Kaitan Pukulan Dengan Sikap Agresif & Kegelisahan

Psikologi / 22 March 2008

Kalangan Sendiri

Kaitan Pukulan Dengan Sikap Agresif & Kegelisahan

Lestari99 Official Writer
8818

Anak-anak yang dipukul pantatnya cenderung lebih gelisah dan agresif daripada mereka yang tidak pernah mengalaminya, namun hal ini tidak sepenuhnya benar di negara yang memiliki budaya dimana pemberian hukuman secara fisik biasa dilakukan. Demikian ditunjukkan satu studi terbaru.

Peneliti mewawancarai ibu dan anak mereka di enam negara yang punya norma budaya berbeda berkaitan dengan pelaksanaan disiplin secara fisik. Mereka menemukan bahwa memukul di bagian pantat kelihatannya punya hubungan dengan semakin tingginya tingkat perilaku agresifitas dan meningkatnya kegelisahan di semua negara yang diselidiki.

Hubungan yang paling lemah ditemukan di Kenya, dimana hukuman secara fisik secara budaya telah diterima dan menjadi sesuatu yang umum. Sedangkan kaitan paling kuat ada di Thailand, dimana budaya secara umum tidak mendukung tindakan memukul di bagian pantat.

Peneliti Jennifer Lansford PhD dan koleganya menyimpulkan bahwa dampak pukulan kelihatannya saling berkaitan, paling tidak dalam pandangan anak, apakah perlakuan itu melambangkan pengasuhan orang tua yang baik atau buruk. Lansford adalah seorang peneliti di Duke University's Center di departemen yang meneliti masalah anak dan keluarga.

Lansford mengatakan : "Jika anak-anak melihat bahwa teman mereka juga dipukul, pukulan menjadi pengalaman yang tidak terlalu menyimpang bagi mereka. Namun jika pengalaman ini tidak terjadi pada diri kawan-kawannya, maka mereka mungkin berpikir bahwa mereka patut menerima hal ini lebih karena mereka adalah anak yang nakal atau mereka mungkin memiliki lebih banyak pandangan jelek terhadap orang tuanya."

Lima Negara Lima Budaya

Yang termasuk dalam studi ini adalah 336 ibu dan anak-anak mereka yang punya rentang usia antara 6-17 tahun yang tinggal di China, India, Italia, Kenya, Filipina dan Thailand.

Ibu-ibu ini ditanyai berapa sering mereka melakukan disiplin secara fisik terhadap anak-anak mereka; semua kelompok juga ditanyai pertimbangannya tentang seberapa sering orang tua lainnya di negara mereka memakai tamparan atau bentuk disiplin fisik lainnya (seperti tamparan, merengguh dan mengguncang, atau pukulan) sebagai satu bentuk hukuman.

Para peneliti juga menanyai sejumlah pertanyaan yang didesain untuk mengukur agresifitas dan kegelisahan di antara anak-anak.

Mereka menemukan bahwa ibu di Kenya hampir semua memakai disiplin secara fisik pada anak-anak mereka. Lansford mengatakan ini tidak mengejutkan karena pukulan di pantat di rumah dan sekolah adalah umum di antara orang yang hidup di sub Sahara di Afrika.

Anak-anak yang paling sedikit dipukul di bagian pantatnya adalah mereka yang ada di Thailand. Kembali ini bukanlah sesuatu yang mengejutkan karena orang tua Thailand cenderung merefleksikan ajaran Budha yang menekankan kehidupan tanpa kekerasan. Berikutnya ibu-ibu di China yang paling sedikit memakai disiplin fisik, diikuti ibu-ibu di Filipina, Italia dan India.

Semakin sering penggunaan disiplin fisik semakin kurang kuat punya kaitan dengan agresifitas dan kegelisahan anak ketika hal itu dilihat semakin diterima secara budaya. Penemuan-penemuan ini dipublikasi di bulan November dan Desember di jurnal Child Development.

Pukulan Di AS

Orang Amerika dapat menjadi gambaran terbaik sebagai budaya dengan konflik tentang perilaku memukul. Banyak orang tua dilaporkan punya pandangan negatif dari perilaku ini, namun dalam satu studi lebih dari 90% dari mereka yang disurvei mengakui telah memukul anak-anak mereka di usia 3-4 tahun.

Pada studi tahun 2004, peneliti di Johns Hopkins University menguji perilaku memukul di pantat dan akibatnya di antara kelompok etnik dan rasial yang berbeda pada masyarakat AS. Walaupun pukulan dikaitkan dengan masalah perilaku pada anak-anak berkulit putih, tidak benar jika anak-anak dari kulit hitam atau Hispanik tidak mengalami pemukulan dari orang tuanya.

Eric Slade, PhD - satu dari peneliti ini mengatakan bahwa pemukulan lebih diterima secara budaya di antara orang kulit hitam dan Hispanik di AS dibanding diantara orang kulit putih. Ini mungkin dapat menjelaskan kurangnya suatu kaitan dengan perilaku di masa depan.

Slade mengatakan sejak studi tentang pukulan secara universal hampir dipercaya berpengaruh terhadap diri seseorang, pengaruh pemukulan pada perilaku di masa yang akan datang amat sulit untuk diukur.

Dalam ulasan penelitian yang dipublikasikan pada tahun 2002, 27 studi tentang pemukulan berkaitan dengan lebih banyaknya agresifitas secara fisik terhadap anak lainnya. Slade mengatakan : "Masalahnya ialah kita tidak benar-benar mengatakan dari hasil studi jika suatu pukulan yang menyebabkan terjadinya perilaku, atau beberapa karakteristik keluarga lainnya yang tidak mudah diukur".

Sumber : Salynn Boyles - Foxnews
Halaman :
1

Ikuti Kami