Mengapa Pria Tak Kunjung Memulai Komitmen?

Single / 6 March 2008

Kalangan Sendiri

Mengapa Pria Tak Kunjung Memulai Komitmen?

Fifi Official Writer
6992
Berikut ini beberapa alasan mengapa pria tidak juga berinisiatif untuk memulai berkomitmen:

Takut Akan Penolakan

Saat dia mulai berbicara, anda menyadari bahwa pria-pria ini memikirkannya lebih dari sekedar emosi. Kenyataannya, memang jika mereka jujur, emosi-emosi itu tidak cukup. Seorang pria mungkin saja tertarik pada seorang wanita dan masih juga tidak melakukan ataupun mengatakan apa-apa. Mengapa? Karena mereka percaya bahwa ada lebih banyak faktor lain yang perlu dipertimbangkan selain perasaan. Salah satu dari faktor itu adalah rasa takut akan penolakan.

Salah seorang pria menceritakan bahwa ketika satu saat dia memberanikan diri untuk mengajak seorang wanita pergi keluar, namun wanita ini menolak ajakannya. Kata "tidak" dari wanita ini sudah merupakan sesuatu yang berat untuk diterimanya karena dia benar-benar menyukai wanita ini. Tapi yang terjadi adalah, wanita ini memberitahu semua teman-temannya tentang hal itu dan teman-temannya mulai menilai semua kelebihan dan kekurangannya. Seiring waktu berlalu, ternyata yang tahu bukan hanya teman-teman wanita itu, tapi juga teman-temannya dan saudara teman-temannya. Mereka tahu bahwa dia pernah mengajak wanita itu dan dia menolak, dan bahwa dia tidak cukup ok untuk dipertimbangkan sebagai calon pasangan bagi kebanyakan wanita. Kesempatannya dengan wanita ini sudah tidak ada, begitu juga dengan wanita-wanita lain yang ada dalam lingkungan yang sama. Karena "dipermalukan" dan penolakan itu, dia memilih untuk lebih baik tidak mengalaminya lagi.

Belum Siap Secara Keuangan

Pria lain mengatakan bahwa alasan utamanya untuk tidak bersikap aktif dalam memulai suatu hubungan adalah karena dia merasa bahwa dia perlu lebih dahulu siap secara finansial sebelum berkomitmen serius dengan seorang wanita. Dia mulai bercerita bagaimana orang tuanya melalui pergumulan keuangan dan hal itu menyebabkan stress dalam kehidupan pernikahan mereka. Dia tidak ingin dirinya gagal. Jika dia sudah merasa aman secara finansial, maka dia akan lebih mudah untuk mempertimbangkan komitmen dengan seorang wanita. Lagipula dia juga percaya bahwa kebanyakan wanita juga menginginkan pasangan dengan kondisi finansial yang aman. Meskipun dia sudah mempunyai pekerjaan tetap setelah lulus dari sekolah, dia masih merasa belum lengkap sebagai seorang pria karena dia belum bisa menghidupi seorang wanita bahkan walaupun dia menginginkannya. "Untuk menjalin komitmen dengan seorang wanita, seorang laku-laki harus menjadi seorang pria. Dia harus merasa bahwa dia adalah seorang pria. Kalau tidak, apa yang bisa dia tawarkan?"

Pesimis Akan Hubungan Romantis

"Saya tidak berkencan karena saya tidak akan berhasil!" Pria ini langsung mengungkapkan alasannya dengan jujur mengenai fakta bahwa dia lebih memilih menghabiskan waktunya untuk hal-hal yang dia tahu bisa dia lakukan dengan baik. Dia membeberkan beberapa alasan mengapa hubungan romantis memang tidak diwariskan dalam darahnya. Orang tuanya dan kebanyakan kerabatnya yang lain hanya menikah untuk bercerai pada akhirnya. Riwayat hubungan-hubungannya sendiri di masa lalu selalu berakhir dengan rasa sakit, dan dia dapat melakukan hal-hal yang jauh lebih baik dalam area kehidupannya yang lain. Mengapa mempertahankan sakit hati dan membuang-buang waktunya (dan juga waktu seorang wanita lain) dengan memulai sesuatu yang tidak akan berhasil juga pada akhirnya? "Tidak seorangpun menyukai kegagalan... Saya tidak mau gagal..."

Benci Kisah-kisah Dongeng Tentang Cinta

"Anda benar, tidak seorangpun menyukai kegagalan, tapi bagaimanapun juga kami berusaha, kami selalu mengalami kegagalan..." Seorang pria menceritakan bahwa bagaimanapun juga dia mencoba, pada akhirnya dia selalu merasa tidak cukup baik. "Saya menyalahkan dongeng-dongeng tentang kisah cinta dan film komedi romantis, ada ksatria berkuda, cincin pertunangan yang indah, dan pria-pria yang selalu tahu apa yang harus mereka katakan dengan tepat."

Mungkin ini mengingatkan anda juga pada bagaimana media telah begitu mempengaruhi persepsi dan gambaran tentang kecantikan yang ideal dan juga tekaann-tekanan yang anda alami dengan semua artis yang tampil di TV. Mungkin anda tidak menduga sebelumnya bahwa hal yang sama bisa juga terjadi pada pria. Apa yang kisah-kisah dongeng dan film komedi romantis itu katakan tentang pria? Mereka selalu berpakaian rapi, mempunyai rumah yang bagus (mungkin seekor kuda dan kereta dalam kisah dongeng), tidak pernah marah, mempunyai keseimbangan yang nyaris sempurna dalam hal kepekaan pada perasaan sekaligus memiliki karakter maskulin, mampu emengalahkan 1 sampai 40 pria lain dengan kekuatannya sendiri jika mungkin, dan yah, mereka juga pria-pria yang sangat memperhatikan wanitanya.

Pria ini memulai ceritanya dengan bagaimana dia dulu pernah membelikan mantan pacarnya 12 tangkai mawar. Namun mantannya merasa kecewa, karena dia tidak membelikannya bunga lili. Mantannya berpikir bahwa dia seharusnya mengenalnya lebih baik dari itu, karena bunga lili adalah bunga kesukaannya... bukan mawar. Banyak contoh lainnya, namun kesimpulan akhirnya tetap, dia tidak merasa bahwa masuk ke dalam sebuah hubungan akan menguntungkan bagi dia. Dia selalu "kalah" dengan figur pria yang ideal...

Tidak Menemukan Yang Dia Cari

Tipe pria ini mau untuk menjalin hubungan dengan wanita, hanya saja dia tidak menemukan apa yang dia cari. Saat ditanya apa yang sebenarnya dia cari, dia menjawab, "Mudah saja, saya mencari sama seperti yang dicari pria-pria lainnya. Saya mencari..." Lalu ada jeda yang panjang...

Sekarang, apakah pandangan anda terhadap kaum pria sedikit berbeda? Mungkin anda menjadi lebih bisa berempati pada mereka, karena anda sekarang telah mengetahui beberapa hal yang mungkin mereka lalui. Para pria bukan semuanya "jerks" yang tidak memperdulikan apapun tentang anda maupun teman-teman wanita anda. Mereka adalah para pria, manusia yang tidak sempurna, yang belum menemukan gambaran yang tepat akan apa yang penting, apa yang mereka inginkan, dan hal-hal lain yang signifikan.

Sumber : Michelle McKinney Hammond - CBN
Halaman :
1

Ikuti Kami