Cukup banyak pasangan muda yang memiliki pemahaman bahwa saat hamil tidak boleh melakukan hubungan seksual, bahkan ada pasangan suami istri yang sama sekali tidak melakukan hubungan seksual selama dan beberapa bulan pasca persalinan. Namun anggapan ini adalah mitos atau cerita turun-temurun yang tidak memiliki bukti-bukti scientific.
Ed Wheat, MD dalam bukunya yang berjudul Intended for Pleasure menulis, frekuensi rata-rata hubungan seksual semasa dan pasca kehamilan adalah sebagai berikut, trimester pertama, 2,25 kali per minggu, trimester kedua 2,39 per minggu, trimester terakhir 1,08 kali per minggu, setelah persalinan 2,65 kali per minggu. Yang bisa dipetik dari data ini adalah seks masih tetap dilakukan oleh sebagian besar pasangan meskipun dalam keadaan hamil.
Sedikit peningkatan frekuensi pada trimester kedua (bulan ke-4 s/d ke-6 kehamilan) sangat mungkin akibat telah terjadi adaptasi terhadap kehamilan yang sedang dialami dan belum banyak kendala anatomi sebagaimana saat memasuki trimester terakhir. Secara medis tidak ada sesuatu yang perlu dirisaukan jika kehamilan yang dialami tidak disertai faktor penyulit, artinya kondisinya sehat-sehat saja. Faktor penyulit yang mengharuskan seorang istri tidak boleh melakukan hubungan seksual adalah bila kehamilanya terancam mengalami keguguran atau bila istri mengalami gangguan kesehatan yang serius berkaitan dengan kehamilannya seperti mengalami hypertensi dalam kehamilan, muntah-muntah yang berlebihan atau kondisi kesehatan tertentu yang akan diberitahukan oleh dokter kebidanan saat melakukan pemeriksaan rutin kehamilan.
Yang perlu diketahui, kontak seksual tidak akan menjangkau apalagi mengganggu janin yang terlindung secara aman dalam cairan ketuban yang terbungkus rapat dalam selaput ketuban. Cairan ketuban akan menjadi shock absorbent yang amat baik sehingga gerakan saat melakukan senggama maupun kontraksi rahim saat orgasme akan teredam oleh cairan tersebut dan tidak akan mengganggu janin. Ejakulasi yang terjadi juga tidak akan menjangkau janin karena disamping pengaruh struktur anatomi juga adanya selaput ketuban yang melindungi janin dari zat-zat dari luar. Jadi wanita hamil tidak usah takut, hubungan seksual tetap boleh dilakukan tanpa ada resiko mengganggu janin.
Hubungan tanpa penetrasi atau disebut dengan outer course boleh saja dilakukan kalau suami-istri lebih nyaman melakukan hal tersebut walaupun sebenarnya inter course tidak dilarang dengan variasi posisi tertentu. Yang pasti jangan berpantang walau sedang hamil. Seperti dikatakan dalam I Korintus 7 : 5 Janganlah kamu saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan bersama untuk sementara waktu, supaya kamu mendapat kesempatan untuk berdoa. Sesudah itu hendaklah kamu kembali hidup bersama-sama, supaya Iblis jangan menggodai kamu, karena kamu tidak tahan bertarak. Be WiSe, Always remember Wisdom for Sex Life. (draw)
Dr. Andik Wijaya, MRepMed adalah seorang dokter spesialis dan juga seorang hamba Tuhan yang memiliki karunia pengajaran. Dengan visi dan misi yang diyakininya menjadi panggilan hidupnya, beliau kemudian mendirikan YADA Institute, The School of Everlasting Intimacy. Melalui institusi ini Andik mengimani bahwa Tuhan memanggil, memperlengkapi, mengutus dan mengurapinya untuk mengajarkan Everlasting Intimacy (keintiman abadi) melalui penyingkapan misteri seksual. Karena itu dua tema utama dalam setiap pelayanan YADA Institute adalah Menyingkap Misteri Seksual, Membangun Keintiman Abadi. Saat ini beliau banyak memberikan seminar pengajaran di berbagai kota di Indonesia.