Mengenal Pos-pos Pengeluaran Yang Besar (1)

Investment / 29 February 2008

Kalangan Sendiri

Mengenal Pos-pos Pengeluaran Yang Besar (1)

Fifi Official Writer
5612
Meski tidak pernah diinginkan terjadi dalam keuangan keluarga ataupun perusahaan, defisit itu seringkali tidak bisa dihindari. Bahkan uniknya, seringkali defisit terjadi berulang-ulang dan dari bulan ke bulan tanpa bisa dihentikan. Defisit adalah suatu kondisi di mana pengeluaran keluarga Anda lebih besar daripada pemasukan.

Karena itu, bila pemasukan Anda adalah Rp 2 juta per bulan, maka akan lebih baik bila pengeluaran Anda lebih kecil daripada Rp 2 juta. Karena bila pengeluaran Anda lebih dari Rp 2 juta (terjadi defisit), maka selisihnya mungkin harus Anda ambil dari simpanan yang Anda miliki, entah dari tabungan, deposito atau simpanan yang lain. Bila yang terjadi pengeluaran Anda terus menerus melebihi pemasukan Anda tiap bulan, jelas: simpanan Anda akan berkurang terus sehingga lama kelamaan akan habis.

Karena itu, penting sekali bagi Anda untuk bisa mengatur pengeluaran agar tetap lebih rendah dari pemasukan. Dengan demikian, simpanan Anda tidak akan berkurang, bahkan sebaliknya: Anda jadi bisa menabung dan simpanan Anda akan terus bertambah. Gambarannya seperti di bawah ini:

Pemasukan Rp 1.000
Pengeluaran Rp 900
--------------------
Selisih Rp 100

Jadi, kalau dilihat dari sisi pengeluaran, semakin rendah pengeluaran yang Anda lakukan setiap bulan, maka akan semakin besar pula selisih uang yang akan Anda miliki, sehingga makin besar pula jumlah uang yang bisa Anda tabung.

Masalah yang sering muncul disini adalah bahwa tidak semua orang bisa dengan cukup mudah menekan pengeluarannya. Ini terutama lebih terasa bila seseorang sudah berkeluarga. Sebuah keluarga seringkali memiliki pengeluaran yang cukup besar setiap bulannya sehingga tidak ada uang yang bisa ditabung. Yang tidak disadari, seringkali pengeluaran yang besar tersebut terjadi karena banyaknya pos-pos pengeluaran yang jumlahnya berlebihan. Berdasarkan pengalaman saya dalam memberikan Konsultasi Keuangan Lisan kepada klien, ada beberapa pos pengeluaran yang seringkali memiliki jumlah yang terlalu besar. Inilah mereka.

1. Tagihan Telepon

Tagihan telepon termasuk pos yang sering membengkak karena seringkali telepon dipakai untuk hal-hal yang tidak produktif. Jangankan ABG atau remaja, orang dewasa saja cukup sering menggunakan telepon hanya untuk ngobrol yang tidak tentu arah hingga berjam-jam lamanya. Belum lagi bila kebiasaan itu dilakukan hampir setiap hari. Kalau masih lokal sih tidak apa-apa. Tapi terkadang seringkali dilakukan dari telepon rumah ke ponsel yang dihitung sebagai interlokal.

Penyebab lain yang bisa membuat tagihan telepon bengkak adalah seringnya penggunaan JAPATI. Buat Anda yang belum tahu, JAPATI adalah singkatan dari Jasa Pintar Teknologi Informasi, sebuah jasa layanan hiburan melalui telepon. Banyak orang tertarik menggunakan jasa ini karena kentalnya unsur hiburan dan kadang-kadang adanya hadiah. Tarif penggunaan Japati yang nomornya biasa dimulai dengan angka 0800, 0805, 0807 dan 0809 ini bisa berkisar sebesar Rp 1.500 Rp 3.300 per menit. Dengan pengenaan tarif seperti itu, wajar bila tarif telepon bisa membengkak tidak karuan.

Apa lagi? Internet. Internet adalah salah satu penyebab yang juga bisa membuat Tagihan Telepon Anda menjadi bengkak. Umumnya, penggunaan internet bisa dibagi menjadi beberapa tujuan. Yang pertama adalah untuk penggunaan e-mail (surat elektronik). Yang kedua adalah untuk penggunaan web-browsing (pencarian situs). Sedangkan yang ketiga adalah untuk chatting (bercakap-cakap). Dari ketiganya, biasanya yang terakhirlah (chatting) yang paling berpotensi menggendutkan tagihan telepon Anda. Barulah disusul web-browsing, dan - yang paling tidak membuat Tagihan Telepon Anda bengkak - adalah untuk penggunaan e-mail.

2. Busana dan Aksesorinya

Selain telepon, pengeluaran besar berikutnya yang sering terjadi adalah pengeluaran untuk membeli busana dan aksesoris. Yang dimaksud adalah barang-barang penutup dan penghias tubuh. Contohnya seperti baju, celana, ikat pinggang, jam tangan, kaus kaki, sepatu, atau tas. Kadang-kadang, masih ditambah dengan jas atau blazer, kemudian jaket, denim atau cardigan.

Kita tidak bisa menutup mata bahwa kadang-kadang gengsi memegang peranan penting dalam pembelian busana dan aksesori. Banyak orang yang karena gengsi membeli busana dan aksesori karena merek yang cukup terkenal. Padahal banyak merek lain yang tidak kalah bagus yang bisa dibeli dengan harga yang lebih terjangkau.

Selain itu, adanya keinginan seseorang untuk tampil rapi, necis, sering membuat orang membeli busana dan aksesori secara berlebihan dalam hal kuantitas. Padahal, belum tentu busana dan aksesoris tersebut akan selalu dipakai. Saya ingat bahwa saya pernah karena lapar mata - membeli sebuah tas yang harganya cukup mahal, yang ternyata hanya saya pakai beberapa kali saja, sebelum akhirnya tas itu teronggok dengan manisnya di kamar tidur saya dan tak pernah dipakai lagi.

Bersambung ke artikel selanjutnya... Sumber : cbn
Halaman :
1

Ikuti Kami