Sabotase Dalam Hubungan Anda

Single / 8 February 2008

Kalangan Sendiri

Sabotase Dalam Hubungan Anda

Fifi Official Writer
9981
Dalam artikel kali ini kami hendak membahas 3 tipe racun yang bisa menghancurkan hubungan anda. Memang ada banyak hal yang dapat menyabotase sebuah hubungan, seperti misalnya kekerasan fisik atau ketidaksetiaan. Tapi apa yang membuat 3 tipe berikut ini sangat berpotensi untuk kehancuran sebuah hubungan adalah karena mereka terjadi dalam keheningan. Mereka bekerja dari dalam, pelan-pelan menghancurkan sebuah hubungan, bahkan seringkali terjadi tanpa sepengetahuan anda maupun pasangan anda.

Mengasihani Diri Sendiri

Banyak hubungan yang tanpa sadar kehilangan kebahagiaannya karena rasa mengasihani diri sendiri ini. Apakah dialami oleh salah satu atau kedua orang yang sedang berhubungan, perasaan ini bisa menghapus sukacita dari hubungan anda.

Suatu sore saya dan istri saya berkunjung ke rumah salah satu tetangga baru kami, pasangan suami istri. Mereka bercerita dengan rasa mengasihani diri sendiri ini dengan mengeluhkan gereja baru mereka, pendeta mereka, dan juga jemaat yang tidak menghargai mereka. Sepanjang sore itu berlanjut dan situasinya tidak membaik. Mereka terus menceritakan peristiwa-peristiwa untuk membuat kami tahu tentang betapa buruknya kondisi yang mereka alami. Dan ketika sang istri melangkah keluar ruangan itu, suaminya bercerita tentang kekuatirannya pada istrinya, dan dia meminta kami mendoakan pernikahan mereka. Rasa mengasihani diri sendiri telah meracuni seluruh kehidupan mereka.

Saat-saat sulit dan pengalaman-pengalaman pahit pribadi merupakan bagian dari kehidupan setiap pasangan, dan rasa mengasihani diri sendiri terhadap kesulitan-kesulitan itu tidak akan membantu sama sekali. Faktanya, tidak ada seorangpun yang dapat menjadi pasangan yang efektif jika dia masih menanggung beban rasa mengasihani diri sendiri. Tidak ada hubungan yang bahagia jika di dalamnya ada rasa mengasihani diri sendiri.

Sikap Menyalahkan

Sejak Adam menyalahkan Hawa dan Hawa menyalahkan ular, banyak pasangan telah menerapkan trik yang sama untuk menemukan alasan membela diri dan memindahkan tanggung jawab.

Penyebab ke-tidakbahagia-an dalam sebuah hubungan dan pernikahan dapat ditelusuri dari adanya kecenderungan salah seorang yang terbiasa menyalahkan pasangannya. Dalam banyak hubungan yang tidak bahagia, salah satu pasangan sering menjadi kambing hitam, yang "harus" bertanggung jawab atas ke-tidakbahagia-an pasangannya. Dia dilihat oleh pasangannya sebagai sumber dari kesulitan-kesulitan mereka. Sebagai akibatnya, pasangan yang selalu disalahkan akan berkata, "Kamulah yang menjadi masalahku." Namun mereka akan menjadi tertekan untuk menemukan konselor yang akan setuju dengan mereka.

