Jalan Kaki Cegah Osteoporosis

Fit & Charming / 14 March 2008

Kalangan Sendiri

Jalan Kaki Cegah Osteoporosis

Lestari99 Official Writer
7824

Berjalan kaki 10.000 langkah setiap hari merupakan salah satu cara untuk mencegah atau menghindarkan diri dari penyakit keropos tulang atau osteoporosis. Selain tentu saja mengkonsumsi kalsium dan nutrisi yang cukup. Demikian disampaikan staf pengajar Program Studi Ilmu Kedokteran Olahraga Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), Tanya Tatiana M Rotikan. Dijelaskan, berjalan kaki dipilih sebagai olahraga yang paling sesuai karena berjalan kaki bisa dilakukan dengan tingkat kebugaran yang standar.

Ditinjau dari segi medis, saat berjalan kaki seluruh struktur tulang mendapatkan pembebanan yang berguna untuk melatihnya tetap kuat dan padat. "Berbeda dengan berenang atau tenis, berjalan kaki dapat dilakukan dengan tingkat kebugaran berapapun. Selain itu, berjalan kaki tidak memerlukan peralatan khusus," katanya. Menurut Tanya Tatiana, olahraga yang memberikan beban membantu menstimulasi tulang untuk berkembang sehingga dapat menjaga kepadatan tulang. Selain itu, berjalan kaki juga menjaga keseimbangan dan mengurangi risiko terjatuh, sehingga membantu mencegah risiko patah tulang dan osteoporosis.

Jumlah 10.000 langkah yang dianjurkan adalah jumlah total dalam sehari yang dianggap aktif. Sebaiknya usahakan untuk memperoleh 3000-4000 langkah dalam 30 menit selama berolahraga. Sisanya dapat dicapai dengan berbagai aktivitas fisik harian seperti berjalan kaki setiap ada kesempatan, menggunakan tangga ketimbang eskalator/lift, bermain bersama anak, menyapu atau berdansa mengikuti lagu. "Hendaknya kurangi aktivitas fisik yang pasif seperti menonton televisi atau duduk di depan komputer," katanya.

Berjalan kaki yang sehat, jelas Tanya, ada trik khusus yang harus diikuti agar tidak cedera. Yaitu, berjalan harus tegak, artinya tidak boleh ke depan atau ke belakang. Hal itu dapat menyebabkan cedera otot punggung atau perut. Selain itu, sebelum berolahraga harus selalu melakukan pemanasan dan pendinginan. Cara berjalan sendiri, harus diikuti agar mendapat hasil maksimal. Bagian kaki yang pertama kali menyentuh tanah adalah tumit, kemudian diikuti dengan bagian tengah dan ujung jari, tangan tidak boleh dikepal. Seperti memegang telur saja. Dan mengayunkan juga maksimal di bawah dada.

Menurut hasil analisa data Risiko Osteoporosis (keropos tulang) yang dipublikasikan tahun 2006, prevalensi osteopenia (osteoporosis dini) di Indonesia mencapai 41,7%. Ini berarti 2 dari 5 penduduk Indonesia mempunyai risiko untuk terkena osteoporosis. Analisa data ini dilakukan Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Gizi dan Makanan Depkes bekerjasama dengan PT Fonterra Brands Indonesia. Data tersebut sejalan dengan hasil riset terbaru yang dipublikasikan European Journal of Clinical Nutrition yang mengungkapkan bahwa wanita di Jakarta mengkonsumsi kurang dari sepertiga asupan kalsium yang dianjurkan dan menderita kekurangan vitamin D, yang merupakan nutrisi penting dalam menjaga kesehatan tulang.

Dalam hasil riset yang dilakukan Universitas Indonesia bekerjasama dengan Otago Univerity Selandia Baru dan Universiti Putra di Malaysia menguak bahwa rata-rata intake kalsium dari wanita Indonesia hanya 270 miligram sehari. Artinya, hanya 27% dari jumlah harian yang dianjurkan WHO, yaitu 1000 miligram per hari untuk orang dewasa. Selain itu terungkap bahwa sejumlah 63% wanita Indonesia menderita kekurangan vitamin D. Peneliti kepala dari SEAMEO TROPMED UI, Siti Muslimatun menyatakan bahwa baik kalsium maupun vitamin D merupakan nutrisi penting untuk membentuk tulang yang kuat dan menjaga kesehatan tulang yang optimal. Tanpa nutrisi yang cukup, tulang akan berisiko menjadi tipis, keropos dan mudah patah, seperti yang dikenal sebagai osteoporosis.

Vitamin D dihasilkan dari paparan sinar matahari yang diterima tubuh, sedangkan kalsium ditemukan pada makanan-makanan bahan olahan dari susu, sayuran hijau dan ikan. Rendahnya tingkat vitamin D sebenarnya agak mengejutkan, karena letak Jakarta yang berada di garis khatulistiwa dan bisa menikmati matahari sepanjang tahun. Dijelaskan, perlu ada penelitian lanjutan untuk mengetahui secara pasti apa penyebab rendahnya tingkat vitamin D wanita di Jakarta. Tetapi kemungkinan ada beberapa alasan yang menyebabkan hal tersebut. "Wanita Asia cenderung mempunyai kulit yang lebih gelap, karena banyaknya melanin kulit yang mungkin berpengaruh. Selain itu, secara kultural dan keyakinan banyak wanita Asia berpakaian tertutup, meninggalkan sedikit area kulit yang terbuka," katanya.

Sumber : suarapembaruan
Halaman :
1

Ikuti Kami