Putraku melarikan diri dari kereta belanja dan berlari seperti kuda pacuan yang lepas dari gerbang perlombaan. Dengan liar ia berlari melewati lorong susu, melewati deretan yoghurt dan keju sebelum saya dapat menangkapnya. "Stop!" Saya berteriak kebingungan saat meraih kerah bajunya. Tapi pegangan itu terlepas, dan dengan menambah kecepatan ia memutar belokan dekat rak mentega dan berlari sepanjang lorong salad.
"Wow - dia sangat cepat!" ujar seorang penjual bunga saat melihat Justin, putraku yang berusia 2 tahun, berlalu di hadapannya.
Dapatkah Anda mengatakan kepada saya apa yang sebenarnya terjadi? Sepertinya saya harus selalu berlari mengejarnya. Dia selalu melarikan diri dari saya setiap kali saya membawanya ke tempat umum yang memiliki cukup ruang untuk tempatnya berlari: pusat perbelanjaan, parkiran, restoran bahkan gereja (dimana ia hampir "dibabtis" saat berlari di pagar pinggiran kolam babtisan, merobohkan pagarnya dan terjatuh ke dalam air sampai saya menariknya dari tengah air). Dia selalu berhasil melepaskan diri dari berbagai cara yang saya tempuh untuk dapat mengendalikannya: kereta dorong, kereta belanja untuk anak-anak bahkan dari pegangan tangan saya. Kenapa dia tak dapat diam di dekat saya? Kenapa dia tak dapat mengerti bahwa jauh lebih baik baginya jika ia berada dekat dengan orang tuanya?
Sebagai anak dari Bapa yang kekal - Tuhan - kita juga seringkali melarikan diri. Tapi Tuhan adalah Bapa yang perduli. Tak perduli seberapa sering kita berlari atau seberapa jauh kita pergi, Dia selalu ada di sana mengejar kita. Mazmur 139:5,7-10 menceritakan tentang Tuhan, "Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku, dan Engkau menaruh tangan-Mu ke atasku. Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? ...Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situ pun Engkau. Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku." Perumpamaan Yesus tentang domba dan anak yang hilang juga menunjukkan hasrat Tuhan akan pengejaran-Nya terhadap anak-anak-Nya. Tidak ada yang dapat menghentikan-Nya untuk menangkap kita.
Jadi kenapa kita melarikan diri dari kasih karunia Bapa di surga? Tidak jauh bedanya seperti putraku yang melarikan diri dariku. Alasan-alasan itu antara lain:
Kita berpikir ada hal lain yang lebih menarik.
Saat Justin melihat ada sebuah truk besar parkir di luar restauran, memegang tanganku menjadi terasa membosankan. Dia melepaskan tangannya dariku dan berlari keluar dari pintu depan restauran, tergerak oleh gambaran kendaraan besar dan perkasa itu. Banyak hal yang bisa menarik perhatian kita lebih dari Tuhan: pekerjaan, hubungan yang romantis, hobi bahkan mungkin menonton televisi. Mungkin kita berpikir kita dapat terpuaskan setelah melakukan semua ini daripada jika kita menghabiskan waktu bersama dengan Tuhan. Namun saat kita memberikan lebih banyak waktu dan energi kepada hal yang lain daripada apa yang seharusnya kita lakukan untuk Tuhan, sebenarnya kita akan berakhir dengan ketidakpuasan yang lebih dari sebelumnya.
Kita takut dengan apa yang mungkin Tuhan minta untuk kita lakukan.
Justin terkadang lari saat ia melihat saya membawa mantel miliknya. Dia tahu hal itu berarti saya akan mengajaknya pergi ke suatu tempat. Jika dia belum ingin menghentikan permainannya saat itu, dia pun akan mencoba untuk melarikan diri - meskipun ia belum mengetahui kemana saya akan membawanya pergi. Saat saya mengejarnya dan akhirnya mendudukkannya di mobil, pada akhirnya dia mendapati lebih banyak kesenangan dalam perjalanan kami lebih dari yang dia pikirkan. Hal yang sama terjadi antara kita dengan Allah. Kita menghindar untuk mendoakan beberapa orang atau situasi karena kita takut Tuhan mungkin akan meminta kita melakukan sesuatu mengenai hal itu yang tidak kita sukai. Kita tidak melayani sesama sepert yang Tuhan perintahkan, karena kita takut dengan berkata "Ya" kepada Tuhan akan mengacaukan hidup kita. Kita melarikan diri dari Tuhan dalam usaha-Nya memimpin jalan hidup kita dan memilih untuk mengatur agenda hidup kita sendiri. Tapi kita akan kehilangan kesempatan emas untuk bertumbuh saat kita melarikan diri dari apa yang Tuhan inginkan untuk kita lakukan. Kita tidak akan pernah menemukan semua hal besar yang telah Dia rancangkan bagi kita kecuali kita tinggal cukup dekat agar dapat mendengar-Nya.
