Anthony, Anakku Penderita Down Syndrome -1-

Parenting / 22 January 2008

Kalangan Sendiri

Anthony, Anakku Penderita Down Syndrome -1-

prisca Official Writer
8135

Dia anak balita yang menggemaskan dan ceria, yang menderita Down Sindrome. Di generasi yang lalu, dia mungkin akan tumbuh di sebuah institusi, tapi di jaman sekarang dunianya sudah terbuka

Anehnya, untuk orang tua dengan tiga anak kecil, Michael, Jack dan Anthony, masing-masing berumur 4 tahun, 3 tahun dan 19 bulan, Lisa dan Mike Spellman sangat tenang menghadapi "kekacauan" yang ditimbulkan oleh tiga anak kecil.  Dari tumpukan helem sepeda dan mainan plastik, sampai foto keluarga di setiap meja, sangatlah jelas bahwa mereka sangat menikmati peran sebagai orang tua. Lisa (mantan pengacara, sekarang seorang ibu rumah tangga) dan Mike (seorang Neuroradiologis) terus saja melangkah dengan pasti, walau tingkar kebisingan di rumah mereka hampir membuat tuli.

Di kamar bermain, Michael dan Jack sedang main mobil-mobilan sementara Anthony menonton mereka dengan asyiknya, mengikuti setiap gerakan dan tawa kakak-kakaknya. Dia amsih terlalu kecil untuk mengerti lelucon atau ikut bernain, tapi dia tetap anggota gank tersebut. Dan pada saat dia tertawa, dengan kepalanya miring ke samping dan matanya menyipit, dia benar-benar mirip Jack.

Pada saat Mike menghadiri reuni SMU-nya di Long Island, saat itu dia sedang dalam masa perubahan yang sedikit radikal sejak dia menjadi seorang ayah, dia terkejut mendengar teman lamanya berkata dengan nan simpati, " Saya tidak akan pernah bisa mengerti apa yang kamu alami." Mike hanya memandangnya. " Membutuhkan beberapa lama bagi saya untuk menyadari apa yang dia katakana," ujarnya.

Berita yang Menghancurkan Hati

Yang dimaksudkan teman saya itu adalah Down Syndrome, diagnosa yang diterima keluarga Spellman pada saat Anthony kahir. Jenis Down Syndrome yang paling umum adalah trisomy 21; kelainan genetis dimana seseorang memiliki tiga kopi dari kromosom ke-21, bukannya hanya memiliki 2 saja,sebagaimana normalnya. Kelebihan materi genetis tersebut dipercaya sebagai penyebab hilangnya kemampuan mendegar, gangguan penglihatan, kesulitan bernafas dan cacat jantung, dan masalah-masalah kesehatan lainnya. Bagi temannya Mike, hidup dengan membesarkan seorang anak dengan banyak masalah pasti terlihat sangat berat.

Satu dari 733 bayi (sekitar 5500 setahun) dia AS, lahir dengan Down Syndrome, kebanyakan terjadi pada orang tua, seperti keluarga Spleeman, yang tidak memiliki faktor resiko tertentu. Ibu-ibu yang berusia lebih tua lebih besar kemungkinannya untuk memiliki bayi Down Syndrome, tapi 80 persen terjadi pada wanita di bawah 35 tahun, karena pada kelompok umur ini yang lebih banyak memiliki anak dan, sampai tahun ini, mereka tidak secara rutin melakukan pemeriksaan pada trisemester pertama. Tapi dua tes darah noninvasive digabung dengan ultrasound dapat mengidentifikasikan Down dengan tingkast ketepatan 87 persen pada usia kehaimlan 11 minggu, tanpa mengakibatkan resiko keguguran. Sekarang ini (dan penuh dengan kontroversi), sekitar 90 persen kehamilan dengan Down Syndrome digugurkan, tetapi dengan tes ini mungkin persentase tersebut akan naik.

Tapi hal itu tidak berpengaruh bagi Lisa.

"Apapun yang hasil tes itu buktikan, tidak akan mengubah pikiran kami mengenai kehamilan saya," katanya. Pada saat dia melahirkan, ketakutan terbesar pada bayinya adalah kelahiran prematur, seharusnya dia melahirkan masih sebuilan lagi.

Setelah Anthony lahir, walau semua terlihat baik-baik saja. Dia tidak berjuang untuk bisa bernafas, skor Apgarnya bagus, dan di memerah dengan cepat. Suster yang membantu proses kelahiran membawanya ke ruang perawatan, supaya dokter anak dapat memeriksanya.

Sudah satu setengah jam berlalu dan suster belum kembali dengan bayinya, Lisa mulai khawatir, dan Mike menjadi sangat, sangat diam. Seiring waktu berlalu, Lisa terus bertanya, " Dimana dia? Aku ingin dia segera menyusu. Dimana dia? Apakah ada yang salah? Mike, yang telah menyadari anak laki-lakinya memiliki cirri-ciri Down syndrome, muka datar, mata memandang ke atas, lipatan di tengah-tengah kedua telapak tangannya, berharap dia salah dan tidak berkata apa-apa. " Saya tidak ingin membuat Lisa khawatir," ujarnya. " Bagaimana jika aku salah?"

Pada saat dokter akhirnya masuk, air mukanya mengatakan Mike betul. Lisa tercengang. Bahkan sekarang, dia menangis dan suaranya gemetar jika mengingat: "Saya menjadi tidak berdaya.  Saya tidak bisa menghindari perasaan saya telah melakukan sesuatu yang menyakitinya."

 

bersambung..

Sumber : Margaret Renkl , www.parenting.com
Halaman :
1

Ikuti Kami