Sebuah majalah kesehatan di Amerika melakukan wawancara dengan 900 orang pada tahun 1998. 900 orang tersebut adalah gabungan dari perokok maupun non-perokok. 68% dari mereka sudah mengetahui bahwa menjadi perokok pasif sama bahayanya dengan perokok aktif (perokok pasif adalah orang yang tidak merokok tetapi sering menghirup asap rokok orang lain). 67% meminta pemerintah agar segera bertindak mengenai hal ini. Dan 93% menyatakan bahwa mereka tahu benar bahwa tidak baik merokok di depan orang lain apalagi di sekitar anak-anak dan balita. Hasil di atas sebenarnya sama sekali tidak mengecewakan. Tetapi entah mengapa begitu banyak orang tetap saja keranjingan merokok, apalagi di depan orang lain.
Melihat fenomena ini, beberapa pihak merasa tergugah untuk melakukan studi mengenai hubungan antara perokok pasif dengan penyakit, terutama kanker paru-paru. Setelah beberapa tahun dilakukan, studi terakhir membuktikan bahwa ada kenaikan prosentase sejumlah 16-17% bagi para perokok pasif dalam kemungkinan mengidap kanker paru-paru.
"Sekecil apapun, resiko itu sudah pasti ada, bahwa seorang perokok pasif dapat mengidap kanker paru-paru".
Studi yang dilakukan di Eropa, Asia dan Amerika tersebut juga menemukan ada hubungan antara lama waktunya seseorang menghirup asap rokok orang lain dengan kemungkinan orang itu sampai jatuh sakit. "Jika seseorang selalu berada di sekitar perokok sampai lebih dari 10 tahun, kemungkinan terkena kanker menjadi lebih besar," ujar Dr. Paolo Boffeta dari International Agency for Research on Cancer (IARC), sebuah agen penelitian cabang WHO.
Menyusul pernyataan itu, sebuah pembuktian yang lebih tajam dilakukan di Eropa. Sejumlah 1542 orang non perokok yang bergaul secara intensif dengan perokok selama minimal 7 tahun diteropong kesehatannya secara sukarela oleh para peneliti. Dan ternyata hasilnya sangat mengejutkan. Dari jumlah itu, 650 orang diantaranya positif mengidap kanker paru-paru padahal mereka sama sekali tidak pernah merokok!
Nah, siapapun Anda, hasil studi di atas dapat menjadi pelajaran berharga dalam mengambil sikap.
Sumber : bbc