Pandangan Yang Salah Mengenai Kekayaan (1)

Investment / 30 January 2008

Kalangan Sendiri

Pandangan Yang Salah Mengenai Kekayaan (1)

Fifi Official Writer
5466
Sebelum membahas langkah-langkah praktis yang dilakukan agar dapat keluar dari kekurangan uang, kita perlu lebih dahulu membahas berbagai pandangan salah yang dimiliki umat Tuhan tentang uang dan kekayaan. Pandangan salah ini menyebabkan banyak dari mereka tidak bisa hidup sesuai dengan rencanaNya. Ada paling tidak 3 pandangan yang salah mengenai uang dan kekayaan yang menyebabkan umat Tuhan mengalami banyak masalah dalam kehidupan finansial mereka.

Pandangan 1: Tujuan Utama Tuhan Adalah Memberi UmatNya Kekayaan

Akibat pandangan ini, banyak umat Tuhan yang mengalami hal-hal buruk dalam hidup mereka. Mereka menyangka bahwa tujuan utama yang ditetapkan Tuhan dalam hidup umatNya adalah kelimpahan kekayaan materi. Jadi ketika mereka tidak memiliki harta berlimpah, umat Tuhan merasa sedang tidak hidup dalam rencanaNya. Akibatnya, mereka akan menggunakan semua sumber daya yang mereka miliki hanya untuk mengejar 1 tujuan, yaitu memperoleh kekayaan sebanyak mungkin. Oleh karena itu, pandangan yang salah ini harus diluruskan sehingga konsentrasi mereka tetap terjaga seimbang, yaitu tetap memikirkan penggenapan rencana Tuhan ketika mereka bekerja dan mencari kehidupan yang layak.

Satu kebenaran utama yang harus dimiliki adalah kekayaan atau kemiskinan bukanlah tujuan utama Tuhan. Perhatikan ayat berikut yang menyatakan kebenarannya: "Maka apabila segala hal ini berlaku atasmu, yakni berkat dan kutuk yang telah kuperhadapkan kepadamu itu, dan engkau menjadi sadar dalam hatimu di tengah-tengah segala bangsa, kemana Tuhan, Allahmu, menghalau engkau..." (Ulangan 30:1). Ayat tersebut dengan tegas menyatakan bahwa tujuan utama Tuhan adalah membuat umatNya menjadi sadar dalam hati mereka. Sekali lagi saya ingin menyatakan: Tuhan ingin umatNya memiliki kesadaran dalam hati mereka mengenai keberadaanNya. Pikiran ini harus ada dalam setiap jengkal kehidupan kita, sebab apapun akan dilakukan Tuhan agar bisa membuat kita mendapatkan hati yang penuh kesadaran akan keberadaanNya.

Satu di antara cara eefktif yang dilakukanNya dalam memberikan kesadaran ini adalah dengan cara memberikan kekayaan atau kemiskinan. Dengan adanya kekayaan atau kemiskinan, umat Tuhan diharapkan menghentikan rutinitas hidup sementara dan menguji tingkat keeratan hubungan yan mereka miliki dengan Tuhan. Oleh karena itu, seringkali keadaan kaya ataupun miskin adalah hal yang berubah-ubah. Ada kalanya, kemiskinan yang diijinkan Tuhan datang hanya memiliki satu tujuan, yaitu emmbangkitkan kesadaran, demikian juga halnya dengan kekayaan. Kekayaan dan kemiskinan hanyalah alat, bukan tujuan.

Sayangnya, banyak umat Tuhan yang tidak mampu menyadari kebenaran ini. Mereka selalu menganggap kekayaan adalah tanda bahwa Tuhan berkenan, dan sebaliknya kemiskinan adalah tanda bahwa Tuha tidak berkenan. Mereka menangap kehidupan keuangan mereka sebagai tolak ukur sikap Tuhan. Dengan demikian, mereka menganggap Tuhan sudah berkenan dengan kehidupan mereka saat mereka sudah memiliki banyak uang. Hal ini perlu diluruskan. Tuhan memang kadang-kadang mengambil kekayaan orang-orang yang berbuat salah kepadaNya, namun tidak semua orang yang berbuat dosa pasti diambil kekayaannya. Jadi, memiliki kekayaan belum tentu berarti mendapat perkenanan Tuhan.

