Norma, istri saya, telah belajar bagaimana membawa kebutuhan-kebutuhannya pada Tuhan. Dibanding mengeluh kepada saya, dia berdoa, "Tuhan, terimakasih karena yang saya butuhkan hanya Engkau. Engkau tahu saya ingin hubungan yang baik dengan Gary dan saya ingin dia menghabiskan lebih banyak waktu lagi di rumah. Engkau juga tahu saya kurang kuat secara fisik. Aku sangat lelah sampai aku merasa tidak tahan berada lebih lama lagi dalam tekanan ini. Aku datang kepadaMu dengan permintaan ini karena aku tahu bahwa kalau aku membutuhkan Gary di rumah, Engkau bisa membuat itu terjadi. Atau Engkau bisa mengambil keinginan saya itu. Aku mau berhenti bertengkar dengan Gary dan memintaMu entah untuk mengubah dia atau untuk memenuhi kebutuhan saya dengan cara lain."
Untuk menemukan pemenuhan dari Tuhan, Norma berhenti mengharapkan hidup dari saya dan mulai memandang kepada Tuhan. Dia menyadari saya bukan hanya tidak akan, tapi saya juga tidak bisa, memberikan semua kebahagiaan dalam kehidupan kepadanya, jadi dia berharap kepada sumber kehidupan dan meminta Dia untuk memberikannya.
Hasilnya mengejutkan. Saya langsung merasakan perubahannya. Saat saya pulang kerja, saya merasakan suasana yang tenang di dalam rumah. Wajah Norma terlihat damai, tidak tegang atau seperti memendam rasa kesal. Dia tidak menggunakan kata-kata yang tajam, kata-katanya tenang dan dia lebih tertarik untuk menanyakan bagaimana hari saya dan menceritakan kegiatannya bersama anak-anak. Itu dalam konteks Norma berbicara kepada saya tentang kebutuhannya untuk bantuan.
Beberapa hari kemudian, saya tidak bisa tahan untuk bertanya apa yang telah terjadi. "Gary, aku lelah bertengkar denganmu," katanya dengan tenang. "Aku menyadari aku tidak mempercayai Tuhan dalam hal pernikahan dan keluarga kita, jadi aku berhenti mengeluh dan mulai berdoa. Aku bilang pada Tuhan bahwa aku ingin kamu menghabiskan lebih banyak waktu di rumah, dan jika aku benar-benar membutuhkan itu, aku tahu Tuhan akan melakukan sesuatu." Bayangkan efeknya bagi saya. Dengan segera saya sadar bahwa prioritas saya-lah yang selama ini salah. Dan bukan hanya itu. Karena Norma telah berubah, saya jadi ingin menghabiskan waktu lebih banyak di rumah. Akhirnya saya berbicara dengan atasan saya dan meminta perubahan kerja sehingga saya bisa mempunyai lebih banyak waktu untuk memenuhi kebutuhan keluarga saya. Norma berhenti berharap pada orang, dan hal-hal lainnya, serta berbalik kepada Tuhan yang menjawab doa yang tekun dari anak-anakNya. Tuhan berjanji, dan Tuhan menepatinya!
Beberapa mungkin berpikir Norma hanya menutupi keegoisannya dengan meminta Tuhan untuk mengubah saya dibanding terus mengomel pada saya agar saya berubah. Saya tidak setuju. Saya mendorong para istri untuk meminta hubungan yang baik dengan suami dan anak-anak mereka pada Tuhan. Permintaan itu tidak egois. Hubungan yang baik tidak hanya menguntungkan istri saja, tapi juga seluruh keluarga, komunitas Kristen, bahkan seluruh dunia. Itu juga memuliakan Tuhan, karena pernikahan yang baik adalah gambaran dari hubungan kita dengan Yesus Kristus (lihat Efesus 5:22-25).
Sekali kita terbiasa mencari pemenuhan dari dunia, kita tidak akan belajar dalam semalam untuk mengalihkan pandangan kita kepada Tuhan sebagai sumber kehidupan kita. Saya dan Norma membutuhkan beberapa tahun sebelum kami berdua dapat memandang kepada Tuhan sebagai respon pertama dan alamiah kami. Kami juga masih terkadang menemukan diri kami berfokus pada seseorang atau sesuatu selain Tuhan. Itu adalah hal yang harus kita pilih setiap hari.