Pertanyaan
Saya bercakap-cakap dengan 2 wanita yang lebih tua di gereja dan bertanya pada mereka apakah menurut mereka saya sudah siap menikah atau belum. Mereka bilang "tidak", mereka bertanya apakah menurut saya sendiri saya sudah menjadi yang terbaik yang saya bisa dalam semua area hidup saya, yang tentu saja saya jawab belum. Mereka bilang bahwa Tuhan membuat Adam tidur sampai Hawa diciptakan sempurna, barulah kemudian Tuhan membangunkan Adam dan mempertemukan mereka.
Salah satu wanita itu juga bilang, "Kamu perlu belajar mencintai dirimu sendiri dulu sebelum kamu bisa mencintai orang lain." Yang lainnya berkata bahwa saya perlu belajar bagaimana menerima cinta sebelum saya bisa menikah. Saya kadang-kadang memang bergumul dengan gambar diri. Kadang saya masih melihat diri saya sebagai seorang remaja yang "aneh" saat saya masih belum menjadi wanita dewasa. Meskipun penampilan luar saya telah berubah dan menerima pesan "Kamu cantik", saya masih menemukan diri saya kadang merasa tidak aman, dan itu terlihat dalam tindakan dan gaya bicara saya. Tapi saya bukan orang yang selalu depresi dan selalu merasa tidak layak atau merasa tidak ada harapan bagi diri saya. Tuhan telah memulai proses pemulihan dalam diri saya, saya sudah mempunyai gambar diri yang positif dan negatif, tidak semuanya negatif seperti dulu. Saya tahu Tuhan masih dan terus bekerja menyempurnakan saya.
Ada wanita yang juga mengatakan bahwa saya seharusnya tidak membawa beban-beban dari masa lalu ke dalam hubungan yang baru. Mereka bilang saya harus memberikan yang terbaik dari diri saya kepada suami saya, bukannya membawa rasa tidak aman saya, bahwa fokus saya seharusnya adalah mencintai dia dengan cara terbaik yang saya bisa. Saya tahu masih ada beberapa area yang membutuhkan campur tangan Tuhan dalam hidup saya. Salah satu di antara mereka juga berkata bahwa dia melihat ada perubahan dan perkembangan dalam diri saya.
Pertanyaan saya:
1. Haruskah seorang wanita benar-benar sudah mengatasi rasa tidak amannya sebelummenikah (agar tidak membawa beban dari masa lalu)?
2. Kita selalu berada dalam proses penyempurnaan dan tidak akan pernah menjadi benar-benar sempurna. Bagaimana kita bisa tahu bahwa kita sudah siap untuk pernikahan, siap untuk memberikan diri kita yang terbaik pada suami kita, sedangkan yang terbaik dari kita juga tidak pernah benar-benar sempurna? Bagaimana saya bisa tahu apakah saya sudah siap?
3. Langkah-langkah apa yang bisa saya lakukan untuk menjadi yang terbaik dari diri saya sebelum saya bisa menikah?
Saya harap Anda dapat membantu saya. Saya ingin sekali bertumbuh dalam semua area kehidupan saya, untuk suami saya kelak, untuk diri saya sendiri, dan tentu saja untuk Tuhan.
Jawaban
Saya tidak mengenal Anda selain melalui email, jadi saya tidak dapat menentukan benar tidaknya pendapat 2 wanita itu tentang Anda. Tapi jika yang mereka katakan itu berdasarkan firman Tuhan, maka saya cenderung akan setuju dengan mereka. Apa yang mereka katakan terdengar klise. Nasehat mereka agar Anda seharusnya menjadi yang terbaik yang Anda bisa dalam semua area kehidupan sebelum Anda menikah terdengar hanya seperti quote positif semata. Itu berdasarkan pada keyakinan bahwa kita tidak hanya bisa disempurnakan, tapi kita juga bisa menyempurnakan diri kita sendiri. Itu tentu saja tidak berakar dari alkitab yang mengatakan tentang dosa (bahwa semua orang telah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah) dan kebutuhan kita akan Juru selamat.
Apakah Anda perlu belajar mencintai diri sendiri dulu sebelum Anda bisa memberikan cinta kepada orang lain? Tidak berdasarkan alkitab. Yesus berkata, "Kasihilah orang lain seperti dirimu sendiri". Ini adalah sesuatu yang bisa Anda lakukan dengan segera, tidak dibutuhkan proses belajar. Kita secara alami mempunyai sifat egois, itulah sebabnya Yesus membuat kadar kita mengasihi diri sendiri sebagai ukuran bagaimana kita mengasihi orang lain.
Tanggapan atas pertanyaan di atas akan bersambung ke artikel "Single Lovable" selanjutnya.
Sumber : boundless