Amerika Selatan di Ambang Perang

Nasional / 5 March 2008

Kalangan Sendiri

Amerika Selatan di Ambang Perang

Puji Astuti Official Writer
6174

Tentara Venezuela berbaris sebelum naik ke mobil di Markas Paramacay di Valencia, Venezuela, Minggu (2/3). Presiden Hugo Chavez memerintahkan tank dan ribuan pasukan ke perbatasan Kolombia.

Penyerangan pasukan komando Kolombia untuk memburu para pemberontak Kekuatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC) hingga memasuki wilayah Ekuador, telah menyulut ketegangan antarnegara di Amerika Selatan terutama Venezuela-Kolombia-Ekuador.

Presiden Venezuela Hugo Chavez memerintahkan ribuan tentara dan tank untuk bersiaga di pinggiran Venezuela yang berbatasan dengan Kolombia. Chavez menuduh Kolombia menyeret kawasan Amerika Selatan ke mulut peperangan dengan membunuh tokoh pemberontak di wilayah Ekuador. "Bapak Menteri Pertahanan, gerakkan 10 batalion tank ke perbatasan dengan Kolombia, segera! Kerahkan juga pasukan udara," perintah Chavez dalam taklimat mingguan yang disiarkan melalui televisi dan radio, Minggu (2/3) atau Senin pagi WIB.

Chavez juga memerintahkan Kedutaan Besar Venezuela di ibu kota Kolombia, Bogota, ditutup. "Kami akan membalas dengan serangan militer apabila Kolombia melanggar wilayah Venezuela," tegas Chavez.

Buntut ketegangan ini, President Ekuador Rafael Correa mengusir Duta Besar Kolombia untuk Ekuador dan mengerahkan ribuan personel ke perbatasan. "Saya telah memutuskan pengusiran segera Duta Besar Kolombia untuk Ekuador Carlos Holguin...Saya pun mengerahkan pasukan ke perbatasan utara dan menggelar rapat mendadak Dewan Keamanan Nasional, Senin," tukas Correa.

Ia juga meminta pertemuan darurat Organisasi Negara-negara Amerika dan komunitas Andes. Juru Bicara Pemerintah Kolombia Cesar Mauricio Velasquez mengumumkan pihaknya akan meminta maaf ke Ekuador karena pasukannya telah menyusup ke wilayah Ekuador.

Menurut Correa, penyerangan pasukan Kolombia terjadi saat musuh-musuhnya tertidur. Lokasi persembunyian dibom dan orang-orangnya dibunuh. Mereka menggunakan teknologi yang canggih sehingga tingkat ketepatannya tinggi.

Di sisi lain, Kolombia selama ini mengeluh militer Ekuador tidak becus menjaga perbatasan. Akibatnya para pemberontak menyeberang dan membuat kamp persembunyian di sana. Demikian pula dengan Venezuela. Para desertir FARC mengakui mereka secara rutin beristirahat di wilayah Venezuela. Bahkan mereka berlatih, mencari pengobatan dan menyelundupkan narkotik. Namun, Chavez menolak tuduhan bahwa negerinya memberi perlindungan untuk FARC.

FARC adalah kelompok pemberontak kiri terbesar di Kolombia yang berbasis petani. Mereka telah bertarung selama empat dekade melawan Pemerintah Kolombia untuk menuntut keadilan dan kesejahteraan.

Peperangan tidak pernah menyelesaikan sesuatu dengan baik, rakyat akan menjadi korban dari kekejaman perang. Semoga perang tidak menjadi pilihan dalam menyelesaikan sengketa antar negara ini, dan pembicaraan damai bisa menemukan jalan keluar bagi masalah antar bangsa ini.

Sumber : suarapembaruan.com/VM
Halaman :
1

Ikuti Kami