Keluarga Commuting (2)

Marriage / 22 April 2008

Kalangan Sendiri

Keluarga Commuting (2)

Fifi Official Writer
5416
Tinggal jauh dari tempat kerja, tak punya waktu untuk keluarga serta lelah dan jenuh di perjalanan, pasti menjadi bagian dari hidup anda sehari-hari. Bagaimana menyikapi keadaan ini secara positif? Berikut ini adalah lanjutan dari artikel sebelumnya tentang keluarga commuting.

Pentingnya kuantitas dan kualitas waktu
Waktu untuk anak adalah sebuah keharusan. Ada beberapa alternatif dalam hal ini, saat bekerja misalnya, pasangan dapat menitipkan orang tua di rumah mertua atau orang tua, bisa juga dengan menyewa pengasuh untuk anak. Selain itu, pasangan dapat mengoptimalkan waktu akhir pekan, dan ketika menjemput si kecil di rumah orang tua, pasangan dapat bermain dengan buah hatinya dulu. Ketika tiba di rumah, meski sudah cukup larut, gunakan waktu bersama anak sampai dia tertidur. Pandai-pandai memanfaatkan waktu semaksimal mungkin tampaknya memang kunci bagi kualitas waktu untuk anak keluarga pelaju

Profesional di kantor dan di rumah
Agar suasana di rumah dan di kantor oke, satu hal yang anda perlukan adalah pengelolaan diri. Menurut Eileen Rachman, sikap profesional sangat diperlukan dalam pengelolaan diri di rumah maupun di kantor. Seorang ibu, menurut Eileen, harus tahu bagaimana memberikan waktu secukupnya yang diperlukan anak dan kasih sayang sebanyak yang diperlukan anak. Namun ia juga harus menjalankan profesinya secara profesional. Meski menjalankan dua peran sekaligus pasti memiliki kekurangan, namun keduanya perlu dilakukan dengan sungguh-sungguh. Eileen mengkritik sikap ibu bekerja yang cengeng. Misalnya, enggan mengerjakan suatu tugas kantor karena alasan kondisi di rumah yang terbengkalai (namun, sebenarnya, lebih karena ketidakterampilannya mengelola peran)
.
Bagaimana sikap orang tua yang profesional? Eileen mengungkap pentingnya orang tua menguasai network keluarga maupun lingkungan. Orang tua perlu menentukan pada siapa dan mempertimbangkan sejauh mana keamanan anak bila dititipkan pada keluarga atau pengasuh. Misalnya, bila orang tua tidak bisa dititipi anak, maka bisa menitipkan si kecil pada tante jauh atau ibu yang senang anak kecil. Atau, bila harus merekrut pengasuh, perlu diketahui referensinya untuk alasan keamanan dibanding bila mendapatkan dari yayasan yang tidak diketahui asal-usulnya.

Tak cuma soal memberikan kualitas waktu bagi anak, profesionalitas ibu bekerja juga menyangkut pernak-pernik rumah tangga. Misalnya, apakah daftar belanja sudah lengkap sehingga tak sampai kehabisan barang? Apakah bisa mengelola keuangan agar belanja cukup? dan juga kemampuan mengelola waktu. Namun, menurut Eileen, apa pun bentuknya, kunci sukses berperan sebagai profesional di kantor dan sebagai orang tua di rumah mutlak di tangan anda. Meski sebagian besar waktu anda habiskan untuk bekerja dan dalam perjalanan, si kecil tetap dapat tumbuh sehat karena selalu merasakan kasih sayang anda.

Berbagai cara kontak dengan pasangan
Daripada menggerutu ketika terjebak macet atau tak nyaman karena merasa kurang waktu untuk berkomunikasi dengan pasangan; berikut ini beberapa kiat dari Dra.Yudiana agar kuantitas dan kualitas komunikasi anda dan pasangan tetap terjaga:

• Manfaatkan kecanggihan alat komunikasi untuk berhubungan dengan pasangan. Ketika terjadi masalah, anda bisa langsung menghubunginya.
• Gunakan alur komunikasi secara lebih variatif. Ceritakan hal-hal lucu, tidak melulu soal anak, namun juga pengalaman di kantor, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan.
• Gunakan e-mail sebagai fasilitas komunikasi dengan pasangan. Berikan surprise pada pasangan dengan mem- forward cerita-cerita unik untuk dibahas selama perjalanan pulang.
• Perilaku yang berulang menjadikan hidup kita mekanistis, sehingga kehilangan bobot emosi. Buatlah variasi kegiatan. Misalnya, menonton film sepulang kantor, atau mendatangi tempat semasa pacaran.

Commuting family? Bisa asyik, bisa juga repot, pilihan di tangan anda.

Halaman :
1

Ikuti Kami