Banyak anak muda yang beranggapan bahwa hubungan seksual selama masa pacaran adalah oke-oke saja. Mereka sering beranggapan toh kami saling mencintai, toh kami akan menikah, ini adalah waktu yang tepat untuk membuktikan diri bahwa kami saling mencintai. Bukankah seks adalah pernyataan cinta yang amat dalam?
Benar, seks bisa menjadi ekspresi cinta yang amat dalam antara seorang pria dan wanita bila disertai dengan sebuah komitmen untuk saling setia dan menjaga hubungan itu penuh kemurnian sampai kematian memisahkan mereka. Komitmen semacam ini hanya ada dalam suatu pernikahan kudus yang ditetapkan dalam suatu ikrar pernikahan di hadapan keluarga, masyarakat, sistem hukum dan Tuhan perancang pernikahan.
Masa pacaran mungkin memiliki intensitas komitmen dan kesetiaan tertentu namun komitmen tersebut belum mencapai puncaknya karena tidak ada peneguhan yang diikrarkan di hadapan keluarga, masyarakat, sistem hukum dan Tuhan. Sedangkan pernikahan yang seharusnya tidak boleh ada perceraian saja seringkali diingkari, apalagi pacaran yang tidak ada ikrar semacam itu.
Mengapa mereka yang sudah melakukan hubungan seksual sebelum menikah hubungannya menjadi rapuh dan mudah kandas di tengah jalan? Ketika orang berpacaran dan tidak melakukan hal-hal yang mengarah pada tindakan seksual, hubungan mereka ada pada jalur yang benar untuk membangun suatu keintiman yang berjalan seiring dengan komitmen yang semakin besar. Hubungan semacam ini akan membangun cinta kasih yang penuh penghargaan dan penghormatan satu dengan yang lain. Bila mereka melanggar kesucian yang seharusnya dijaga dengan melakukan tindakan-tindakan seksual, maka perasaan cinta, kepercayaan serta penghargaan tersebut bisa segera berubah menjadi kebencian, kehilangan kepercayaan serta rasa hormat. Pada saat seperti itu akan muncul berbagai pikiran seperti, "Kalau dia mau berhubungan seksual dengan aku, apa sulitnya bagi dia berhubungan seksual dengan orang lain sebelum aku, atau dengan orang lain kelak suatu hari?"
Kegalauan semacam itulah yang menjadikan hubungan menjadi rapuh. Masalah sekecil apapun akan bisa memicu bubarnya hubungan tersebut. Tidak adil memang, tapi itulah dinamika psikologis yang mendasari mengapa 90% lebih pacaran yang disertai hubungan seksual kandas di tengah jalan.
Situasi semacam ini bukanlah hal baru, kisah Amnon dan Tamar dalam 2 Samuel 13 : 1 - 39 menjadi pengingat sepanjang jaman, bahwa seks diluar konteks pernikahan menghasilkan kebencian, penderitaan bahkan kematian.
Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni. (2 Timotius 2 : 22). Be WiSe, Always Remember Wisdom for Sex Life. (draw)
Dr. Andik Wijaya, MRepMed adalah seorang dokter spesialis dan juga seorang hamba Tuhan yang memiliki karunia pengajaran. Dengan visi dan misi yang diyakininya menjadi panggilan hidupnya, beliau kemudian mendirikan YADA Institute, The School of Everlasting Intimacy. Melalui institusi ini Andik mengimani bahwa Tuhan memanggil, memperlengkapi, mengutus dan mengurapinya untuk mengajarkan Everlasting Intimacy (keintiman abadi) melalui penyingkapan misteri seksual. Karena itu dua tema utama dalam setiap pelayanan YADA Institute adalah Menyingkap Misteri Seksual, Membangun Keintiman Abadi. Saat ini beliau banyak memberikan seminar pengajaran di berbagai kota di Indonesia.