Kita berpikir kita akan mengalami lebih banyak kemerdekaan dengan cara kita sendiri.
Seperti Justin, seringkali kita berteriak "Saya ingin keluar!" saat Bapa Surgawi menempatkan kita di tempat yang tidak kita inginkan. Saya mengabulkan tangisan anak saya untuk keluar dari kereta dorongnya saat berada di toko pakaian, dan itu hanya membuat dia lari melewati kakak perempuannya yang sedang berada di ruang ganti pakaian. Beberapa saat kebebasannya menyebabkan beberapa tirai penutup terbuka dan teriakan pun terdengar dari para wanita yang sedang mencoba pakaian di ruangan itu. Tentu saja dia semakin merasa terbelenggu saat saya menariknya dan mengembalikannya ke kereta dorongnya. Tinggal dalam situasi yang tidak nyaman membuat kita merasa sesak, dan kita mencoba berpikir akan lebih baik kalau kita melakukannya dengan cara kita sendiri daripada menunggu petunjuk dari Tuhan. Tapi hanya dengan mempercayai Tuhan kita akan memiliki pengalaman kemerdekaan yang sesungguhnya dan membawa kemungkinan hidup yang lebih maksimal dalam hidup kita - sebuah kehidupan yang tidak dibatasi oleh dosa kita.
Kita tidak percaya Dia sungguh mencintai kita apa adanya.
Justin yang merasa bersalah setelah melemparkan mainannya - sesuatu yang saya perintahkan untuk tidak dilakukan - akan menyebabkan ia melarikan diri dari saya di rumah. Dia tahu saya akan menegurnya saat saya menangkapnya di akhir lorong rumah kami. Tapi dia tidak mengharapkan pelukan yang sebenarnya akan saya berikan bersamaan dengan teguran itu. Terlalu sering kita membiarkan rasa bersalah dan malu karena dosa mendorong kita menjauh dari Tuhan. Jika kita berlari mendekat pada-Nya, kita malah akan menemukan kasih-Nya yang tak terbatas dan kasih karunia yang diberikan-Nya untuk kita bertumbuh.
Kita ingin orang lain berpikir kita merdeka.
Tidak ada seorangpun yang benar-benar ingin menjadi "Anak Mama". Tampaknya lebih keren kalau kita mencoba membuat orang lain berpikir kita dapat mengatasi segalanya dengan cara kita sendiri. Itu sebabnya Justin lari saat saya mencoba membantunya memanjat salah satu permainan di taman kanak-kanak saat ia sedang berjuang untuk melakukannya sendiri. Anak-anak yang lain sedang melihatnya saat itu dan dia tidak ingin tampak seperti orang yang sedang membutuhkan pertolongan. Setelah anak-anak itu pergi, bagaimanapun juga, ia akan kembali dan meminta pertolongan saat itu juga. Adalah lebih baik untuk berhenti berlari dan mengakui betapa kita sangat membutuhkan Tuhan daripada kita hidup dengan kekuatan kita sendiri hanya untuk membuat orang lain terkesan. Akhirnya, anggapan Tuhan adalah satu-satunya hal yang penting, dan kuasa-Nya yang bekerja di dalam kita menyelesaikan lebih banyak daripada yang dapat kita lakukan dengan kekuatan kita sendiri.
Untuk sesaat, seluruh pelarian kita akan meletihkan atau melukai kita. Mungkin kita tidak mengakhiri pelarian kita di ruang gawat darurat - saat ia menabrakkan pelipis kepalanya di sisi tempat tidur - dalam beberapa hal kita akan sangat menderita saat kita lari dari Tuhan. Sederhananya, hal itu disebabkan karena kita melangkah di jalan yang salah.
Jadi kenapa tidak berbalik dan berlari ke arah sebaliknya - ke dalam rangkulan Bapa Surgawi, yang telah mengejar Anda selama ini? Biasanya, saat saya dapat menangkap Justin, dia akan memberikan senyuman lebarnya dan berkata, "You got me!" Tak perduli seberapa susahnya ia mencoba untuk melarikan diri, sebenarnya dia tetap ingin ditangkap. Dia tahu akan sangat kesepian dan menakutkannya jika ia harus melarikan diri terlalu lama. Lain waktu jika Anda lari dari Tuhan, berhentilah untuk menanyakan ‘kenapa' pada diri Anda. Apa yang sebenarnya Anda inginkan? Adakah yang lebih berarti dari kasih Bapa Surgawi?
It can be good to be caught!
Sumber : Whitney Von Lake Hopler
Sumber : crosswalk.com