Tuhan mengambil kekayaan orang berdosa

Pada kasus-kasus tertentu, Tuhan memang mengambil kekayaan orang-orang yang berdosa kepadaNya: dilakukan sebagai hukuman (seperti yang tertulis dalam Yesaya 10:12-16). Jika anda memperhatikan sekilas, ayat tersebut, memang dinyatakan bahwa akibat ketinggian hati suatu bangsa, Tuhan murka dan mengambil kekayaan yang mereka miliki. Namun demikian, hal ini tidak senantiasa terjadi. Tuhan memiliki berbagai cara lain saat menyikapi keadaan yang sama. Hal ini tidak menunjukkan ketidak-konsistenan-Nya, Tuhan mengerti dengan sangat jelas apapun yang Dia lakukan.

Orang yang berbuat dosa tetap bisa memiliki kekayaan

Memang, Tuhan sering tidak melakukan apapun pada kekayaan suatu bangsa, meskipun Dia tidak berkenan pada hidup mereka. Di bawah ini adalah beberapa ayat yang menunjukkan bahwa Tuhan mengijinkan kekayaan orang berdosa tetap ada dalam diri mereka.

"Sungguh, telah Kaubuang umatMu, yakni kaum keturunan Yakub, sebab di mana-mana mereka melakukan tenung seperti yang di Timur dan sihir seperti orang Filistin, dan orang-orang asing di antara mereka terlalu banyak. Negerinya penuh emas dan perak dan tak terbatas harta bendanya; negerinya penuh kuda dan tak terbatas jumlah keretanya." (Yesaya 2:6-7). Ayat tersebut menyatakan bahwa keturunan Yakub yang melakukan tenung ternyata memiliki kekayaan melimpah, bahkan dapat dikatakan bahwa jumlahnya tidak terbatas. Ini menunjukkan bahwa walaupun umatNya melakukan kekejian, ternyata mereka masih bisa memiliki kekayaan dalam jumlah yang sangat besar.

Zakheus, salah seorang pemungut cukai yang sering melakukan pemerasan dan penipuan, ternyata juga memiliki kekayaan yang melimpah. "Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya." (Lukas 19:2). Komentar Tuhan Yesus sendiri yang menyatakan bahwa orang kaya sangat sukar masuk dalam kerajaan Surga, menunjukkan kekayaan bukanlah tanda yang selalu baik. "Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum daripada seorang kaya masuk ke dalam kerajaan Allah." (Markus 10:25).

Jadi, Tuhan tidak pernah menetapkan tujuan utama bagi kehidupan umatNya adalah memiliki kekayaan yang berlimpah ruah. Tuhan memang bisa memberikan kekayaan, namun ini bukanlah tujuan utama yang Dia rencanakan. Tujuan utamaNya adalah untuk memiliki hubungan yang dekat dengan umatNya. Ada kalanya, Tuhan membiarkan umatNya tetap memiliki kekayaan meskipun hidupnya tidak berkenan kepadaNya. Mungkin mereka sebenarnya diberi kesempatan supaya memiliki hubungan yang dekat denganNya. Namun, ketika mereka tetap tidak sadar, maka Tuhan bisa saja mengambil semua kekayaan yang mereka miliki. Kebenaran ini bisa dilihat dengan jelas pada ayat ini: "Karena engkau tidak mau menjadi hamba kepada Tuhan, Allahmu, dengan sukacita dan gembira hati walaupun kelimpahan akan segala-galanya..." (Ulangan 28:47).

Nantikan kelanjutannya di artikel berikutnya!

Halaman :
1

Ikuti Kami