap hari tidak absen menelpon ibu dari kantor dan bukan Anda. Dan mungkin yang paling mengesalkan adalah ia selalu membandingkan Anda dengan ibunya.
Jika Anda memang mengalami ini, sebelum memutuskan hubungan atau membatalkan pernikahan, simak tips dan kebenaran "Anak Mami" berikut ini!
Sudut Pandang Berbeda
Jika Anda ingin me-review kembali, laki-laki "anak mami" seperti yang sudah disebutkan di atas memiliki kecenderungan lebih sayang kepada pasangannya. Seperti dikemukakan peneliti Sarah R. Roberts dari Ferrum College di Virginia, AS, hubungan laki-laki dengan ibunya adalah pengenalan pertama dirinya pada feminitas dan kesempatannya menemukan sosok ideal perempuan. Melalui hubungan inilah laki-laki cenderung lebih mengerti mengenai perempuan dan sayang kepada mereka.
Kelebihan lain yang bisa Anda nikmati dari "anak mami" adalah mereka terbiasa pada pekerjaan rumah yang umumnya pantang dilakukan anak laki-laki lain, seperti: mencuci piring setelah makan atau mengangkat jemuran. Menurut sebuah survei, laki-laki tipe ini adalah family man yang memandang perempuan sebagai pasangan hidup yang harus dimengerti agar bisa hidup berdampingan.
Terlalu Dekat
Jika kedekatan laki-laki "anak mami" masih dalam tahap normal dan tidak mempengaruhi kedewasaannya, mungkin tidak masalah. Namun ada juga kedekatan laki-laki dengan ibunya yang kelewatan batas. Bagi laki-laki yang menganggap ibu mereka sebagai sahabat, seringkali cenderung tidak memperdulikan pemikiran pasangan, alias Anda.
Mereka juga lebih menghargai pendapat ibu dibanding pendapat Anda, walaupun hal yang dibahas adalah hubungan kalian berdua. Bagi Anda yang memiliki pasangan "anak mami" seperti ini sebaiknya hati-hati. Jangan-jangan hubungan kalian tergantung dari keputusan sang bunda.
Memahami Si "Anak Mami"
Menurut Dr. Phil McGraw, pakar hubungan yang memiliki halaman khusus di O Magazine, satu hal yang harus Anda lakukan jika memiliki pasangan seperti ini adalah mengungkapkan perasaan Anda sejujurnya. Jelaskan bahwa sikapnya yang mengisolasi Anda dari hubungan yang dijalani membuat Anda merasa tidak dihargai. Hendaknya Anda jelaskan batasan kapan dia harus membicarakan masalah dalam hubungan kalian secara pribadi dan kapan saatnya ia bisa meminta pendapat orang lain.
Namun ada juga trik yang bisa Anda lakukan agar dapat untuk berbagi "menikmati" si dia dengan ibunya. Menurut seorang psikolog dari New Mexico, Christine Nicholson, PHd, jika Anda tidak ingin menjadi orang ketiga dalam hubungan "anak mami" dan maminya, maka luangkan waktu bersama ibunya sesering mungkin sehingga Anda tidak merasa hanya sebagai pelengkap melainkan lebih menjadi bagian dari keluarganya.
Sumber : conectique.com