Dipanggil Untuk Hidup Melajang

Single / 21 March 2008

Kalangan Sendiri

Dipanggil Untuk Hidup Melajang

Fifi Official Writer
9228
Semua orang Kristen dipanggil untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati, pikiran, jiwa, dan kekuatan mereka, serta untuk mengasihi sesama mereka seperti diri mereka sendiri. Namun, Tuhan memanggil sebagian orang Kristen untuk melayani Dia dalam status pernikahan, dan yang lainnya untuk melayani Dia dalam status lajang (hidup selibat). Bagi kebanyakan orang, status single hanya merupakan status sementara sebelum pernikahan. Beberapa yang lain, tetap melajang sepanjang hidup mereka, entah karena itu merupakan pilihan mereka atau karena keadaan.

Dengan pertimbangan bahwa Tuhan memberkati pernikahan dan kecenderungan seksualitas kita membuat hidup melajang semakin sulit, lalu mengapa ada orang yang memilih untuk hidup selibat? Ada banyak alasan yang salah, dan mungkin beberapa lajang seharusnya hidup menikah, namun alasan terbaik untuk tetap melajang adalah bahwa hidup melajang menawarkan lebih sedikit gangguan dalam melayani Tuhan. Saat Tuhan menyuruh anda, "Bangunlah dan pergilah ke kota A...", anda tidak akan meu menemukan diri anda membalas dengan berkata, "Tunggu, saya akan mendiskusikannya lebih dulu dengan pasangan saya dan agen rumah saya, lalu saya baru akan kembali padaMu..."

Jika Tuhan menginginkan anda untuk hidup selibat, Dia juga pasti akan menyediakan karunia-karunia rohani yang membuat kondisi itu mungkin. Perhatikan bahwa saya tidak mengatakan "yang membuat kondisi itu menjadi mudah". Paulus mengatakan bahwa jika kita berniat untuk hidup melajang namun tidak dapat menanggungnya, bukanlah dosa jika akhirnya kita menikah. Adalah lebih baik untuk berubah haluan ke cara hidup lain yang dihargai Tuhan daripada berdosa dengan hawa nafsu.

"Bagaimana anda bisa tahu bahwa anda dipanggil untuk hidup melajang?" adalah pertanyaan yang bagus, karena ada kemungkinan salah persepsi mengenai panggilan tersebut. Pada umumnya, mengetahui kehendak Tuhan mengenai hidup melajang sama seperti mengetahui kehendakNya mengenai hal-hal yang lain: itu membutuhkan doa terus menerus dan perenungan. Tidak banyak orang yang dipanggil untuk hidup melajang mendapat pewahyuan semacam disambar petir. Kebanyakan, panggilan Tuhan kepada mereka akan menjadi semakin jelas setahap demi setahap.

Karena saya tidak terpanggil untuk hidup melajang, saya telah bertanya kepada 2 teman Kristen saya yang hidup melajang, satu pria dan satu wanita.

Teman pria saya menulis:

Saya kira mungkin lebih mudah untuk menjelaskan bagaimana untuk mengetahui bahwa anda tidak terpanggil untuk hidup selibat dibanding menjelaskan sebaliknya. Lebih mudah untuk memberitahukan alasan-alasan yang salah dibanding alasan yang benar dengan kata-kata. Satu hal yang sering disalah-artikan oleh kebanyakan orang adalah bahwa Tuhan selalu memberikan karunia hidup melajang untuk membuat kita lebih tersedia bagi Dia, bukan untuk membuat kita lebih tersedia bagi diri kita sendiri. Jadi seseorang yang hidup selibat seharusnya mempunyai lebih sedikit waktu untuk dirinya sendiri dibanding seseorang yang menikah, bukannya lebih. Hal lain yang juga gagal disadari oleh banyak orang adalah bahwa orang yang hidup selibat tetaplah seorang manusia, jadi semua keinginannya yang mendasar tetap utuh. Orang-orang yang hidup selibat mempunyai resiko dosa seksual yang sama seperti orang-orang yang menikah - dosa dalam hati dan juga secara fisik (luar).

