Kiat Siasati Biaya Sosial

Investment / 9 March 2008

Kalangan Sendiri

Kiat Siasati Biaya Sosial

Fifi Official Writer
7003
Ada pertanyaan menarik dari saya buat Anda: "Pernahkah Anda mencoba menghitung, berapa kali dalam bulan ini Anda mendapat undangan pesta pernikahan?" Pertanyaan kedua, "Pernahkah Anda menghitung berapa total uang yang Anda keluarkan untuk hadiah pernikahan tersebut?" Mungkin banyak dari Anda yang kaget setelah mencoba menghitungnya. Kenapa? Karena terlalu banyak. Ya, hadiah pernikahan memang hanya salah satu contoh dari sekian banyak 'biaya sosial' yang biasa kita temui dalam pergaulan kita sebagai anggota masyarakat. Masih banyak lagi contoh biaya sosial yang bisa Anda temui, seperti iuran RT/RW, permohonan sumbangan untuk masjid, gereja, panti asuhan, dan sebagainya, bahkan iuran arisan pun sebenarnya bisa digolongkan ke dalam biaya sosial, lho. Prinsipnya, pengeluaran uang yang dilakukan untuk 'bersosialisasi' dengan lingkungan sekitar atau 'membantu' orang di sekililing kita, bisa dikatakan sebagai biaya sosial.

Nah, sebagai orang yang hidup di tengah masyarakat, kita pun tidak bisa menghindar dari 'kewajiban' untuk mengeluarkan 'biaya sosial' ini. Betul, enggak? Ini karena seringkali bila seseorang lalai, atau sengaja menghindar, dari kewajiban sosial ini, bisa-bisa dia akan mendapatkan sanksi sosial dari masyarakatnya. Contohnya banyak, sindiran, cemoohan, atau bahkan sampai dikucilkan dalam pergaulan. Wah, repot atuh ... Masalahnya, biarpun kelihatannya sepele, biaya-biaya sosial yang muncul sehari-hari, bila diakumulasikan, bisa menjadi besar dan bukan tidak mungkin akan memberatkan keuangan kita. Enggak lucu, kan kalau niatnya ingin bersosialisasi dengan tetangga, eh malah keuangan kita sendiri yang jadi keteteran. Kalau sudah begini, enggak mungkin juga kita menyalahkan tetangga atau pihak-pihak yang sudah kita sumbang.

Karena itu, sebetulnya yang namanya kendali atas biaya sosial ini berada pada diri kita masing-masing. Kita sendirilah yang mesti pintar-pintar menyiasati pengeluaran untuk biaya yang satu ini, agar anggaran tidak jebol. Sehingga, kalau ada biaya sosial yang harus kita keluarkan, kita juga pasti bisa mengeluarkan uang untuk biaya tersebut dengan hati yang lebih ikhlas, tanpa perlu ngedumel atau marah-marah. Nah, untuk membantu Anda mengendalikan biaya sosial, di bawah ini sejumlah tips yang mungkin bermanfaat:

Perkirakan jumlah kebutuhan biaya sosial

Beberapa dari Anda mungkin memasukkan kebutuhan biaya sosial ke dalam kelompok "Pengeluaran Tak Terduga" dalam anggaran Anda. Padahal, jangan lupa, biaya sosial tidak selalu tidak bisa diduga. Beberapa dari biaya sosial yang Anda keluarkan terkadang malah sudah bisa diperkirakan sebelumnya. Contohnya iuran RT/RW atau arisan ibu-ibu di lingkungan Anda. Selain itu, Anda tentu juga dapat memperkirakan sebelumnya tentang berapa besarnya uang arisan atau berapa besar uang iuran di RT/RW Anda. Demikian juga dengan sumbangan-sumbangan seperti hadiah pernikahan. Anda dapat memperkirakan sebelumnya berapa kira-kira jumlah undangan yang akan Anda terima bulan ini, dan berapa total biaya yang akan Anda keluarkan untuk masing-masing amplop pengantin.

Mungkin memang ada biaya sosial seperti sumbangan-sumbangan yang sifatnya benar-benar tidak terduga. Untuk menghadapi jenis-jenis biaya sosial seperti ini, yang bisa Anda lakukan adalah memperkirakan berapa jumlah batasan yang kira-kira akan Anda keluarkan. Prinsipnya, Anda tetap bisa membuat perkiraan kalau mau. Kan, enak kalau angka biaya sosial ini bisa diperkirakan dulu sebelumnya. Tak perlu rinci-rinci sekali, yang penting ada perkiraan angkanya.