Para konselor profesional tahu lebih banyak. Mereka tahu bahwa ke-tidakbahagia-an tidak pernah disebabkan oleh hanya 1 orang. Itulah sebabnya para terapis berfokus pada tidak hanya siapa yang bersalah, tapi juga pada apa yang salah. Jika sikap menyalahkan ini diijinkan untuk terus menerus terjadi, kebahagiaan mereka makin lama akan makin lenyap. Setiap gejala-gejala masalah dalam sebuah hubungan (apatis, jengkel, kebosanan, kemarahan, depresi, dan sebagainya) dapat ditelusuri sampai kepada rusaknya tanggung jawab pribadi. Jika anda merasa bosan, itu bukan kesalahan pasangan anda, tapi pilihan anda sendiri. Jika anda merasa depresi, itu bukan karena pasangan anda gagal membangkitkan semangat anda, tapi karena anda memilih untuk terus merasa depresi. Kebiasaan menyalahkan pasangan anda adalah 100% berlawanan dengan prinsip "bertanggung jawab atas sikap anda sendiri". Sikap menyalahkan orang lain ini jugalah yang menghalangi anda untuk dapat mulai mengambil tanggung jawab dan bersama-sama mencari solusinya dengan pasangan anda.

Sakit Hati

Tidak ada orang yang tidak pernah tidak diperlakukan secara tidak adil. Kita semua dapat merasa marah ketika kita mengalami situasi atau perlakuan orang lain yang tidak adil. Tapi ketika kita terus mempertahankan kekecewaan, luka, dan kemarahan kita, kita hanya menambah semua masalah kita, karena saat itulah rasa sakit hati mulai bekerja dan menghancurkan.

Sakit hati adalah seperti kanker dalam sebuah hubungan. Pada awalnya dia kecil dan tidak begitu terlihat, namun seiring waktu dia bertumbuh semakin besar dan menyebarkan racunnya ke seluruh aspek dalam hubungan anda. Ketika anda merenungkan ketidakadilan yang terjadi pada anda, mengulangnya lagi dan lagi dalam pikiran anda, itu akan memicu emosi-emosi negatif yang akan semakin memperbesar rasa sakit hati anda. Lalu ada rangkaian insiden yang semakin meyakinkan anda bahwa objek sakit hati anda adalah sumber dari semua ke-tidakbahagia-an anda. Mungkin ada waktu-waktu "pengampunan" dimana pikiran anda sibuk memikirkan tantangan-tantangan lain, namun cepat atau lambat anda akan kembali mengulangi pemikiran yang sama, dan kanker sakit hati menyebar seperti api.

Janice, 31, datang ke kantor kami untuk melakukan konseling. Dia bercerita dengan kata-kata yang sangat tajam, terus-menerus menyalahkan ayahnya untuk setiap pengalaman buruk yang dia lalui, termasuk pernikahannya yang sedang bermasalah berat. Kami bekerja dengan Janice selama beberapa minggu. Satu saat istri saya berkata kepadanya, "Janice, saya merasa bahwa adalah lebih mudah bagi anda untuk terus menyalahkan ayah anda dan menyimpan rasa sakit hati anda, daripada melakukan usaha untuk mengampuni dia." Perlahan tapi pasti, Janice melakukan usaha-usaha yang tulus untuk mengampuni ayahnya dan bertanggung jawab atas tindakannya sendiri. Pernikahannya mebaik, dan meskipun tidak terjadi perubahan yang besar dan cepat, dia tidak pernah lagi menyalahkan ayahnya untuk permasalahan yang dia hadapi.

Sebuah hubungan tidak dapat bertahan terhadap kanker sakit hati ini. Sama seperti rasa mengasihani diri sendiri dan sikap menyalahkan, sakit hati menggerogoti semangat kita dan mematikan kemampuan kita untuk bersukacita. Namun jika racun-racun ini dibersihkan, tidak ada alasan bagi pasangan untuk tidak bisa membangun hubungan yang menikmati kebahagiaan yang berlimpah. Kebahagiaan adalah usaha yang harus dilakukan di dalam diri kita masing-masing. Jika anda menemukan sikap yang tepat dibandingkan bergantung pada kondisi luar, jika anda memprogram pikiran anda untuk menghindari racun-racun ini, anda akan menemukan bahwa hidup bahagia bukanlah impian yang mustahil.

Sumber : christianitytoday
Halaman :
1

Ikuti Kami