Teman wanita saya menulis:

Karena saya berbagi pengalaman pribadi, maka saya berkata bahwa saya tidak punya jawaban yang pasti. Saya hanya tahu sampai sejauh ini Tuhan memimpin saya, dan karuniaNya yang telah Dia berikan kepada saya.

Di luar mendapat kata-kata langsung dari Tuhan, saya tidak yakin bahwa ada orang yang bisa mengetahui bahwa mereka terpanggil untuk melajang seumur hidup. Dari semua orang Kristen lajang dalam pelayanan sepenuh waktu yang telah saya baca atau kenal secara pribadi, semuanya punya keinginan dan harapan untuk menikah, namun karena satu dan lain hal itu masih tidak terjadi. Tapi mereka juga menyadari bahwa keinginan mereka untuk menikah adalah satu hal lagi yang harus diserahkan di altar, menjadi bagian dari hidup mereka yang berserah kepadaNya. Mereka juga menemukan karunia untuk hidup dengan sukacita dalam pelayanan yang tidak terbagi (1 Korintus 7:32-35).

Hidup melajang adalah salah satu dari hal-hal yang membutuhkan penerimaan akan karunia yang Tuhan berikan untuk anda hari ini, tanpa kuatir tentang apakah anda akan menerimanya lagi besok, tahun depan, atau 10 tahun lagi. Musim-musim kehidupan berubah. Saya yakin bahwa orang dapat hidup dalam ketaatan, penerimaan, dan keutuhan dalam kondisi saat ini, mempercayai Tuhan untuk menyiapkan mereka untuk musim-musim selanjutnya yang akan datang. Tuhan jarang (jika Dia memang pernah?) memberi kita gambaran yang jelas dan detail tentang masa depan.

Bagaimanapun juga, saya mengerti tentang perasaan ingin tahu. Saya juga bertanya-tanya pada Tuhan pada saat saya berusia 20 tahunan mendekati 30 tahun, sampai saya menyadari bahwa jawaban yang Dia berikan pada saya adalah "Percayalah padaKu dan tunggulah." Namun akan tetap menjadi latihan yang bagus untuk menanyakan alasan (motif) dibalik pertanyaan atau permintaan kita itu. Apa yang sebenarnya kita minta? Bagaimana hidup kita akan berubah tergantung dari jawabannya? Jika kita membayangkan Tuhan menjawab, "Hidup selibat!" mungkin kita akan menarik nafas lega, membuang semua pikiran-pikiran, kenangan, atau harapan tentang hubungan romantis, dan terus maju untuk melayani Dia sepenuhnya tanpa menoleh ke belakang lagi. Tapi jika jawabanNya "Menikah!", apa yang berubah? Apakah anda akan mengabaikan keinginan dan fokus anda untuk memiliki hidup untuk Tuhan, lalu mulai berburu calon pasangan? Atau apakah anda tetap berkomitmen pada panggilanNya dalam hidup anda, melayani Dia sepenuh hati sampai Dia melihat waktunya tepat untuk mempertemukan anda dan pasangan anda?

Tuhan benar-benar ingin berbicara dengan kita mengenai hal ini. Siapa yang lebih baik untuk mengkonseling dan membimbing kita dalam area yang berhubungan dengan hati dibanding Kekasih jiwa kita dan Pencipta dari segalanya (termasuk hormon kita)? Dan Siapa yang lebih baik untuk memilih seorang pasangan untuk kita daripada Dia, Bapa Sorgawi yang sangat mencintai kita?

Untuk perenungan lebih lanjut tentang hidup melajang, saya sarankan anda memulainya dengan Alkitab. Tentu saja anda bisa menggunakan konkordansi dan membaca semua yang ada di Alkitab tentang pernikahan dan hidup melajang, namun ada 2 ayat kunci, yaitu di Matius 19 (terutama ayat 8-12), dan 1 Korintus 7 (terutama ayat 7-9 dan 24-40).

Sumber : cbn
Halaman :
1

Ikuti Kami