Kontoversi Mengenai NLP Dalam Pandangan Kristen

Internasional / 19 January 2008

Kalangan Sendiri

Kontoversi Mengenai NLP Dalam Pandangan Kristen

Puji Astuti Official Writer
12419
Ada apa dengan pelatihan NLP? Mengapa banyak orang mempertanyakan ‘Apakah NLP Itu?' berikut artikel mengenai NLP. Bila kita membuka Ensiklopedia Wikipedia, kita dapat segera mengetahui apa itu NLP dari dua paragraf pertama artikel itu.

Dari sumber Wikipedia ini kita bisa mengetahui bahwa NLP adalah:

(1) sebuah tehnik & kepercayaan untuk mengembangkan potensi diri;

(2) NLP dipengaruhi oleh New Age dan kepercayaan pengembangan potensi diri;

(3) NLP beranggapan bahwa pikiran, badan dan bahasa saling berinteraksi untuk mengatur persepsi dan perilaku;

(4) Karena itu persepsi dan perilaku dapat diubah dengan menggunakan teknik-teknik yang melibatkan  pikiran, badan dan bahasa;

(5) Bahasa dan perilaku seseorang sudah sangat terstruktur dan dapat diberi model kearah yang lebih produktif;

(6) per'model'an ini menggunakan bagian kita yang paling sukses untuk memperbaiki bagian yang kurang berhasil; dan

(7) Model orang lain dapat menghasilkan efek kepercayaan dan perubahan perilaku untuk memperbaiki fungsinya.
 
 Bagaimanakah seharusnya sikap umat Kristen menghadapi NLP?

(1) Menurut sumber NLP yang dikutip Wikipedia kita mengetahui bahwa NLP adalah tehnik yang sekaligus kepercayaan yang ditujukan untuk mengembangkan potensi diri. Lalu, yang menjadi pertanyaan berlandaskan kepercayaan apakah potensi diri itu akan dikembangkan? Ternyata jawabannya ada padahal ini, (2) dimana NLP disebutkan dipengaruhi keyakinan New Age dan pengembangan potensi diri.

New Age atau gerakan zaman baru adalah faham mistik yang menekankan sifat ilahi manusia, bahwa ada keberadaan tunggal alam semesta berupa kekuatan (macro cosmos) dan bahwa manusia adalah bagian dari kekuatan semesta itu (micro cosmos), jadi kalau macro cosmos disebut Tuhan maka manusia adalah tuhan kecil. Pengembangan potensi diri beranggapan bahwa karena manusia bersifat ilahi maka ia mampu mengembangkan potensi dirinya itu dengan kekuatannya sendiri itu. Disini peran Tuhan diabaikan karena ‘manusia adalah tuhan bagi dirinya sendiri.'

(3) NLP terlalu optimis bahwa baik pikiran, badan dan bahasa yang kita ucapkan itu mengatur persepsi dan perilaku dan (4) manusia bisa mengubah persepsi dan perilakunya dengan tehnik-tehnik yang menggunakan pikiran, badan dan bahasa. Disini ada optimisme bahwa ‘manusia adalah tuhan bagi dirinya sendiri' dan jelas mengabaikan peran Tuhan, dan kuasa dosa yang sudah menguasai persepsi dan perilaku manusia sehingga manusia membutuhkan juruselamat untuk memperbaiki dirinya melalui ‘kelahiran baru.'

Keyakinan NLP menyebutkan bahwa (5) bahasa dan perilaku manusia sudah terstruktur dan dapat diberi model kearah yang lebih positif terutama menuju hidup yang sukses (6) dengan cara tehnik yang dikerjakan oleh manusia itu sendiri (7).

Sama dengan gerakan pengambangan potensi diri lainnya (a.l. Anthony Robbins yang juga mempraktekkan NLP dan menyebut potensi diri itu sebagai ‘the giant within.'), dianggap bahwa manusia itu ‘tuhan bagi dirinya sendiri' dan ‘memiliki hakekat yang baik.' Berdasarkan konsep keyakinan demikian manusia dianggap mampu menuju sukses dengan kekuatannya sendiri.

Contoh jelas bahwa ukuran baik-buruk dan dosa tidak jelas dalam NLP adalah pertentangan yang terus menerus terjadi di kalangan para pendirinya. NLP didirikan pada tahun 1973 oleh Richard Bandler dan John Grinder, Pada tahun 1980-an segera setelah penerbitan buku ‘Neuro-linguistic Programming Volume 1,' keduanya berpisah dan berebut mengklaim hak hukum atas kepemilikan NLP. NLP kemudian dikembangkan oleh berbagai pihak dengan nama berbeda-beda, Bandler sendiri kemudian mengembangkannya dengan tehnik hipnosis, Anthony Robbins di tahun 1970-an mempraktekkan NLP dengan nama Neuro Associative Conditioning, dan banyak lain mengembangkan dengan nama sendiri-sendiri, sehingga tidak lagi ada sistem tunggal untuk NLP sekalipun semua memiliki dasar keyakinan yang sama mengenai potensi kebaikan dalam diri manusia dan bahwa manusia sendiri bisa mengubah dirinya menjadi lebih baik.

Setelah bertengkar cukup lama, Bandler kembali menuntut Grinder dan mengklaim sebagai pemilik tunggal NLP dan hanya ia yang berhak menggunakan istilah itu. Baru pada tahun 2001 setelah pertengkaran berlarut-larut selama dua dasawarsa mengenai kepemilikan sistem NLP, akhirnya Bandler dan Grinder berdamai dan menerima bahwa NLP ditemukan oleh keduanya bersama-sama.

Konsep optimisme manusia jelas bertentangan dengan iman Kristen yan menyebutkan bahwa diri manusia itu sudah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah (bukan allah kecil yang punya kekuatan sempurna seperti yang besar). Menurut NLP manusia melalui pemetaan dirinya sendiri dan mengembangkan potensi melalui pikiran, badan dan bahasa bisa mengubah diri dari yang tidak produktif ke yang produktif dan dari yang tidak sukses menuju sukses.

Konsep manusia menurut Alkitab jelas menyebutkan bahwa manusia berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah dan karena itu ia membutuhkan juruselamat untuk menyelamatkan dan mengubah dirinya menjadi baru (kelahiran baru) melalui pertobatan dan ketaatan dimana Roh Kudus berperan mengubah hati manusia menuju kebaikan sesuai ukuran Tuhan sendiri.

Berdasarkan kenyataan-kenyataan di atas, mereka yang beriman kristen dan takut akan Tuhan rasanya bisa bersikap bahwa manusia telah jatuh dalam dosa dan kehilangan kemuliaan dari Allah dan karena itu janganlah mereka mengandalkan kekuatan dalam dirinya sendiri (Yer.17:5) melainkan hendaklah mereka mengandalkan Tuhan.

"Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN." (Yeremia 17:7).

Sumber : Yabina.org
Halaman :
1

Ikuti Kami