Menopause Pria

Psikologi / 15 March 2008

Kalangan Sendiri

Menopause Pria

Lestari99 Official Writer
11197

Menopause pada pria. Mitos atau fakta? Hal ini menjadi perdebatan begitu banyak orang, termasuk di antara kaum pria sendiri apakah menopause pria itu benar-benar ada atau tidak. Pertama-tama, bersiaplah untuk mendengar kebenaran bahwa pria juga mengalami menopause. Jadi, bukan hanya para wanita saja yang akan mengalaminya, walaupun memang tidak semua pria harus mengalami hal ini. Mereka yang hidup benar sejak mudanya ditinjau dari segala aspek tidak perlu memusingkan hal ini.

Menopause pada pria dikenal dengan andropause(andro berarti pria ; pause berarti berhenti). Hal ini tidak melulu berbicara tentang perubahan kemampuan reproduksi seseorang, tetapi melibatkan perubahan-perubahan hormonal dan psikologis yang dialami oleh pria berusia antara 40-55 tahun. Hal ini dapat terlihat secara fisik, tetapi sebenarnya berdimensi sosial bahkan spiritual.

Terdapat perbedaan antara menopause pada wanita dengan andropause. Menopause wanita adalah statis, dimana hormon estrogen yang bertanggung jawab terhadap kewanitaannya berhenti berproduksi. Sedangkan pada andropause, hormon testosterone yang bertanggung jawab terhadap kepriaannya tetap berproduksi tetapi menurun drastis. Inilah sebabnya, seorang pria tiba-tiba menjadi lemah dalam segi seksual atau lainnya. Kebingungan pun melanda. Sisi kekuatan pria diserang.

Gejala seorang pria mengalami andropause ialah mudah tersinggung, sering uring-uringan tanpa sebab yang jelas, berkeringat pada malam hari dan gampang menjadi lelah. Ciri-ciri fisiknya ialah kulit tampak lebih kering dan bersisik di bagian tangan dan kaki, serta terdapat bintik merah di bagian siku, kulit kadang terasa panas terbakar, kemudian terdapat kemunduran fungsi seksualitas. Bila semua itu sedang dirasakan, bisa jadi andropause sedang Anda alami.

Hal ini kadang menakutkan bagi pria yang tidak tahu dan tidak siap menghadapinya. Mereka cenderung menjadi panik dan mulai mencari-cari cara penyelesaiannya sendiri. Inilah saat dimana mereka bisa menjadi makin kacau dan benar-benar menimbulkan krisis dalam posisinya sebagai seorang ayah, kakek atau suami. Belum lagi ditambah keadaan jaman modern, dimana tuntutan keuangan dan karir ikut menambahkan tekanan yang dialami. Maka jadilah ini suatu problem yang sangat serius bagi dirinya pribadi maupun orang-orang di sekitarnya.

Sebenarnya, krisis setengah baya seperti inilah yang harus diantisipasi sejak awal. Kalau memang ini harus terjadi pada seorang pria misalnya, cara pandangnya terhadap masalah itulah yang harus dibereskan. Pria itu harus sadar bahwa memang semua orang akan menjadi tua dan dia harus mengucap syukur karena itu. Uban adalah mahkota, bukan petaka. Pria yang tahu betul siapa dirinya seharusnya dalam keadaan sadar bahwa hidupnya sedang berada di masa ia benar-benar menjadi panutan, sehingga tidak justru menerima ketuaannya dengan berlaku over acting seperti anak muda.  

Dalam usia rawan andropause, seorang pria harus memperhatikan bagaimana ia hidup:

Pertama dari segi jasmani. Makanan harus diperhatikan, karena dalam keadaan seperti ini, penyakit dapat dengan mudah mulai menyerang. Jangan mengkonsumsi obat-obatan berbentuk apapun yang katanya dapat mengembalikan semangat muda kembali, karena efek yang berlaku biasanya justru akan menambah benang kusut. Kegiatan olahraga harus terus dijalani dengan tidak menyentuh alkohol apalagi rokok.

Kedua dari segi sosial. Pria harus mulai bersosialisasi dengan lebih luas dalam lingkungannya. Ikut pelayanan atau bakti sosial akan sangat baik efeknya. Seorang pria yang berkeluarga juga harus mulai memperbaiki hubungan dengan anak dan istri, bukannya justru menjadi renggang. Pulihkan hubungan yang buruk, saling introspeksi diri dan saling terbuka, serta meningkatkan kadar komunikasi dua arah yang positif.

Ketiga dari segi rohani. Semua buku yang membahas tentang andropause akan menyarankan pria untuk kembali melihat pada hubungannya dengan Tuhan. Ini bukan hanya nasehat belaka. Inilah esensi kehidupan. Bahwa sejak seseorang dilahirkan sampai masa tuanya, ada panggilan hidup tertinggi dalam kehidupan seseorang. Panggilan yang lebih tinggi dari hanya ‘sekedar' menjadi pekerja, menjadi ayah atau suami, tetapi menjadi makhluk Tuhan yang Ia ciptakan segambar dan serupa dengan-Nya dan dipanggil untuk menggenapi rencana-Nya. Itu adalah arti hidup yang sebenarnya.

Dengan berada pada posisi ini, maka andropause sekalipun tidak akan lagi menjadi masalah penting dalam kehidupan seorang pria. Setuju?

Sumber : berbagai sumber/nirmala
Halaman :
1

Ikuti Kami