Pada kenaikan BBM tahun 2005 lalu, Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sardjito dan Rumah Sakit Grhasia Provinisi DI Yogyakarta melaporkan akan adanya peningkatan pasien sakit jiwa sebesar 100 persen. Menurut penuturan Prof Soewadi pada Tempo Interaktif, rata-rata pasien yang yang memeriksakan diri masih sebatas stres, depresi, dan neurotis. Mereka umumnya adalah masyarakat yang tidak mampu mengelola jiwanya menghadapi sulitnya hidup.
Hal tersebut diatas hanyalah sedikit gambaran yang terjadi pada masyarakat akibat gejolak ekonomi yang terjadi dibangsa ini. Dari tahun 2005 hingga 2008 ini, dapat dipastikan jumlah orang yang mengalami sakit jiwa, bahkan bunuh diri semakin meningkat di Indonesia.
Kenaikan BBM pada Jumat (25/5) lalu berimbas kepada semua bidang kehidupan, terutama dunia usaha. Beberapa waktu lalu, setelah diumumkannya kenaikan harga BBM, para ekonom memprediksi akan terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran.
Pada masa-masa sulit seperti ini, banyak orang dihantui oleh kekuatiran, dan depresi karena berbagai tekanan yang ada disekelilingnya. Kriminalitas meningkat tajam, karena semakin sulitnya mendapatkan peluang kerja. Apa lagi ditambah dengan kondisi politik yang tidak stabil menjelang datangnya pemilu 2009, serta demonstrasi yang tiada hentinya, hal ini membuat iklim investasi di bangsa ini menurun.
Menghadapai hal seperti ini bagaimana seharusnya orang percaya bertindak dan bersikap?
Tenang dan percaya kepada Tuhan.
Nabi Yesaya menuliskan dalam Yesaya 30:15b, "...dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu." Ketenangan batin dan iman percaya akan memberikan kekuatan, tetapi kekuatiran hanya akan mencuri kekuatan kita untuk menjalani kehidupan. Lagi pula Yesus pernah bersabda, "Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?" (Matius 6:27).
Hari-hari yang penuh kesukaran sudah di nubuatkan di Alkitab, "Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar," (2 Tim 3:1). Jadi sebagai orang percaya, kita harusnya tidak kaget lagi menghadapi kenyataan yang seperti ini.
Tuhan adalah Jehovah Jireh (Allah yang menyediakan)
Langit dan bumi adalah milik Tuhan, jika hanya masalah makan dan minum Tuhan pasti sanggup mencukupi. Dia juga Bapa yang baik, bagi semua anak-anak-Nya. Jadi mengapa kita harus takut dan kuatir? Jika Elia dalam masa kekeringan, Tuhan bisa mengirimkan daging menggunakan burung-burung gagak, bahkan melalui janda Sarfat dengan sedikit gandum dan minyak mereka tidak pernah kekurangan, pasti setiap orang yang mempercayai Tuhan tidak akan dibiarkan meminta-minta atau mati kelaparan.
Bertindak bijaksana dengan menghemat.
Seorang yang bijaksana memiliki perencanaan. Lakukanlah penghematan, tapi bukan didasarkan karena kekuatiran. Perencanaan dan menggunakan apa yang telah Tuhan percayakan dengan bijaksana adalah bagian kita, dan selanjutnya serahkan sisanya kepada Tuhan. Bagian kita adalah menanam, serta menyiram dan ijinkan Tuhan melakukan bagianNya, menumbuhkan apa yang telah kita tabur.
Memiliki kasih dan kepedulian
Sulitnya mencari nafkah, dan banyak masalah kehidupan yang menghimpit, seringkali membuat banyak orang kehilangan kepedulian dan kasih kepada sesamanya. Apa yang terjadi pada saat ini seperti sedang menggenapi ayat berikut ini, "Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah." (2 Timotius 3:1-4).
Untuk itu, kepedulian kepada sesama jangan sampai hilang dari hidup kita. Saat kita mulai mengarahkan mata kita pada beban kehidupan sesama, maka kita dapat mensyukuri berkat Tuhan yang masih kita terima. Berbagilah dengan apa yang Anda miliki walaupun sedikit, maka Tuhan akan melipat gandanya. Apa yang Anda tabur pasti Anda tuai. Anda bukan sedang memiutangi manusia, tetapi Tuhan sendiri.
Mengucap syukur dalam segala perkara.
Pada akhirnya, ini adalah bagian yang terpenting. Mengucap syukur dalam segala perkara. Nabi Habakuk adalah sebuah contoh kehidupan yang patut kita teladani. Pada masa krisis kehidupannya dia bermazmur demikian, "...namun dengan tenang akan kunantikan hari kesusahan, yang akan mendatangi bangsa yang bergerombolan menyerang kami. Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku." (Habakuk 3:18).
Ucapan syukur mendatangkan kekuatan, kasih dan sukacita. Dunia boleh digoncangkan dengan segala hal yang menakutkan. Namun selama Anda menaruh kepercayaan Anda didalam Tuhan, tidak ada apapun yang bisa memisahkan Anda dari kasih Tuhan.
Sumber : Berbagai sumber