Jika Si Kecil Enggan Ke Sekolah (2)

Parenting / 31 March 2008

Kalangan Sendiri

Jika Si Kecil Enggan Ke Sekolah (2)

Fifi Official Writer
3611
Biasanya anak anda bersemangat bercerita tentang aktivitasnya di sekolah, tapi belakangan tiba-tiba dia sering melamun dan malas-malasan. Malas mengerjakan PR, malas belajar, bahkan kalau tidak dibujuk, dia juga malas berangkat ke sekolah. Sepertinya dia berubah menjadi begitu membenci sekolah. Apa yang sebenarnya sedang terjadi?

Tentu saja, orang tua tidak bisa langsung memarahi atau menghukum anak, karena ada beberapa hal yang memang bisa menjadi pemicu. Orang tua harus jeli dan bijak mencari penyebab anak berperilaku demikian. Karena, jika tidak jeli, bisa saja anak akan semakin membenci sekolah dan bahkan trauma. Untuk mengetahui kenapa anak berperilaku demikian, ada baiknya mengenali beberapa penyebab selain hal-hal yang sudah ditulis pada artikel sebelumnya:

5. Tuntutan
Setiap orang tua tentu mengharapkan anaknya menjadi pintar, kalau bisa selalu ranking pertama di sekolah. Bahkan, tidak sedikit orang tua yang memaksakan kehendaknya dengan memberikan seabrek les tambahan agar anak menjadi "pintar." Akibatnya, anak justru merasa jenuh dan malas pergi ke sekolah. Bagaimana anak tidak jenuh jika setiap waktu yang ia punya hanya ia habiskan dengan buku dan buku terus. Bahkan, bermain pun ia tak sempat.

Solusi:
Sebagai orang tua, sebaiknya anda jangan memaksakan kehendak. Wajar-wajar saja orang tua menginginkan anaknya menjadi pintar. Tetapi seharusnya keinginan ini disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan anak. Ingat, setiap anak adalah pribadi yang unik dan berbeda. Ada yang senang diberi les tambahan, namun ada pula yang tidak. Jadi, bila si kecil sudah menunjukkan tanda-tanda kejenuhan dan rasa malas, jangan dipaksa! Kalau memang pelajaran tambahan dibutuhkan, bimbinglah anak belajar di rumah dalam suasana yang tenang. Dan bila dia tampak sudah mulai jenuh, istirahatlah sejenak. Dengan demikian dia merasa tidak terbebani. Yang terpenting, jangan pernah mengucapkan kata-kata yang memberi label buruk pada anak, seperti: "Bodoh, gitu saja tidak bisa!" Pemberian label ini akan berdampak tidak baik untuk perkembangan mentalnya.

6. Jarak terlalu jauh
Orang tua seringkali tidak menyadari saat mendaftarkan anak sekolah, termasuk jarak sekolah yang terlalu jauh dari rumah. Biasanya yang menjadi pertimbangan orang tua semata-mata hanya mutu sekolah, yang dilihat dari segi pendidikan, tenaga pengajar maupun fasilitasnya semata. Masalah jarak tempuh jarang sekali dipertimbangkan. Bagaimana anak tidak jenuh jika ia sampai di sekolah sudah dalam keadaan capek akibat jarak yang terlampau jauh. Jika setiap hari anak harus menempuh waktu 2 jam untuk ke sekolah atau pulang ke rumah, lama-lama tentu ia akan jenuh, bahkan malas.

Solusi:
Ingat, kondisi anak dengan orang dewasa berbeda. Jadi, jika anak semangat belajar anak atau semangatnya pergi ke sekolah menurun akibat jarak yang terlampau jauh, coba cari cara agar anak bisa nyaman selama di perjalanan. Misalnya dengan menyewa jasa penjemputan. Atau kalau memang tidak ada lagi cara yang bisa dilakukan, tidak ada salahnya mencari sekolah yang lebih dekat.

7. Kurang perhatian
Orang tua yang sibuk biasanya lebih sering menyerahkan segala urusan sekolah anak pada guru ataupun pengasuh anak. Mereka juga jarang sekali menghadiri pertemuan antara orang tua dengan guru. Demikian juga bila ada tugas sekolah. Anak dibiarkan mengerjakan sendiri, tanpa ada bimbingan dan perhatian.
Kesibukan seringkali juga membuat orang tua lupa atau lalai menyiapkan segala keperluan anak. Akibatnya, anak kena marah atau teguran dari guru. Belum lagi pandangan mata teman-temannya yang sepertinya ikut menghakimi anak. Akibatnya, anak jadi malu, dan akhirnya malas pergi ke sekolah.

Solusi:
Memang benar, tujuan orang tua bekerja adalah untuk masa depan anak. Tapi, bila pekerjaan kemudian menjadi lebih penting daripada anak, tentu ini tidak benar dan tidak baik bagi anak. Perkembangan anak menjadi tidak terkontrol. Cobalah bagi waktu sebaik mungkin. Usahakan berkunjung secara berkala ke sekolah anak, misalnya sebulan atau seminggu sekali. Tanyakan kepada guru, perkembangan dan persoalan yang dihadapi anak. Usahakan untuk juga hadir di pertemuan antara orang tua murid dan guru. Yang tidak kalah penting, beri anak perhatian yang cukup dan tetap pantau aktivitas anak di sekolah maupun di rumah. Juga, cobalah untuk konsen pada kebututuhan anak. Bila anda termasuk orang yang pelupa, minta anak atau pengasuh anak mengingatkan anda. Bila perlu, buat daftar catatan apa-apa yang harus anda siapkan, agar tidak ada yang terlupa.

Sumber : nova
Halaman :
1

Ikuti Kami