Keinginan untuk mendapat anak dengan jenis kelamin tertentu merupakan kecenderungan yang ada pada hampir semua orang dan kebudayaan. Sekarang ini, keinginan tersebut bisa diwujudkan dengan bantuan ART (assisted reproductive technology). Teknologi untuk mendapat anak dengan jenis kelamin tertentu dipelopori oleh Genetics & IVF Institute in Fairfax, Virginia, USA.
Pada prinsipnya sperma dengan kromosom seks Y akan melahirkan anak dengan jenis kelamin laki-laki, sementara sperma dengan kromosom seks X akan melahirkan anak dengan jenis kelamin perempuan. Dengan pemahaman dasar seperti ini, maka jika sperma Y dan sperma X bisa dipisahkan, jenis kelamin anak yang diharapkan bisa ditentukan.
Sperma X memiliki karakteristik jumlah DNA lebih banyak dibanding dengan sperma Y. Dengan menambahkan fluorescent dye, maka DNA akan bisa diwarnai. Oleh karena DNA sperma X lebih banyak dibanding dengan DNA sperma Y, maka sperma X akan menyerap fluorescent dye lebih banyak dibandingkan sperma Y, sehingga ketika sperma dilewatkan flow cytometer, sperma X akan tampak lebih bercahaya dibandingkan dengan sperma Y, dengan demikian pemilihan jenis sperma bisa dilakukan. Setelah sperma dipisahkan, selanjutnya bisa dilakukan AIH (artificial insemination using husband's sperm). Kalau dikehendaki anak perempuan, maka yang diinseminasikan ke dalam rahim istri adalah sperma X. Jika yang dikehendaki anak laki-laki, maka yang diinseminasikan adalah sperma Y. Tingkat keberhasilan metode ini mencapai 91% bagi pasangan yang menghendaki anak perempuan, dan 73 % bagi pasangan yang menghendaki anak laki-laki.
Dalam perspektif bio-etika metode di atas lebih bisa diterima dibandingkan dengan metode pre-implantation genetic diagnosis and selective abortion (kehamilan tingkat awal didiagnosa jenis kelaminnya, jika tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka digugurkan). Lebih mengerikan lagi, praktek yang dilakukan oleh kebudayaan tertentu pada masa lalu, dimana setelah terjadi kelahiran, maka bayi dengan jenis kelamin yang tidak dikehendaki akan ditelantarkan, dibuang bahkan dibunuh.
Meskipun cara pemilihan sperma seperti diuraikan di atas lebih bisa diterima secara bio-etika dan moral dibandingkan dengan metode lain dalam upaya pemilihan jenis kelamin anak, namun masih menyisahkan pertanyaan yang harus direnungkan oleh pasangan yang akan menempuh upaya pemilihan jenis kelamin untuk anak mereka.
Anak laki-laki maupun perempuan diciptakan begitu indah sebagaimana dikatakan dalam Kejadian 1 : 27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Be WiSe, Always Remember Wisdom for Sex Life. (draw)
Dr. Andik Wijaya, MRepMed adalah seorang dokter spesialis dan juga seorang hamba Tuhan yang memiliki karunia pengajaran. Dengan visi dan misi yang diyakininya menjadi panggilan hidupnya, beliau kemudian mendirikan YADA Institute, The School of Everlasting Intimacy. Melalui institusi ini Andik mengimani bahwa Tuhan memanggil, memperlengkapi, mengutus dan mengurapinya untuk mengajarkan Everlasting Intimacy (keintiman abadi) melalui penyingkapan misteri seksual. Karena itu dua tema utama dalam setiap pelayanan YADA Institute adalah Menyingkap Misteri Seksual, Membangun Keintiman Abadi. Saat ini beliau banyak memberikan seminar pengajaran di berbagai kota di Indonesia.