Susun daftar prioritas

Setelah Anda memperoleh perkiraan tentang berapa total kebutuhan biaya sosial, maka yang harus Anda lakukan berikutnya adalah membuat daftar prioritas dari tiap-tiap komponen biaya sosial tersebut. Misalnya: Prioritas Nomor 1: Iuran RT, Prioritas Nomor 2: Arisan RT, Prioritas Nomor 3: dan seterusnya. Jangan khawatir, itu cuma contoh. Yang penting, mulailah dari komponen biaya yang Anda rasakan paling 'wajib' dikeluarkan. Biasanya, komponen 'wajib' ini berkaitan erat dengan sanksi sosial, dimana semakin berat sanksi sosialnya kalau Anda tidak bayar, maka semakin 'wajib' pula keluar uang untuk pos biaya sosial tersebut. Selain pertimbangan 'kewajiban', prioritaskan juga komponen-komponen pengeluaran yang jumlahnya telah Anda ketahui dengan pasti.

Tempatkan komponen biaya yang benar-benar tak terduga dalam urutan terakhir di daftar prioritas Anda. Cara ini akan memudahkan Anda dalam menyusun prioritas biaya sosial Anda. Jika Anda melakukannya, mudah-mudahan penyusunan daftar prioritas tidak akan terasa sulit. Gampang, kok kalau Anda mau membiasakannya.

Sesuaikan daftar prioritas dengan anggaran

Langkah berikutnya adalah menyesuaikan daftar prioritas yang baru saja Anda buat dengan anggaran keluarga Anda. Caranya, sisihkan sejumlah uang untuk kebutuhan biaya sosial Anda. Kemudian, poskan uang tersebut pada komponen-komponen biaya sosial yang Anda buat dalam daftar prioritas Anda. Urutkan mulai dari komponen biaya yang berada pada urutan pertama pada daftar, lalu lanjutkan ke urutan berikutnya, dan begitu seterusnya sampai ke komponen biaya yang menjadi prioritas terakhir. Kalau dana Anda ternyata tidak cukup, tentu saja akan ada komponen-komponen biaya sosial yang harus Anda relakan dicoret dari daftar. Biasanya yang akan menjadi 'korban' pencoretan pertama kali adalah komponen biaya sosial yang sifatnya benar-benar tak terduga.

Enggak apa-apa, seperti juga kebutuhan-kebutuhan lain, wajar, kok kalau kita tidak bisa memenuhi semua kebutuhan biaya sosial ini. Yang penting di sini adalah jangan sampai kita memaksakan diri untuk memenuhi semua kebutuhan biaya sosial kita, tapi malah keadaan keuangan kita jadi berantakan.

Jangan ragu untuk mengatakan 'Tidak'
Bila Anda telah menyesuaikan daftar prioritas biaya sosial dengan anggaran, maka yang harus Anda lakukan sekarang adalah mematuhi daftar tersebut. Artinya, sebisa mungkin biaya sosial yang Anda keluarkan setiap bulan jangan sampai menyimpang dari anggaran yang sudah Anda susun sendiri. Seringkali, setelah anggaran disusun rapi, selalu ada saja 'godaan' yang muncul, yang intinya 'memaksa' kita untuk keluar uang lagi demi biaya sosial yang malah di luar anggaran.

Tipsnya adalah, kalau memang kebutuhan di luar anggaran tersebut dirasa sangat mendesak dan 'wajib' dipenuhi, Anda sebaiknya tetap mengeluarkan dana untuk keperluan itu. Konsekuensinya, akan ada pos lain dari anggaran yang harus dipangkas untuk menggantikannya. Tapi, kalau kebutuhan di luar anggaran itu dirasa tidak mendesak, Anda harus bisa mengatakan 'TIDAK' kepada pihak yang meminta Anda menyumbang. Ada banyak seni untuk menolak permintaan tersebut supaya pihak yang meminta tidak tersinggung atau marah. Ya, pinter-pinternya Anda-lah.

Sumber : safir seduk
Halaman :
1

Ikuti Kami